ayooo yang penasaran wess langsung dibaca ya PCCN :)
"paling itu bapak! Dia kan gaperna pulang baik2" ceplos Saskia.
"udah2..kalian lanjut makan aja, biar mama yg temuin bapak.." ucap Bu Diska.
"tapi bu.. Nanti.." Reza terlihat khawatir.
"iya bu, Rafa nemenin ibu ya.." ucap Rafael.
Bu Diska menanggukkan kepala.
Rafael dan Bismapun keluar menemui papanya Bisma.
Bisma terlihat geram, ia mengepalkan tangannya.
'KRAK' ada suara aneh..
"gue harus keluar!" ucap Bisma sambil beranjak dari tempat duduk.
"jangan Bis.. Nanti emosi bokap lo malah makin parah..biar kita aja yang urus." ucap Reza.
"iya biar kita aja.. Yuk Za.." sambung Morgan.
"ikut..!" ucapku antusias.
"jangan beb.. Bahaya.. Papah aku.." Bisma ragu untuk melanjutkan ucapannnya.
"plis.. aku cuma mau tau.. Ada Reza kok.. Kamu gaperlu khawatir.." ucapku sambil berlari menyusul Morgan dan Reza.
Aku kaget saat melihat Rafael yg duduk dilantai, sementara bu Diska menangis. Kami segera menghampiri Rafael dan Bu Diska..
"MANA SI ANAK SIALAN ITU? BIKIN ULAH APA LAGI DIA BAWA TEMEN-NYA KESINI?!" Teriak laki2 yang mereka sebut papa Bisma.
Menurutku dia tak pantas sekali dipanggil papa. Mana ada bapak yang menyebut anaknya sendiri anak sialan? Mana ada Bapak yg tidak senang bahkan marah teman-teman dari anaknya berkunjung ke rumah.
"dia baru sembuh pa.. Berhenti panggil dia seperti itu!" ucap bu Diska.
"bapak mau apa sekarang?" tanya Reza.
"mau apa? Saya mau Bisma mati! Anak yg menyusahkan seperti dia gak pantes idup!" ucap laki2 itu.
"STOP! Cukup kita ga tanya itu, yang kita tanya bapak mau apa supaya pergi dan berhenti memaki bu Diska dan Bisma!" teriak Morgan.
"anak kecil sok jadi pahlawan.. Minta di hajar!" Laki2 itu berlari kearah Morgan dan mengepalkan tangannya hendak menghajar Morgan.
"STOP! Ini kan yg bapak mau!" ucap Rangga sambil melemparkan segepok uang.
"Bisma ga akan nyusahin bapak, saya yang akan tanggung semua biaya pengobatan dia! Kalo perlu rumah ini saya beli..!" ucap Rangga.
"kamu yakin? Klo dia ga sembuh2 dan mati? Bukannya sia2 uang yg kamu keluarkan?" ucap Laki2 itu sambil memungut uang yang Rangga lempar tadi.
"gak ada kata sia2 untuk pengorbanan buat sahabat bagi saya.." ucap Rangga ketus.
Laki2 itu hanya melemparkan senyum kecut lalu pergi setelah menendang kursi di depannya.
"sabar ya bu.." ucap Reza.
"makasih ya.. Kalian selalu baik sama kami.." ucap Bu Diska.
"iya bu.. Kita akan selalu bantu selama kita semua masih mampu" ucap Morgan.
"bapak udah keterlaluan bu.. Mending ibu, Saskia dan Bisma pindah.. Kalian bisa tinggal dirumah saya yang di Bogor juga.." ucap Rangga.
"gausah nak.. Biar kita disini.. Kita udah banyak ngerepotin nak Rangga dan temen2.." ucap Bu Diska menghapus airmatanya.
"gapapa Bu.. Kita semua seneng kalo bisa membantu" ucap Rafael.
"kalian udah berlebihan!" teriak Bisma yang tiba2 sudah diruang tamu.
"tapi Bis.. Ini semua demi lo.." ucap Reza.
"tapi kalian udah terlalu banyak bantu gue.. Udah cukup kalian ngasihanin gue! Gue ga selemah yang kalian takutin!" ucap Bisma lalu pergi berlari keluar rumah.
"Kak Bisma..!" teriak Saskia.
Aku hanya bisa diam dan terpaku melihat semua kejadian ini. Ternyata ini alasan mengapa semua sampai mau berkorban dan membantu Bisma sejauh ini.
"yang.. kamu kejar Bisma.. Cuma kamu yang bisa tenangin dia.. Please.." ucap Reza.
Dengan masih setengah bengong dan rasa bercampur kaget aku menyusul Bisma.
Di teras rumah, aku melihat Bisma duduk di tangga lantai teras rumah.
"Bisma.." aku menghampirinya dan duduk disebelahnya.
"maaf ya.." hanya itu kata-kata yang terucap dari Bisma.
"maaf? Maaf buat apa?" aku memandang wajahnya dari samping, berusaha mencari tau apa yang sedang Bisma rasakan.
"maaf.. Kamu harus ngeliat kejadian ini.. Aku berusaha membuang rasa benci terhadap papa, berusaha tetep ikhlas, kuat dan tegar.. Tapi mereka selalu khawatir yg berlebihan.. Aku makin merasa menjadi beban.." ucap Bisma.
"mereka sayang sama kamu.. Mereka tulus.. Kamu kharusnya seneng dan bersyukur beb.." sebisa mungkin aku berusaha menjaga omonganku supaya tidak melukai hatinya.
"tapi.. aku gamau terus2an nyusahin mereka.. Pasti nanti juga aku ngerepotin dan nyusahin kamu..kayaknya kita gak bisa lanjutin hubungan kita.. Aku gak mau kamu makin terjerumus ke dalam masalah hidup aku.." suara Bisma kian melemah.
"nggak! Aku ga mau.. Aku udah nyaman ada disisi kamu, aku udah mulai ngerasa.. kalo aku.. sayang kamu.." ucapku tanpa sadar.
"kamu serius?" kini mulai terlukis senyuman diwajahnya.
"iya.. Jadi aku akan bertahan.. Dan kamu juga harus bertahan.." ucapku sambil membalas senyumnya.
"iya.. Aku janji akan bertahan buat kamu dan semuanya" Bisma memelukku.. Akupun membalas pelukannya.
Apa yang aku katakan? Perasaan apa ini? Mengapa aku ikut bahagia saat melihat senyum diwajahnya?
Tiba2 aku tersadar, ternyata Reza ada dibalik pintu, aku tidak bisa melihat jelas raut wajahnya, saat dia tau aku melihatnya, dia menghilang dari balik pintu.
"beb.. aku mau kebelakang.." aku melepaskan pelukkan Bisma.
"oh ya.. Aku juga mau masuk.. Mau minta maaf karna udah emosi tadi" ucap Bisma.
Kamipun masuk ke rumah dan lagi2 Bisma menggandengku.
Setelah masuk, Bisma langsung memeluk bu Diska. Entah apa yang mereka bicarakan. Aku hanya sibuk memutar bola mataku untuk mencari Reza, dan aku tidak menemukannya disini. Aku mendekat pada Rangga, dan berbisik "Reza mana?".
"pergi lewat pintu belakang.." jawab Rangga.
Aku bermaksud ingin pergi dan menyusulnya, namun Rangga menahanku.
"hatinya lagi ga tenang.. biar dia sendiri dulu" ucap Rangga.
"tapi aku bisa tenangin hati dia!" ucapku ketus.
"engga untuk sekarang" ucap Rangga.
"tapi kenapa?" aku tidak mengerti maksud ucapan Rangga saat itu.
"nanti kamu juga tau jawabannya. Untuk sekarang, tolong ngerti posisi Reza.." ucap Rangga lalu meninggalkanku.
Saat pikiranku sedang melayang-layang memikirkan Reza, tiba-tiba...
"DOR! Ngapain bengong?" suara seseorang mengagetkanku.
SUARA SIAPAKAH ITU ?
TUNGGU DI PART SELANJUTNYA :D
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK TERUTAMA CORET2AN KOMENTAR KALIAN :D
*NISNIS*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar