Sabtu, 16 Juli 2011

Cinta Rujak Bebek (Part IX)

ayoo lanjutt buat warga PCCN yang udah kena virus bebek :p

Eza sadar!
"Eza!" teriakku tanpa sadar.
"Zehan panggil dokter! Plis cepet!" perintahku pada Zehan tanpa memikirkan perasaannya.
"oke.. tapi kamu jangan gerak ya.. Nanti tangan kamu sakit.." pinta Zehan dengan nada cemas.
Aku hanya terdiam dan terus memandang Eza.
Zehanpun keluar memanggil Dokter.
"Ranis.." lagi2 suara rintihan itu keluar dari mulut Eza.
"Eza gue disini.." teriakku sambil menangis.
Tiba2 Zehan datang dengan Dokter dan 2 orang suster yang langsung sibuk memasang oksigen untuk Eza supaya bisa lebih teratur bernafas.
Aku melihat Dokter dan suster dengan cemas.
"Nis tunggu ya.." ucap Zehan lalu pergi ke luar kamar rawat.
Dokter telah selesai menangani Eza lalu menghampiriku.
"Eza sudah mulai bisa sadarkan diri, namun masih lemah.. dia pingsan lagi.. Tapi saya yakin dia akan secepatnya sadarkan diri.. Panggil saya jika dia telah sadarkan diri lg.. Permisi" ucap Dokter itu lalu pergi dengan dayang-dayangnya.. Eh Suster-susternya lebih tepatnya!
Aku terus memandang Eza yang terbaring lemah.
Tiba2..
"Ranis.." panggil Zehan dengan membawa kursi roda.
"Zehan? Itu buat apa? Aku gak lumpuh!" ucapku kesal karna merasa terhina.
"Ranis.. Dengerin aku dulu, kamu pasti pengen kan deketin Eza atau sekedar mastiin keadaan dia dari deket? Karna kamu masih lemah dan gak boleh banyak gerak, mending kamu pake ini?" usul Zehan.
Zehan benar, aku terlalu emosi hingga berfikiran buruk tentang Zehan. Zehan bener2 baik. Aku makin suka padanya.
"Ranis? Gmana? Mau?" ajak Zehan memastikan.
"iya.. Makasih yah Zehan.." ucapku sambil tersenyum manis.
"yaudah kamu tahan tangan kamu ya biar ga kesenggol, aku gendong kamu bangun.." ucap Zehan serius.
Aku langsung terdiam. Debaran jantungku mulai cepat dan begitu kencang.
Zehan menggendongku?
Selama ini cuma Eza cowok yang menggendongku. Tapi kini Zehan..
Sungguh aku tak menyangka bisa berada dalam pelukkannya walau cuma sesaat.
Wangi tubuhnya tercium olehku, dan suhu tubuhnya yang hangat serasa menempel pada tubuhku.
Aku terhanyut dalam
dekapan Zehan yang hangat, walaupun dekapannya tak mesra seperti dekapan Eza, tapi anehnya, aku merasa.. Nyaman..
"Ranis? Kok diem aja? Ada yg Sakit ya? Aku panggil dokter mau?" tanya Zehan khawatir.
"enggak.. nggak Han.. Aku jauh lebih baik malah sekarang" ucapku sambil menggenggam tangan Zehan dengan tangan kiriku.
"syukurlah yaudah yuk.." ucap Zehan sambil mendorong kursi rodaku.
Sebenarnya hanya dengan 7langkah aku bisa mencapai Eza. Tapi dengan keadaan yg menyedihkan seperti ini, itu semua gak memungkinkan.
Airmataku mengalir lagi saat aku tepat berada disamping Eza.
Sungguh menyakitkan hatiku dan menyiksa batinku melihat keadaan Eza yang jauh lebih parah dan menyedihkan dari aku. Setengah kepalanya dibalut perban, luka memar di pipi, sedikit luka bakar dibahu, aku bisa melihatnya karena Eza tidak mengenakan baju? Aku baru sadar ketika melihat dari dekat. Dengan berlinang air mata, aku memberanikan diri untuk membuka selimut pada tubuh Eza.
Dan sungguh betapa kagetnya aku melihat balutan perban disekitar tubuhnya.
Tangisku makin menjadi, dadaku terasa sesak.
"EZA.." Teriakku disela tangisku.
Aku mengelus pipinya, menggenggam tangannya dengan tangan kiriku. Tubuhnya dingin. Aku takut kehilangan Eza, aku.. Aku takut gak bisa bercanda, jalan, main dan menghabiskan waktuku dengan Eza lagi.
"Ranis sabar yah, kamu harus tabah, kalo kamu lemah, Eza dapet semangat dari siapa? Aku yakin kamu adalah satu2nya semangat buat Eza.. Waktu sadar tadi, nama kamu yang dia sebut.. Kamu harus kuat Nis" ucap Zehan sambil jongkok disebelahku lalu mengusap airmataku..
Zehan benar, aku ga boleh cengeng, masih ada banyak kemungkinan baik..
"makasi ya Han.. Kamu emang baik bgt.." ucapku sambil melempar senyum penuh rasa lega.
"Atengku, kamu pasti bisa laluin ini, aku akan selalu ada buat kamu, aku janji, kamu sembuh nanti, kita jalan2 sepuasnya, seharian kita main, kamu boleh bawa aku kemanapun kamu mau, dan aku akan selalu jadi Atik kamu.. Kamu harus sembuh Za.." ucapku sambil
Menggenggam dan menciumi tangan Eza.
Aku menarik nafas sesaat. Lalu berkata.
"Zehan, mau nemenin aku jalan2? Sekitar taman ini aja.." pintaku pada Zehan.
‎"siap.. apapun buat kamu.." ucap Zehan dengan senyum menawan.
Degh.. Degh..
Jantungku terasa mau copot melihat senyumnya.
"gimana kalo jadi pengganti tangan kanan aku?" tanyaku iseng.
Aku berharap Zehan mau bahkan ingin menjadi pengganti tangan kananku selamanya :)

TAPUI APAKAH JAWABAN ZEHAN ?
BAGAIMANA DENGAN EZA ?
TUNGGU AJE DI PART X yee :DD

*NISNIS*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar