AYO LNJUT PCCN :D
"maksudnya? Aku buntungin tangan aku buat kamu gitu? Terus aku kasih kamu gtu?" tanya Zehan polos.
GUBRAK!
ini cowok bego , pura2 bego atau emang oon plur telmi si?
Aduhh udah mancing2 buat tahu isi hatinya, malah jadi malu sendiri denger jawaban dia gtu!
"kok bengong?" tanya Zehan.
"ah gak kok gapapa.." ucapku kecewa.
"aku tau kok maksud kamu, aku siap jadi tangan kanan kamu sampe kamu sembuh.. Nyuapin kamu atau apapun, pokoknya semuanya buat kamu.." ucap Zehan dengan senyum menawannya.
"bener?" tanyaku tak percaya.
"iya.. yaudah yuk.. mau jalan2 kan.." ajak Zehan.
"iya.. tapi tunggu, kamu punya pulpen sama kertas?" tanyaku pada Zehan.
"cuma ada pulpen, kenapa? Buat apa si emang?" tanya Zehan penasaran.
"aku ngajak kamu keluar mau cari inspirasi, aku mau buat sesuatu untuk Eza" ucapku lirih.
"ohh.. pake ini aja!" usul Zehan sambil mengeluarkan kertas pembungkus rujak bebek.
"wahh emang muat? tapi gapapa deh ayuk! Udah ga sabar mau hirup udara segar!" ucapku dengan semangat.
Zehanpun mendorongku yang duduk dikursi roda, dan kami berhenti pada taman rumah sakit, tepatnya dibawah pohon dekat kolam ikan.
"kayaknya disini bagus.." ucap Zehan.
"iya.. yuk kita coba buat puisi.." ajakku dengan penuh semangat.
"oke.. kamu tinggal ucapin biar aku yg tulis" ucap Zehan sambil melemparkan senyumnya yang menawan.
"hm.. Kehilangan dirimu adalah hal terburuk dalam hidupku.. Meski tlah ku coba lupakan dirimu.. Namun hanya rasa rindu yang makin menyerangku.. Dan kini kau tlah kembali kesisiku..
Menjaga dan menemaniku..
Hingga harus.. Mengorbankan nyawamu.." aku berhenti pada syair itu. Airmatakupun mengalir.
Zehan mengapus airmataku dengan tangannya.
"ayo dong semangat! Masa cuma segini? Ungkapin aja semuanya.. Supaya hati kamu lega Ranis.." ucap Zehan menyemangatiku.
"Kini aku sadar besarnya rasa sayangmu padaku.. Andai kau tau dulu juga aku begitu menyayangimu.. Bangunlah dari tidurmu.. Dekaplah aku dalam pelukmu.. Biarkan aku merasakan hangatnya pelukmu.. Tak mampu ku bila harus
.. Kehilangan dirimu.. Tak inginku terpuruk seperti dulu.. Ku mohon tetaplah disisiku.. Tetaplah menjadi pangeran kecilku..hufth" aku menarik napas dan berusaha menghapus airmataku dengan tangan kiriku, namun akhirnya Zehan yang menghapuskannya untukku.
"udah? Judulnya apa?" tanya Zehan sambil memperhatikan puisiku.
"pangeran kecilku.." ucapku lirih.
"bagus.. aku yakin Eza pasti suka!" ucap Zehan sambil menunjukkan hasil puisiku tadi.
Pangeran kecilku
Kehilangan dirimu adalah hal terburuk dalam hidupku
Meski tlah ku coba lupakan dirimu
Namun hanya rasa rindu yang makin menyerangku
Dan kini kau tlah kembali kesisiku
Menjaga dan menemaniku
Hingga harus mengorbankan nyawamu
Kini aku sadar besarnya rasa sayangmu padaku
Andai kau tau dulu juga aku begitu menyayangimu
Bangunlah dari tidurmu
Dekaplah aku dalam pelukmu
Biarkan aku merasakan lagi hangatnya pelukmu
Tak mampu ku bila harus kehilangan dirimu
Tak inginku terpuruk seperti dulu
Ku mohon tetaplah disisiku
Tetaplah menjadi pangeran kecilku
"yaa.. Semoga Eza suka.. Masuk yuk.. Aku takut kalo tiba2 Eza sadar.." ucapku cemas.
"hem.. gamau jalan2 dulu keliling taman? Tapi yaudah deh" ucap Zehan pasrah dengan raut wajah kecewa.
Saat aku dan Zehan berada dibalik pintu kamar, terdengar kegaduhan dan HP Zehan berdering.
"bentar yah Nis, aku angkat telepon" ucap Zehan lalu berjalan menjauh dariku.
Karna penasaran oleh suara gaduh dari dalam kamar, aku mencoba menguping dari balik pintu kamar.
"kakak bangun..!" suara teriakan itu seperti suara Silvia.
"Eza.. Bangun nak.." kali ini suara tante Calista.
"yang sabar ya bu.. kami telah berusaha sebaik mungkin" dan itu suara dokter! Setelah itu hanya ada suara jerit tangis dua orang wanita, tangisannya terasa sangat histeris.
Dadaku terasa sesak setelah mendengar kata2 terakhir dokter itu, otak dan ototku terasa kaku mendengar jerit tangis dua wanita dalam kamar itu. Aku merasa debaran jantungku ikut melemah.
Ada apa ini? Eza kenapa?
ADA APA DENGAN EZA ?
PENASARAN ?
SIMAK DI PART XI :D
*NISNIS*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar