Sabtu, 16 Juli 2011

Cinta Rujak Bebek (Part III)

ayao bebek2 kita lanjut :p

"E.. Eza..kok dia ada dsini? Gue gak mimpi kan? Kapan dia balik dari Austral?" pikirku dalam hati
serasa mimpi bisa melihat dan mendengar suaranya lagi.
"ngapain pake nanya bukannya langsung nolongin!" ucapku ketus pada Eza.
"ya ampun segitunya sini ayo!" ucap Eza lalu menggendongku.
"Za gue ga lumpuh, kaki gue ga patah, ga kelindes truk ampe musti lo gendong segala!" protesku pada Eza.
"yah gapapalah Ranis, kan udah lama banget kita ga maen gendong2an semenjak SD dulu.." ucap Eza sambil menggendongku masuk rumah lewat depan.
"eh.. Ngomong2 kapan lo balik dari Australi? Kok gak ngabarin gue?" tanyaku sambil mencubit pipi Eza.
Sungguh aku tak menyangka, cinta pertamaku yang hilang kini telah kembali, dan kini aku mendekapnya dan dia menggendongku. Sungguh aku sangat merindukan Eza.
"emang kalo gue bilang, lo mw apa?" tanya Eza sambil menurunkanku diteras depan rumah.
"yah gue bisa siapin telor, tepung terigu, aer comberan" ucapku ngawur.
"waduh tega amat.. emang lo ga kangen ya ama gue?" tanya Eza dengan tatapan tajam padaku.
Tatapan yang selalu aku rindukan. Tatapan yang membuat akalku hilang. Tatapan yang membuatku jatuh cinta padanya sejak dulu hingga sekarang. Dan tatapan itu tidak pernah berubah. Tetap tatapan Ezakusayang.
"WOI" treak Eza sambil menyentil hidungku.
"ikh apa si ateng?" tanyaku spontan.
"jangan ngeliatin gue ampe gitu dong, napsu amat mandangin gue.. Haha.. Tapi lo masih inget aja panggilan itu..?" ledek Eza dengan tatapan genit.
"ihh.. GR banget lo! Panggilan apa? Emang td gue manggil lo apa?" tanyaku bingung dan salah tingkah.
"yang tadi atikku sayang.. tadi kan lo manggil gue ateng?" ucap Eza.
Aku terdiam dan berfikir. Pikiranku melayang pada masalaluku 6tahun lalu.
Saat aku dan Eza masih bersama. Panggilan sayang yang kita buat. Ateng dari kata ganteng adalah panggilan sayangku pada Eza, dan Atik dari kata cantik adalah panggilan sayang Eza padaku.
Aku sangat merindukan saat2 itu.
Rindu Eza Cinta Monyetku.
"haloo?" ucap Eza sambil mencubit kedua pipiku dan enggoyangkannya kekiri dan kekanan bagai boneka..
"SAKIT!" teriakku ketus.
Sepertinya Eza kaget melihat ekspresiku.
Dia menjauhkan wajahnya dari wajahku, dan duduk disebelahku.
"maap2, gue cuma kangen sama Atik gue.." ucap Eza sambil merengkuh tubuhku dalam dekapannya.
Jujur saja aku masih dan bahkan sangat merindukannya.
Pelukannya selalu membuatku nyaman, senyumnya yang selalu membuat hatiku tenang, tatapannya selalu membuatku deg-degan.
"lo kenapa si Nis? Ga biasanya jadi pendiem gni? Gue salah yah?" tanya Eza cemas.
"gapapako, cuma kaki gue masih sakit aja.." ucapku mencari alasan.
"yang mana yg sakit? Coba gue liat?" tanya Eza khawatir.
"ga ko Za udah gapapa, lo apa kabar setelah 6 tahun ngilang?" tanyaku bercampur sindiran.
"nyindir ceritanya? Gue baik2 aja.. Cuma 1 yang bikin gue gak tenang.." ucap Eza tiba2 murung.
"apa? kok bisa?" tanyaku bingung.
"lo Nis.." jawab Eza sambil mendekapku makin erat.
Terasa nyaman dan hangat.
"haha gombal lo! Cewek lo sekarang siapa? Bule ya ?" tanyaku pada Eza.
"bulepotan! Haha.. Iya masih dari Australi juga.. Lo sendiri?" tanya Eza dengan tatapan yang mematikan.
"adalah.. Masih anak komplek ini juga kok.." ucapku gugup karna berbohong.
"ohh.." ucap Eza lesu dan melepaskan dekapannya.
"siapa namanya?" sambung Eza.
Siapa namanya? Namanya siapa? Mampuslah aku!
Emang aku punya pacar? Jelas2 aku masih bertahan hanya untuk Eza. Aku harus jawab apa?
"Zehan.." ucapku ragu.
"temen sekolah lo?" tanya Eza.
"ikh bawel amat lo!" ucapku jutek.
Tamatlah riwayatku!
Kenapa aku menyebut Zehan si tukang rujak bebek itu? Aku baru kenal dia duahari, dan baru tahu namanya tadi. Pengakuan yang diluar perkiraanku!
"haha.. iya2.. Kan gue gamau Atikku punya cowok yang sembarangan.." ucap Eza sambil memelukku lagi.
Aku hanya terdiam dan menyandarkan kepalaku di bahunya.
"gue kamgen banget Za sama lo" ucapku manja.
Yah.. Aku sangat kangen aku merasa bagian keceriaan dari diriku hilang saat Eza menghilang.
Aku menjadi gadias yg Jutek dan pendiam.
"apalagi gue Nis, besok jalan yuk!" ajak Eza.
"jam berapa trus kemana?" tanyaku memastikan.
"dari pagi, kita joging, siang jalan2 ke mall, sore nonton, malemnya kita dinner.. Pokoknya main seharian!" ucap Eza bersemangat.
"tapi gue udah ada janji sama Zehan.. Sory ya Za.." ucapku.
"lo mau ngapain? Kemana sama dia?" tanya Eza yang terlihat bimbang.
"yah gue mau main kerumahnya ngejenguk bokapnya yg lagi sakit.." jawabku berbohong.
Tapi memang benar ayahnya Zehan kan emang lg sakit, setidaknya dosaku tidak sebesar berbohong penuh.
"dari pagi sampe malem?" tanya Eza.
"yah enggak lah Za, paling dari siang sampe sore. Kenapa?" tanyaku cuek.
"lo ga mikir ya, lo bkal lebih fun sama gue, kita bisa shopping, nonton, dinner ya kan?" tanya Eza membandingkan.
"gue tau.. Dan jalan sama lo selalu lebih menyenangkan buat gue, tapi gue udah janji.." ucapku sedikit sedih.
"yaudah kita dinner aja gimana? Please? Don't make me dissapointed.." ucap Eza penuh harap.
"sok inggris lo ah.." ucapku mengalihkan perhatiannya berusaha mengabaikan ajakkannya.
"Ranis gue serius.. Please jawab" ucap Eza sambil menggenggam tanganku dan menarik wajahku berhadapan dengan wajahnya, memaksaku bertatapan dengan tatapan matanya yang mematikan.
Aku harus apa?
Sebenarnya aku ini sedang jatuh cinta pada Zehan si tukang rujak bebek atau Eza Cinta pertamaku?

MAU TAU JAWABANNYA ?
SIMAK DI PART IV :DD
JANGAN LUPA NINGGALIN JEJAK YANG BACA :d

*NISNIS*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar