Heyy PCCN dan Nisnizer..
ini Cerbung Niss selanjutnya yang terinspirasi dari makanan, yaitu Rujak Bebek.
Tapi ini Fiktif loh yaa, aku ga naksir tukang rujak beneran..
silahkan baca dan moga kalian sukaa:)
Namaku Ranisa Moela Effendi. Cewek yang super jutek sama cowok yang lebih suka dirumah daripada main panas2an. Aku termasuk orang yang ambisius, Plinplan, Jutek yahh bisa di bilang sombong.
Sore ini sore yang sanget menyebalkan buatku , karna aku harus dirumah sendirian, ditambah suara ulekan raksasa yang menyebalkan dari depan rumah.
'buk buk buk buk buk'
suara tukang rujak bebek yang membuatku sangat kesal , mengganggu konsentrasiku membaca Novel! Saat aku bermaksud mengusir tukang rujak itu, tiba2 ayahku pulang dan langsung menyuruhku membeli rujak bebek depan rumah.
"kakak, beliin ayah rujak tuh, yang 2rb.." ucap ayahku sambil memberi uang.
"yang depan rumah?" tanyaku pura2 bego.
"iya, kakak mau ga? Beli dua aja" perintah ayah.
"iyaiyaa.." ucapku malas.
Dengan berat hati dan berat kaki aku menuju ke tukang rujak itu. Padahal cuma lima langkah dari depan rumah, tapi rasanya 50 langkah! Kakiku terasa diseret mundur kebelakang, sulit melangkah bagai kaki yang dibebani 50kg.
Mungkin perumpamaanku ini terlalu berlebihan, tapi ini karna aku KESAL!
Emangnya abang itu ga bisa jualan yang laen yah selain RUJAK BEBEK? kenapa ga jualan Nasi bebek? Sayur bebek? Kenapa musti rujak bebek? Sungguh pertanyaan yang bodoh !
Kembali ke awal rasa jengkelku , aku mau usir tukang rujak bebek itu, tapi malah disuruh beli? Nyebelin!
Akhirnya setelah 5 menit aku sampai dibelakang abang rujak bebek itu.. 1menit perlangkah yang kubutuhkan untuk sampai kesini! Rasanya aku mau menjambak abang rujak bebek ini, ngolesin mukanya pake sambel ! Kenapa abangnya ga bawa blender aja ? Lebih gampang kan? Ga pegel ngebebek gtu ! Tapi sungguh ini pernyataan yang sangat bodoh! Aku terus melamun sampai suara abang rujak bebek itu mengagetkan aku.
"beli berapa neng?" tanya tukang rujak bebek itu sambil menoleh padaku .
"eh hmm.. Dua , yang ditempat..bang..1 pedes satu lagi jangan terlalu pedes.." jawabku yang kaget.
Ternyata penjual rujak bebek ini masih sangat muda! Yah kira2 umur 18lah , putih tinggi tampangnya lumayan... Banget!
Sepertinya aku akan menarik kata2ku.. Aku berharap tukang rujak bebek ini tangannya keseleo, lalu bagai malaikat aku akan membantunya membebek rujak itu, dan kita saling pegangan tangan dan GUBRAK !
Aduhh Ranisa, sejak kapan si jadi menghayal bareng tukang rujak bebek?
"nih neng, yang ini pedes, yang ini agak pedes" ucap abang rujak bebek itu.
"ohh iya makasih.." ucapku yang kangsung memberikan uang lalu pergi dan langsung masuk ke rumah.
Setelah sampai rumah, aku langsung memberikan rujak pada ayah.
"nih yah.." ucapku masih dengan nada sedikit bete.
"kenapa kok tampangnya gtu?"tanya ayah.
"gak apa2 yah, 1lg buat aku kan?" tanyaku.
"iya.. emang siapa lg? Yg dirumah cuma kakak sm ayah, masa beliin buat kucing?" canda ayah.
"ya ya ya" ucapku lalu masuk kamar.
Aku meletakan rujak bebek itu di meja belajar tanpa ada rasa ingin mencobanya.
5 detik kemudian aku mulai melirik, 4detik selanjutnya ku ulangi melirik rujak bebek di meja belajar itu.
3detik, 2 detik dan kini aku terpaku pada rujak bebek itu. Bagaimana rasa rujak itu? Apa bedanya sama rujak biasa? Kenapa dinamakan rujak bebek bukan rujak ulek atau rujak tumbuk? Lagi2 pikiran aneh membayangiku melukiskan rasa keingintahuanku.
"oke aku coba!" ucapku mantap lalu mengambil rujak bebek itu.
Kubuka bungkusnya, ku raih sendok lalu secara perlahan ku sambar rujak itu lalu ku lahap sedikit. Beberapa saat aku terdiam meresapi rasa rujak itu.
pedes.. ku coba menyendok lebih banyak lagi. Pedes.. gurih.. Manis.. Hemm.. Aku mulai ketagihan.. Ternyata rujak bebek ga seburuk yang ada dipikiranku.. Dalam sekejap rujak itu habis! Namun kurasakan sensasi aneh dalam perutku.
MULAS !
Ya perutku mulas! Aku langsung bergegas ke wc. Dalam pikiranku melayang2 berbagai macam dugaan.
Apa jangan2 penjual rujak bebek itu ngasih aku obat mules? Atau sengaja dia kasih cabe busuk makanya aku jadi mulds2? Atau ahh.. Terlalu banyak dugaan dalam benakku.
Akhirnya setelah rasa mulas itu berhasil kuhilangkan, aku kembali ke kamar!
Saat mau masuk kamar, ayah menegurku.
"kenapa kak? Mules2 ya?" ledek ayah.
"gak lucu ayah!" ucapku keral dengan tampang ditekuk.
"pertama-tama emang gitu kalo belum terbiasa, apalagi kamu ga doyan pedes kan?" ucap ayah menjelaskan.
"tapi kalo gini sama aja kayak ngeracunin! Udah ah gamau bahas!" ucapku kesal lalu masuk kamar.
Keesokan harinya tepat pukul 4 sore tukang rujak bebek itu sudah stand by lagi depan rumahku. Kenapa si musti depan rumahku? Ga punya tempat mangkal? Atau cari perhatianku? Lagi2 pikiran itu muncul.
Saat aku sedang dalam lamunanku, tiba2 ada suara yang mengagetkanku.
Suaranya begitu lembut. Pasti suara ini yang punya adalah cowok yang berhati lembut.
"rujak neng?"
*buk buk buk buk.. suara tumbukan rujak itu*
ternyata abang rujak bebek itu yang memanggilku!
Ya ampun khayalanku terlalu jauh ternyata.. tapi memang benar, suara itu begitu lembut.
"hmm.. Satu deh tapi..." perkataanku terputus.
"tapi apa neng?" tanya cowok itu sambil terus menumbuk.
"tapi gak pake MULES!" ucapku polos.
Tukang rujak bebek itu terdiam, lalu menghentikan tumbukannya dan tertawa sangat bahagia melihat tingkahku yan. Sangat bodoh !
"hahahahaha.. Yah berarti neng itu baru pertama kali nyoba yah? Masa ada rujak bebek pake mules? Gak ada atuh neng.." ucap tukang rujak bebek itu sambil kembali menumbuk.
"yah.. pokoknya bikin yang jangan sampe aku mules!" ucapku ketus berusaha sejutek mungkin untuk menutupi rasa maluku.
"beres.." ucap cowok tukang rujak itu.
"aduh.. akrab amat neng.." ledek pak Toto tetangga sebelah.
"akrab gimana pak?" tanyaku bingung.
"itu ngobrol sama tukang rujak.. haha" ucap pak Toto dengan menyunggingkan senyuman jahilnya Yang meledekku.
"ikh si bapak bisa aja.. Enggak lah.." ucapku kesal namun tetap berusaha ramah.
"oh.. bapak udah pulang nis?" tanya pak Toto padaku.
"belum.. tau nih pak tumben.. Ada perlu sama ayah?" tanyaku sopan.
"iyanih.." jawab pak Toto singkat lalu bergegas ke tukang rujak.
"Rujaknya 1 ya, pedes" ucap pak Toto lalu kembali ke depan rumahku.
"kira2 masih lama ga yah nis?" tanya pak Toto padaku.
"kayaknya enggak si pak, ditunggu aja.. Ayo pak duduk" ucapku ramah.
Akupun mempersilahkan pak Toto duduk.
Tiba2 ada suara memanggilku.
"neng nih rujaknya, gak pake MULES.." ledek tukang rujak itu.
"yee.. ngeledek aja! Nih uangnya!" ucapku sambil mengambil rujak itu dan memberikan uang.
Saat aku masuk, pak Toto kembali mengajakku ngobrol.
"udah langganan rujak juga ya Nis?" tanya pak Toto.
"hah? Ga kok pak, baru kemaren.." jawabku.
"oh.. jadi demen ya?" tanya pak Toto.
"gak juga, cuma mau coba2 aja.. Abis yg kemaren agak kepedesan.." ucapku.
"maksud bapak, demen tukangnya.. hahaha" ledek Pak Toto.
"ye si bapak bisa aja ngeledeknya! Tapi emang tukang rujak bebek itu siapa si? Udah lama jualan? Kok Ranis baru tau ya pak ?" tanyaku penasaran.
"enggak kok, baru seminggu.. Dia juga pindahan dari komplek sebelah.. Baru lulus sekolah.. Dia anaknya pak Brata, tukang rujak bebek sebelah, denger2 pak Brata lg sakit keras jadi digantiin anaknya biar pelanggannya ga kecewa.. Kenapa Nis? Guanteng ya?" sindir pak Toto dengan senyum meledek.
"ikh.. Enggak pak.. Aneh aja anak muda jual rujak bebek.. Namanya siapa si pak?" tanyaku pada pak Toto..
"nama saya Zehan neng.." ucap seseorang yang ternyata tukang rujak itu.
Aku tersentak kaget! Betapa malunya aku. Palaku pusing, jantungku terasa ditonjok, perutku mual..
*BRUK*
SUARA APAKAH ITU ?
SIMAK DI PART SELANJUTNYA :D
POKOKNYA yang baca ninggalin jejak ~
>YANG COPAS HIDUPNYA GA TENANG DUNIA AKHIRAT
* NISNIS *
ini Cerbung Niss selanjutnya yang terinspirasi dari makanan, yaitu Rujak Bebek.
Tapi ini Fiktif loh yaa, aku ga naksir tukang rujak beneran..
silahkan baca dan moga kalian sukaa:)
Namaku Ranisa Moela Effendi. Cewek yang super jutek sama cowok yang lebih suka dirumah daripada main panas2an. Aku termasuk orang yang ambisius, Plinplan, Jutek yahh bisa di bilang sombong.
Sore ini sore yang sanget menyebalkan buatku , karna aku harus dirumah sendirian, ditambah suara ulekan raksasa yang menyebalkan dari depan rumah.
'buk buk buk buk buk'
suara tukang rujak bebek yang membuatku sangat kesal , mengganggu konsentrasiku membaca Novel! Saat aku bermaksud mengusir tukang rujak itu, tiba2 ayahku pulang dan langsung menyuruhku membeli rujak bebek depan rumah.
"kakak, beliin ayah rujak tuh, yang 2rb.." ucap ayahku sambil memberi uang.
"yang depan rumah?" tanyaku pura2 bego.
"iya, kakak mau ga? Beli dua aja" perintah ayah.
"iyaiyaa.." ucapku malas.
Dengan berat hati dan berat kaki aku menuju ke tukang rujak itu. Padahal cuma lima langkah dari depan rumah, tapi rasanya 50 langkah! Kakiku terasa diseret mundur kebelakang, sulit melangkah bagai kaki yang dibebani 50kg.
Mungkin perumpamaanku ini terlalu berlebihan, tapi ini karna aku KESAL!
Emangnya abang itu ga bisa jualan yang laen yah selain RUJAK BEBEK? kenapa ga jualan Nasi bebek? Sayur bebek? Kenapa musti rujak bebek? Sungguh pertanyaan yang bodoh !
Kembali ke awal rasa jengkelku , aku mau usir tukang rujak bebek itu, tapi malah disuruh beli? Nyebelin!
Akhirnya setelah 5 menit aku sampai dibelakang abang rujak bebek itu.. 1menit perlangkah yang kubutuhkan untuk sampai kesini! Rasanya aku mau menjambak abang rujak bebek ini, ngolesin mukanya pake sambel ! Kenapa abangnya ga bawa blender aja ? Lebih gampang kan? Ga pegel ngebebek gtu ! Tapi sungguh ini pernyataan yang sangat bodoh! Aku terus melamun sampai suara abang rujak bebek itu mengagetkan aku.
"beli berapa neng?" tanya tukang rujak bebek itu sambil menoleh padaku .
"eh hmm.. Dua , yang ditempat..bang..1 pedes satu lagi jangan terlalu pedes.." jawabku yang kaget.
Ternyata penjual rujak bebek ini masih sangat muda! Yah kira2 umur 18lah , putih tinggi tampangnya lumayan... Banget!
Sepertinya aku akan menarik kata2ku.. Aku berharap tukang rujak bebek ini tangannya keseleo, lalu bagai malaikat aku akan membantunya membebek rujak itu, dan kita saling pegangan tangan dan GUBRAK !
Aduhh Ranisa, sejak kapan si jadi menghayal bareng tukang rujak bebek?
"nih neng, yang ini pedes, yang ini agak pedes" ucap abang rujak bebek itu.
"ohh iya makasih.." ucapku yang kangsung memberikan uang lalu pergi dan langsung masuk ke rumah.
Setelah sampai rumah, aku langsung memberikan rujak pada ayah.
"nih yah.." ucapku masih dengan nada sedikit bete.
"kenapa kok tampangnya gtu?"tanya ayah.
"gak apa2 yah, 1lg buat aku kan?" tanyaku.
"iya.. emang siapa lg? Yg dirumah cuma kakak sm ayah, masa beliin buat kucing?" canda ayah.
"ya ya ya" ucapku lalu masuk kamar.
Aku meletakan rujak bebek itu di meja belajar tanpa ada rasa ingin mencobanya.
5 detik kemudian aku mulai melirik, 4detik selanjutnya ku ulangi melirik rujak bebek di meja belajar itu.
3detik, 2 detik dan kini aku terpaku pada rujak bebek itu. Bagaimana rasa rujak itu? Apa bedanya sama rujak biasa? Kenapa dinamakan rujak bebek bukan rujak ulek atau rujak tumbuk? Lagi2 pikiran aneh membayangiku melukiskan rasa keingintahuanku.
"oke aku coba!" ucapku mantap lalu mengambil rujak bebek itu.
Kubuka bungkusnya, ku raih sendok lalu secara perlahan ku sambar rujak itu lalu ku lahap sedikit. Beberapa saat aku terdiam meresapi rasa rujak itu.
pedes.. ku coba menyendok lebih banyak lagi. Pedes.. gurih.. Manis.. Hemm.. Aku mulai ketagihan.. Ternyata rujak bebek ga seburuk yang ada dipikiranku.. Dalam sekejap rujak itu habis! Namun kurasakan sensasi aneh dalam perutku.
MULAS !
Ya perutku mulas! Aku langsung bergegas ke wc. Dalam pikiranku melayang2 berbagai macam dugaan.
Apa jangan2 penjual rujak bebek itu ngasih aku obat mules? Atau sengaja dia kasih cabe busuk makanya aku jadi mulds2? Atau ahh.. Terlalu banyak dugaan dalam benakku.
Akhirnya setelah rasa mulas itu berhasil kuhilangkan, aku kembali ke kamar!
Saat mau masuk kamar, ayah menegurku.
"kenapa kak? Mules2 ya?" ledek ayah.
"gak lucu ayah!" ucapku keral dengan tampang ditekuk.
"pertama-tama emang gitu kalo belum terbiasa, apalagi kamu ga doyan pedes kan?" ucap ayah menjelaskan.
"tapi kalo gini sama aja kayak ngeracunin! Udah ah gamau bahas!" ucapku kesal lalu masuk kamar.
Keesokan harinya tepat pukul 4 sore tukang rujak bebek itu sudah stand by lagi depan rumahku. Kenapa si musti depan rumahku? Ga punya tempat mangkal? Atau cari perhatianku? Lagi2 pikiran itu muncul.
Saat aku sedang dalam lamunanku, tiba2 ada suara yang mengagetkanku.
Suaranya begitu lembut. Pasti suara ini yang punya adalah cowok yang berhati lembut.
"rujak neng?"
*buk buk buk buk.. suara tumbukan rujak itu*
ternyata abang rujak bebek itu yang memanggilku!
Ya ampun khayalanku terlalu jauh ternyata.. tapi memang benar, suara itu begitu lembut.
"hmm.. Satu deh tapi..." perkataanku terputus.
"tapi apa neng?" tanya cowok itu sambil terus menumbuk.
"tapi gak pake MULES!" ucapku polos.
Tukang rujak bebek itu terdiam, lalu menghentikan tumbukannya dan tertawa sangat bahagia melihat tingkahku yan. Sangat bodoh !
"hahahahaha.. Yah berarti neng itu baru pertama kali nyoba yah? Masa ada rujak bebek pake mules? Gak ada atuh neng.." ucap tukang rujak bebek itu sambil kembali menumbuk.
"yah.. pokoknya bikin yang jangan sampe aku mules!" ucapku ketus berusaha sejutek mungkin untuk menutupi rasa maluku.
"beres.." ucap cowok tukang rujak itu.
"aduh.. akrab amat neng.." ledek pak Toto tetangga sebelah.
"akrab gimana pak?" tanyaku bingung.
"itu ngobrol sama tukang rujak.. haha" ucap pak Toto dengan menyunggingkan senyuman jahilnya Yang meledekku.
"ikh si bapak bisa aja.. Enggak lah.." ucapku kesal namun tetap berusaha ramah.
"oh.. bapak udah pulang nis?" tanya pak Toto padaku.
"belum.. tau nih pak tumben.. Ada perlu sama ayah?" tanyaku sopan.
"iyanih.." jawab pak Toto singkat lalu bergegas ke tukang rujak.
"Rujaknya 1 ya, pedes" ucap pak Toto lalu kembali ke depan rumahku.
"kira2 masih lama ga yah nis?" tanya pak Toto padaku.
"kayaknya enggak si pak, ditunggu aja.. Ayo pak duduk" ucapku ramah.
Akupun mempersilahkan pak Toto duduk.
Tiba2 ada suara memanggilku.
"neng nih rujaknya, gak pake MULES.." ledek tukang rujak itu.
"yee.. ngeledek aja! Nih uangnya!" ucapku sambil mengambil rujak itu dan memberikan uang.
Saat aku masuk, pak Toto kembali mengajakku ngobrol.
"udah langganan rujak juga ya Nis?" tanya pak Toto.
"hah? Ga kok pak, baru kemaren.." jawabku.
"oh.. jadi demen ya?" tanya pak Toto.
"gak juga, cuma mau coba2 aja.. Abis yg kemaren agak kepedesan.." ucapku.
"maksud bapak, demen tukangnya.. hahaha" ledek Pak Toto.
"ye si bapak bisa aja ngeledeknya! Tapi emang tukang rujak bebek itu siapa si? Udah lama jualan? Kok Ranis baru tau ya pak ?" tanyaku penasaran.
"enggak kok, baru seminggu.. Dia juga pindahan dari komplek sebelah.. Baru lulus sekolah.. Dia anaknya pak Brata, tukang rujak bebek sebelah, denger2 pak Brata lg sakit keras jadi digantiin anaknya biar pelanggannya ga kecewa.. Kenapa Nis? Guanteng ya?" sindir pak Toto dengan senyum meledek.
"ikh.. Enggak pak.. Aneh aja anak muda jual rujak bebek.. Namanya siapa si pak?" tanyaku pada pak Toto..
"nama saya Zehan neng.." ucap seseorang yang ternyata tukang rujak itu.
Aku tersentak kaget! Betapa malunya aku. Palaku pusing, jantungku terasa ditonjok, perutku mual..
*BRUK*
SUARA APAKAH ITU ?
SIMAK DI PART SELANJUTNYA :D
POKOKNYA yang baca ninggalin jejak ~
>YANG COPAS HIDUPNYA GA TENANG DUNIA AKHIRAT
* NISNIS *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar