Kamis, 20 Oktober 2011

Aku dan Airmata #Last Part

Judul :  AKU DAN AIRMATA
Penulis : Annis Raka Prianti (Nisnis)
Terinspirasi oleh lagu Hijau Daun - Aku dan Airmata

             Betapa kagetnya aku ternyata tiga orang itu adalah Fadila, Kiky dan Fitri.
"udah ngerasa cantik lo?" Fadila berbicara padaku dengan tatapan sinis.
"udah ngerasa hebat?" sambung Fitri yang melotot menatapku.
"lu pikir lu siapa? Pake nyuruh Dicky milih, hah?!" Kiky mencolek kasar pipiku.
"tau diri dikit dong jadi cewek! Lo itu cuma CEWEK TARUHAN!" Fitri mendorongku ke tembok.
"udah untung Dicky mau pacaran sama lo, pake mau nyingkirin kita! Hahaha" Fadila menatapku jijik.
Aku? Aku hanya bisa menangis. Aku hanya bisa berteriak, SIAPAPUN TOLONG AKU!
"DIEM?" gertak Fitri padaku.
"lo kalah dari kita, jadi lo harus jauhin Dicky yah, gausah ngarepin Dicky lagi!" Fadila berbicara di depan mukaku.
"denger tuh CEWEK CENGENG!" Kiky membentakku tepat di depan wajahku.
"STOP! Gue udah ga ngarapin Dicky, dan gue udah punya pacar!" akhirnya dengan seluruh keberanianku dan kekuatanku yang terkumpul, aku bisa melawan mereka.
"Oh ya? Berani banget loh bentak-bentak kita!" Kikiy menjenggut rambutku.
"Siapa si yang mau jadi pacar cewek cengeng kayak lo!" Fadila berteriak di telingaku.
‎"gue cowoknya! Ada perlu apa sama gue?" suara Izal terdengar sangat kencang.
"ii.. Izal..?" Fadila dan Kiky kaget dan terlihat gugup bercampur takut.
"gak Zal.. Sory yah... Dadah.." Fitri menarik Fadila dan Kiky berlari bersamanya, Izalpun menghampiriku.. Mengusap airmataku dengan ibu jarinya.
"kamu gapapa? Aku seneng liat kamu tadi bisa ngelawan mereka" ucap Izal sambil mengelus pipiku lembut.
Aku hanya diam dan memeluk Izal, airmataku mengalir deras dibahu Izal.
"udah... Semua udah berlalu, sekarang kamu cuci muka, aku tunggu sini. Baru kita sama-sama ke kelas, okey" Izal melepas pelukanku, mengangkat wajahku dan menatap mataku.
Aku tersenyum dan mengangguk.
Akupun masuk ke toilet, mencuci mukaku dan merapihkan kembali rambutku yang sempat acak-acakan. Setelah selesai, akupun keluar. Izal langsung menggandeng tanganku, dan kami berduapun menuju ke kelas.
sampainya di kelas Angela langsung menghampiriku.
"aku kangen kamu Alice.." Angela memelukku erat.
"aku juga Angela.." aku membalas pelukannya.
"selama 3hari tidak masuk, kau punya cerita apa saja? Bagaimana hubunganmu dengan Izal? Ayolah Alice ceritakan!" Angela terlihat sangat penasaran pada hubunganku dan Izal.
"Selamat Pagi anak-anak" sapa Pak Morgan yang baru masuk kelas.
Aku dan Angela langsung berlarian ke tempat duduk masing-masing.
"Pagi Pak..!" jawab semua murid serempak.
"sudah siap untuk tampil?" tanya Pak Morgan dengan senyum menawannya.
Ada yang menjawab siap dan ada yang bersorak karena belum siap.
"oke silahkan Reza dan Angela tampil maju kedepan, ayo berikan tepuk tangan pada Angelka dan Reza.." Pak Morgan mengajak semua betepuk tangan. Semua murid pun bertepuk tangan untuk mereka berdua.
Reza mulai memainkan gitarnya.

(cetak tebal : Angela yang menyanyi, Cetak miring : Reza yang menyanyi, cetak tebal dan miring : Angela dan Reza menyanyi bersama)


Ada cinta yang ku rasakan
Saat bertatap dalam canda
Ada cinta yang kau getarkan
Saat ku resah dalam harap
Oo indahnya… cinta


Pernah ku ragu akan sikapmu
Tapi mengapa kini semuanya indah
Oo resahnya…


Ada cinta yang ku rasakan
Saat bertatap dalam canda
Ada cinta yang kau getarkan
Saat ku resah dalam harap
Oo indahnya… cinta


Pernah ku malu pada hatiku
Tapi mengapa kini seolah cinta
Telah ku genggam

Tuhan ku inginkan semoga semua ini
Bukan hanya rasa, rasaku saja
Rasaku sendiri…


Ada ada saja dengan apa yg ku rasa
Bergetar di dada buat ku merana
I got the feeling cause you making me smiling
Thinking of you pusing tujuh keliling
Ku merasa ohh ada cinta

Ada cinta yang ku rasakan
Saat bertatap dalam canda
Ada cinta yang kau getarkan
Saat ku resah dalam harap
Oo indahnya…


"yeeeeyyyy" semua bertepuk tangan untuk Angela dan Reza.
Aku langsung memeluk Angela ketika dia menghampiriku.
"kereenn sekali Angela, Reza! kalian cocok" aku mengacungkan kedua jempolku pada Reza.
Reza hanya tersenyum dan membantu Izal mempersiapkan alat musiknya, karena sebentar lagi kami tampil.
Setelah berseling dua Tim, saatnya aku dan Izal tampil.
"oke selanjutnya Alice dan Izal, silahkan.. mari beri tepuk tangan" ucap Pak Morgan.
Semua bertepuk tangan, membuat aku gugup. Tapi Izal tersenyum padaku, membuat rasa gugupku sedikit menghilang.
Izalpun mulai memainkan gitarnya.


jatuh air mataku iringi remuk redam hatiku
saat ku kehilanganmu 
dan hanya rintik hujan yang menemani aku
di saat aku bertahan, selama ini aku bertahan
lewati semua malam dingin
yang aku pandangi hanyalah langkahmu


wahai kau air mataku
hanya engkaulah saksi hidupku
saat aku kehilangannya, saat aku kehilangannya

tak pernah aku bertahan, selama ini aku bertahan
lewati semua malam dingin
yang aku pandangi hanyalah langkahmu


jatuhnya pun masih di pangkuanku
tak perlu kau sesali

wahai kau air mataku
wahai kau air mataku


di setiap detak jantungku
hanya engkau yang menemaniku
saat aku kehilangannya, saat aku kehilangannya

(wahai engkau air mataku, hanya engkaulah saksi hidupku)
saat aku kehilangannya, saat aku kehilangannya
jatuh air mataku, iringi remuk redam hatiku

Tanpa sadar aku menangis, meresapi setiap arti dan makna dari lagu yang kunyanyikan.
Semuapun bertepuk tangan, bahkan sebagian ada yang bengong karena terharu.
Aku kembali ke bangku ku, dan Izal menghampiriku. Mengusap airmataku yang masih menggantung d kedua pipipku.
"Aku akan selalu ada untuk kamu, seperti airmatamu, yang selalu menetes di pipi, seperti itulah aku.. aku akan jadi pipi yang siap menjadi tempat sandaran sang air mata.." bisik Izal di telingaku, lalu dengan secepat kilat mengecup pipikku..

Ya.. Aku dan air mata.. lagu ini aku buat untuk Dicky.
Saat aku kehilangan Dicky, hanya airmataku yang bisa menemaniku..
Saat aku merindukan Dicky, airmataku juga yang selalu setia menemaniku..
Airmataku adalah saksi bisu antara kisahku bersama Dicky..
Biar ku simpah Dicky jauh dalam lubuk hatiku.
Biarkan Airmata ini menjadi bukti, bahwa Dicky pernah menjadi milikku.
Dan biarkan airmata ini, mengantarku untuk mencintai IZAL..
Karena, dengan airmata kita bisa mengungkapkan segala rasa.
Baik itu sedih ataupun bahagia.
Jangan pernah ragu untuk menangis, jangan pernah malu saat menangis. Ungkapkanlah semua yang kamu rasakan saat kamu merasa sedih, gundah ataupun bahagia. Karna hanya dengan begitu hatimu dapat lega.
Akupun begitu, tapi Izal selalu ada untukku. Menyediakan bahunya untuk tempatku menangis.

* AKU DAN AIRMATA - END *

NO COPAS :))
Hargai Penulis!
Tinggalkan jejak, jangan jadi pembaca misterius :D

NISNIS

Aku dan Airmata #8

Aku dan Airmata #8

oleh * Penggemar Cerpen dan Cerbung NisNis * pada 20 Oktober 2011 jam 14:15
Judul :  AKU DAN AIRMATA
Penulis : Annis Raka Prianti (Nisnis)
Terinspirasi oleh lagu Hijau Daun - Aku dan Airmata


"hai sayang!" Izal langsung memelukku.
"telat setengah jam! Huh!" aku mendorong dan melepaskan pelukannya.
"maaf tadi aku.." aku membekap mulut Izal, "ga terima alasan!" aku pun berjalan cuek meninggalkan Izal.
"sayang jangan marah..." Izal menutup pintu dan menghampiriku.
"semua orang gak ada di rumah dan orang yang udah aku tunggu-tunggu ngaret setengah jam! Menyebalkan!" aku menaiki tangga dan menuju kamarku.
Izal terus mengejarku.
"maaf sayang, tadi aku membeli ini.." ucapan Izal membuatku memalingkan wajahku padanya.
"apa?" tanyaku ketus.
"tutup matamu!" ucap Izal sambil menyembunyikan sesuatu dibalik punggungnya.
"gak mau!" aku turun beberapa tangga hendak menghampiri Izal, namun Izal berlari menjauh dariku.
Keluar membuka pintu belakang dan terus berlari ke halaman belakang.
"awas kau!" ancamku setengah berteriak sambil mengejar Izal.
Saat aku membuka halaman belakang, aku melihan sebuah spanduk besar bertuliskan.

*HAPPY BIRTHDAY ALICE*
I ALWAYS LOVE YOU MY SWEETY *

"SURPRISE!" Izal berjalan menghampiriku membawa sebuah kotak merah kecil.
Kini dia tepat berada dihadapanku.
Dia membuka kotak itu dan mengambil isinya, lalu dipakaikannya di jari manisku.
"happy birthday hunny" *cup* Izal mengecup keningku.
Ku pandang cincin yang melingkar di jari manisku. Dan langsung ku peluk Izal.
"makasih sayang, cincinnya cantik.." Izal membalas pelukanku.
"oke, surprise selesai.. saatnya mengerjakan tugas Pak Morgan! Ayo!" aku menarik Izal berlari meninggalkan halaman belakang dan masuk ke rumah.
"tunggu sini... Aku akan mengambil kertas dan pensilku..." aku berjalan menaiki tangga menuju kamarku.
Saat ku buka pintu, aku menginjak sesuatu.
Ku lirik kakiku dan barang yang ku injak. Ternyata itu adalah bingkai foto Dicky yang tadi aku lempar.
Aku memungutnya dan kembali memandangnya.
"andai kau disini.. Andai kau masih bersamaku.. Andai kita masih seperti dulu... Pasti semua jadi lebih selesai di hari ulang tahunku" aku mengelus foto itu, dan tanpa sadar airmatakupun menetes lagi.
Apakah ini tandanya aku masih belum bisa melupakan Dicky?
Tapi aku sudah berjanji pada Izal, bahwa aku akan melupakan Dicky.
Tapi, ini hal yang sangat sulit bagiku.
Rasa sayangku pada Dicky tumbuh sejak satu tahun lalu. Sementara hubunganku dengan Izal baru hanya 2hari.
Aku tau Izal sangat menyayangiku, tapi aku belum bisa menyayanginya melebihi rasa sayangku untuk Dicky.
Hatiku masih bergetar, saat aku memandang foto Dicky. Airmataku masih menetes, tiap aku teringat masalaluku tentangnya...
"sayang kau sedang apa? Kenapa lama?" suara Izal mengagetkanku.
"ah maaf..." aku menghapus airmataku lalu menyembunyikan foto Dicky di balik punggunggu.
"kamu menangis? Ada apa sayang? Apa yang membuatmu sedih?" Izal terlihat cemas.
"ahh... nggak.. aku.." tiba-tiba Izal menarik foto Dicky yang ku sembunyikan di balik punggungku.
"karna dia?" raut wajah Izal terlihat kecewa.
"maaf... bukannya aku tidak menepati janji... Aku hanya belum bisa melupakannya.." ungkapku secara jujur.
"tidak apa, aku tidak memaksamu melupakan Dicky untukku.. Aku mengerti Alice.. Aku akan selalu sabar menunggu, hingga hatimu sepenuhnya untukku.." Izal tersenyum tulus.
Aku hanya tersenyum dan memeluknya.
"oke.. Ayo turun, kita harus segera selesaikan tugas kita.." Izal mengembalikan foto itu. Aku mengambil pensil dan kertas, lalu menyusul Izal di ruang tamu.
Foto Dicky masih berada di genggamanku sekarang. Ku cengkram erat, seperti hatiku yang selalu berusaha memeluk erat hatinya.
"apa kau sudah punya ide untuk lagu yang kita nyanyikan nanti?" Izal menarikku duduk di sofa.
"sudah, tapi aku takyakin.." aku memberikan kertas berisi lirik lagu yang aku buat.
Aku memperhatikan Izal yang sedang mencoba mencari nada yang tepat untuk lirik lagu yang ku buat.
Ya... Pak Morgan menugaskan tiap kelompok yang beranggotakan dua orang untuk membuat sebuah lagu, dan menampilkannya di depan kelas dengan di iringi alat musik.
Sekarang Izal sedang mencari nada lirik laguku dengan menggunakan gitar.
"lagu yang sangat bagus sayang! Kau dapat inspirasi dari mana?" Izal memelukku setelah selesai mendapat nada dari awal sampai akhir..
"rahasia.." ucapku mengecup hidung Izal. *cup*
"yaudah deh aku gak maksa.. Karna aku udah tau jawabannya..." Izal tersenyum membelai rambutku.
"kamu tau?" wajahku terlihat gugup karena takut.
"ya.." ucap Izal datar sambil membereskan barang-barangnya.
Aku menatap Izal yang sedang sibuk membereskan gitar dan buku musiknya. Aku berusaha mencari tau perasaannya.
Apakah benar dia tau maksud arti dalam laguku?
Jika iya, berarti dia tau ini tentang Dicky?
Tapi kenapa dia tidak cemburu?
"oke sayang, aku pulang dulu yah... Bye.. Sampe besok disekolah yah.." ucapan Izal membuyarkan lamunanku.
"ya okey.. Hati-hati yah sayang.." aku membukakan pintu rumahku.
"hapalkan lagu yang sudah di rekam tadi ya.." pesan Izal sebelum benar-benar pergi.
"iya bawel" aku mendorong Izal keluar rumah.
Aku dan Izal sama-sama melambaikan tangan, dan *BLAM* ku tutup pintu rumahku.
*Tok.. Tok..*
"siapa lagi si?" aku membuka pintu sambil sedikit mengomel dan...
*CKLEK..*
*cup* Izal mengecup keningku.
"maaf ada yang lupa tadi" ucap Izal dengan senyum nakalnya.
"apa?" aku pura-pura jutek, tapi pipiku merah merona menerima kecupannya di keningku.
"mencium keningmu! Hahaha bye.." Izal berlari sambil cengar-cengir.
"huh dasar cowok nakal" aku mengusap-usap keningku sambil tersenyum malu.
Akupun masuk ke kamarku. Bersiap mandi karena hari sudah sangat sore.

                 *****

Keesokan harinya, tepat jam 7.30 pagi, Izal sudah menungguku di depan rumah.
"mah.. Aku berangkat" ucapku sambil mengecup pipi mamaku.
"okey sayang, hati-hati" sahut mamah yang sedang menyiapkan sarapan untuk adikku.
Aku berjalan cepat keluar ramah menuju Izal yang telah menunggu di depan pagar rumahku.
"pagi sayang.." sapa Izal sambil mencubit pipiku.

‎"pagi juga sayang..." aku tersenyum sambil mengelus pipiku yang di cubit Izal.
"sudah siap tampil hari ini?" Izal mengedipkan mata genitnya.
"tentu!" akupun naik ke motor Izal.
Aku dan Izalpun berangkat menuju sekolah.
Hanya dalam waktu 15 menit, aku dan Izal sudah sampai di sekolah. Saat aku akan turun dari motor, aku melihat rombongan geng Dicky. Rafael dan Ilham sedang berjalan bersama Fadila, sementara Dicky berjalan bersama Kiky dan Fitri, Rangga ada di belakang mereka sedang sibuk dengan ipad-nya.
Aku melihat Kiky dan Fitri melirik sinis ke arahku. Sementara aku melihat Dicky yang terlihat keren seperti biasanya.
"ayo!" Izal mengulurkan tangannya untuk menggandengku.
"kau duluan saja, aku mau ke toilet" aku berlari tanpa menatap Izal.
Aku berjalan tertunduk menuju toilet, tapi ada tiga orang yang berdiri di depanku menjegatku.
Aku mengangkat kepalaku yang tertunduk, dan betapa kagetnya aku ternyata tiga orang itu adalah...

adalah siapa hayooo ?
tunggu jawabannya di Last Part :)

NO COPAS :))
Hargai Penulis!
Tinggalkan jejak, jangan jadi pembaca misterius :D

NISNIS

Aku dan Airmata #7

Judul :  AKU DAN AIRMATA
Penulis : Annis Raka Prianti (Nisnis)
Terinspirasi oleh lagu Hijau Daun - Aku dan Airmata


         Aku terlarut dalam pelukan seseorang yang memelukku. Saat pelukannya terasa semakin erat, ku beranikan diri mendongakkan kepalaku. Aku kaget setengah mati saat ku lihat wajah Izal.
Izal? Tidak! Kenapa cowok aneh ini yang memelukku?
Tapi aku sudah telanjur merasa nyaman dalam pelukannya. Jadi ya sudahlah... Memang ini yang aku butuhkan sekarang. Tempat bersandar, tempat menangis yang nyaman. Tapi tak pernah ku sangka, bahwa Izal lah yang mampu buatku merasa nyaman dipelukannya.
"kan udah gue bilang... jangan masuk... Jadi gini kan semua..." Izal mengusap dan merapikan rambutku yang sudah tak karuan bentuknya. Aku masih tak bisa berkata-kata... Yang keluar hanyalah lirnangan airmata.
"jangan nangis lagi yah... gausah sedih... gue siap jadi tempat lo bersandar..." Izal mengusap airmataku yang tak henti mengalir membasahi pipiku.
"mau gue anter ke Angela? Dia panik nyari lo.." Izal menatap wajahku dengan khawatir.
Aku tak bergeming... Tak sepatah katapun keluar dari mulutku, tak satu ekspresipun terlihat di wajahku. Ekspresiku datar.
Izal berusaha membantuku untuk bangun, mengangkat tubuhku dan berusaha membuatku berdiri. Tapi...
"aawhh.." untuk pertama kalinya suaraku bisa keluar. Ini karna kakiku yang terasa amat sakit.
Aku melihat Izal panik mendengar teriakanku.
"kaki lo sakit?" Izal menatap mataku dan memperhatikan wajahku dengan tegang.
Aku hanya mengangguk. Ku lihat dia melirik ke arah tangga.
"jangan bilang kalo lo jatoh dari tangga?!" Izal meraih pundakku dengan kedua tangannya.
Aku tak menjawab, hanya airmataku yang mulai mengalir lagi.
Izal memelukku untuk kedua kalinya.
Kurasakan ada sesuatu yang menetes dirambutku. Ku dongakkan kepalaku dan kulihat Izal menangis. Apakah airmatanya yang menetes di kepalaku? Apa ia menangis?
Tapi karna apa?
Banyak pertanyaan yang ingin ku ungkapkan, namun rasanya bibirku masih terasa kaku.
"sebesar inikah perasaan lo ke Dicky? Apa gak ada kesempatan buat gue?" Izal memelukku semakin erat. Dan saat ia melepaskan pelukannya, Bibirnya mendarat di keningku.
*cup*
dia mengecup keningku.
Tapi entah mengapa aku tak merasa kesal ataupun marah, yang kurasakan malah debaran jantuk yang semakin cepat.
"maaf gue egois... gue kayak gini, karna gue sayang sama lo Alice" Izal menggotongku untuk menemui Angela.
Kupandang wajahnya yang sedang serius, kuperhatikan terus, ku lihat masih ada tetes airmata yang tersisa di sudut pipinya.
Ku gerakan tanganku kearah pipinya, dan ku usap pipinya agar airmatanya terhapus.
Izal berhenti dan menatapku sesaat, dia hanya tersenyum lalu melanjutkan berjalan.
Sekitar 5 meni kemudian, ku dengar langkah kaki cepat menghampiriku.
"Alice!" suara Angela terdengar sangat jelas.
"lo nemuin dimana Zal?" Angela terlihat bingung dan panik memperhatikanku.
"di tangga turun ke parkiran, dia jatoh dari tangga.." Izal menjelaskan keadaanku pada Angela.
"Alice... Ada apa denganmu..?" Angela terlihat sangat khawatir.
"Yaudah anter dia pulang yuk.." Izal membenarkan tasnya yang hampir melorot, ku lihat wajahnya yang mulai dibasahi keringat. Aku tau, dia pasti sangat lelah.
Angela dan Izal pun mengantarku sampai rumah. Sesampainya dirumah, mamaku langsung memanggil dokter.

                      *****

*kembali ke waktu sekarang*

ya... Itulah kejadian minggu lalu... Sakit yang ada di hatiku masih terasa hingga sekarang.
Tak pernah terbayangkan olehku, hal terindah itu berakhir dengan sakit hati yang mendalam.
Ku lirik jam dinding yang menempel di dinding kamarku.
"jam 14.30.. Kok belom dateng ya?! Dasar ngaret!" aku menggerutu dengan kesal.
Ku lanjutkan kembali menulis lirik lagu yang sedang ku buat.
Aku menatap langit-langit mencari inspirasi.
"ayo Alice berfikir..." aku memukul kepalaku sendiri.
Ku tatap kertas kosong di hadapanku.
Ku bayangkan wajah seseorang di kertas itu, tapi tiba-tiba berubah menjadi wajah Dicky.
"aaa tidakk!" aku menjenggut rambutku sendiri.
"ayolah Alice jangan pikirkan cowok menyebalkan itu! Cari inspirasi lain!" aku merobek kertas kosong itu, dan melemparnya ke arah bingkai yang tadi ku lempar juga. Ya... Bingkai yang berisi foto Dicky. Yang dulu adalah pangeran impianku.
Aku kembali mencoba menulis lagu lagi, tapi tiba-tiba Angela meneleponku.

* BF ~ Angela Calling *

#Pembicaraan Via Telepon.
Aku : halo Angela?
Angela : ya Alice, ini aku... Kau sedang apa? Apa tugas dari Pak Morgan sudah selesai?
Aku : belum Angela, si bebeyku belum datang...
Angela : enak yah satu kelompok dengan pacar...
Aku : kau sendiri, apa tugasmu sudah selesai? Bagaimana rasanya 1kelompok dengan Reza?
Angela : kau tau Alice, dia jago Nge-rapp. Jadi aku menyanyi dan dia bermain musik sambil menjadi rapper di laguku. Dan kau tau? Dia sangat keren!
Aku : wauw.. Aku tak sabar menunggu besok untuk melihat penampilanmu dan Reza..!
Angela : aku juga tak sabar melihat penampilanmu Alice...
(Ting.. Tong) #suara bel rumahku.
Aku : Angela, sepertinya itu dia datang.. Nanti ku telepon lagi ya.. Byee...
Angela : okey. Good luck dear.. Byee..
Akupun menutup telepon.
Berlari membuka pintu kamar dan menuju pintu rumah.
*Klek...*
ku buka pintu rumah dan...
"hai sayang..."

siapakah yang memanggil Alice sayang?
Pacar barunya kah?

NO COPAS :))
Hargai Penulis!
Tinggalkan jejak, jangan jadi pembaca misterius :D

NISNIS

Aku dan Airmata #6

udul :  AKU DAN AIRMATAPenulis : Annis Raka Prianti (Nisnis)
Terinspirasi oleh lagu Hijau Daun - Aku dan Airmata

"kalau begitu maaf, aku tidak bisa meninggalkan sahabat-sahabatku.. Kita putus Alice" Dick berjalan cuek meninggalkanku.
Aku tak mampu bersuara, hanya airmata yang bisa mengungkapkan betapa pedih dan sakitnya hati ini.
Airmataku mengalir deras, tubuhku terasa lemas, nafasku terasa sesak, jantungku lemah hampir tak berdetak.
Aku benci Dicky! Aku benci diriku sendiri!
Aku bodoh!
Kenapa aku memaksanya memilih jika akhirnya akan seperti ini?
Aku sungguh sangat bodoh berharap dia menyayangiku dan mempunyai perasaan yang mendalam sama denganku!
Kini, pangeran yang sudah satu tahun ku kejar telah terlepas.
Penantian yang cukup panjang kini hanya berakhir dengan uraian airmata.
Semua rasa cinta yang sejak lama terpendam harus hancur bersama pahitnya kenyataan.
Aku tertunduk lemah, hatiku terasa remuk. Kenapa harus secepat ini kebahagiaan bersama Dicky sirnah?
Apakah aku tak cukup pantas untuknya?
Apakah Fadila, Fitri dan Kiky jauh lebih menyenangkan?
Apakah aku tak cukup membuatnya bahagia dan nyaman bersamaku?
Apakah aku harus terus menyalahkan diriku sendiri?
Aku berjalan lemas duduk dibawah pohon taman belakang.
Entah wajahku seperti apa sekarang.
Ada apa dengan aku?
Kenapa aku terlalu mencintai laki-laki yang sama sekali tidak mencintaiku?
Saat aku sedang termenung, handphoneku tiba-tiba berdering.

* BF ~ Angela Calling *

Apa aku harus mengangkatnya? Tapi rasanya mulutku sulit untuk berucap.
Aku tak mengiraukan telepon itu, dan beranjak dari bangku. Aku berjalan lunglai tanpa tujuan menyusuri sekolah. Mencari tempat untuk mengadu, mengungkapkan keluh kesahku.
Aku berjalan mengikuti arah tembok, aku berniat turun ke arah parkiran... Tapi saat melangkah di anak tangga ke-2, aku terpeleset dan jatuh terduduk.
"engk.." suaraku tertahan.
Airmataku mengalir semakin deras.
Lengkap sudah penderitaanku hari ini.
Hatiku hancur, sakit tak tertahankan. Kini kakiku terasa ngilu dan sakit jatuh dari 8 anak tangga.
Entah mengapa aku tak bisa bergerak. Apa mungkin karna aku tak ingin bergerak? Entahlah.. Lumpuhpun aku tak akan peduli.
Karna sakit ini tak sebanding dengan sakit hati yang ku rasa.
Aku malu pada Angela..
Aku malu pada Izal..
Bahkan aku malu pada Diriku sendiri..
Aku memang terlalu bodoh, terlalu polos dan terlalu chnta pada Dicky.
Apa ini artinya aku harus melupakan Dicky?
Apa aku harus menghapus rasa cintaku pada Dicky?
Tidak! Aku tidak akan bisa... Tidak pernah bisa!
Aku ingin berteriak, tapi mulutku tak mampu untuk bergerak.
Aku ingin bangun dan bangkit, tapi aku tak punya cukup tenaga.
Kurasakan getar pada Handphone yang ku genggam.
Ku lirik tanganku yang menggenggam handphone, dan ternyata Angela meneleponku lagi.

* BF ~ Angela Calling *

Aku ingin mengangkatnya, aku ingin minta tolong pada Angela... Aku ingin bercerita tentang semuanya pada Angela. Tapi tanganku terasa kaku. Terasa sulit bergerak untuk mengangkat telepon itu.
Ku tekan tombol pada handphoneku untuk menerima telepon, secara perlahan ku arahkan handphone itu ke telingaku.
"Alice? Kamu dimana? Alice? Jawab aku!" suara Angela dari telepon terdengar panik, suarnya terdengar begitu jelas walau masih jauh dari telingaku.
"Alice? Kau disana? Apa kamu dengar suaraku?" sepertinya Angela mulai kesal dan berteriak. Suaranya terdengar semakin jelas.
             Akhirnya aku berusaha menggerakan tanganku, mengarahkan handphoneku kearah kupingku secara perlahan. Perlahan namun pasti, tanganku mulai terasa tidak terlalu kaku.
Ku tempelkan handphoneku tepat di telingaku.
Ku coba gerakan bibirku untuk memanggil Angela untuk menjemputku disini.
"Alice ku mohon jawab aku! Kau ada dimana sekarang?!" kini suara Angela terdengar sangat jelas ditelingaku.
"A... A.... Ange.. La.." aku bersuara lirih.
"Alice? Ya Alice, ini aku! Kau dimana? Aku sudah ke UKS, tapi kau tak disana? Apa kau bersama Dicky di UKS tadi? Aku melihatnya bersama 3orang cewek dan teman-temannya yang lain... Apa kau juga disana tadi?" aku terdiam. Mulutku terasa semakin berat untuk terucap bagai terkunci rapat.
saat ku dengar ucapan Angela. Oh Angela andai kau tau apa yang sebenarnya tadi terjadi... Lagi-lagi airmataku mengalir, menetes perlahan bagai butiran air hujan.
‎"Alice? Kau masih disana? Kau dimana sekarang Alice? Jawab aku!" Angela terdengar sangat panik.
Aku tak bisa menjawab, tubuhku terasa makin lemas. Tanpa sadar, handphoneku terlepas dan terjatuh tepat di pangkuanku.
Tanganku ikut jatuh terayun pasrah.
"Angela tolong aku..." batinku berteriak.
Sungguh rapuh dan lemahnya diri ini...
Rasanya sangat sakit, kakiku terasa berkedut, tubuhku oleng dan hampir jatuh, tapi kurasakan ada seseorang memelukku.
Memelukku dengan erat, hangat tubuhnya membuatku semakin lemas dan sepenuhnya bersandar dipelukannya.

Siapakah yang memeluk Alice?
Apa yang terjadi pada Alice setelah ini?

NO COPAS :))
Hargai Penulis!
Tinggalkan jejak, jangan jadi pembaca misterius :D

NISNIS

Aku dan Airmata #5

Aku dan Airmata #5

oleh * Penggemar Cerpen dan Cerbung NisNis * pada 20 Oktober 2011 jam 13:02
Judul :  AKU DAN AIRMATA
Penulis : Annis Raka Prianti (Nisnis)
Terinspirasi oleh lagu Hijau Daun - Aku dan Airmata


"sory Alice, gue cuma gak mau liat lo sakit hati nanti..." Izal duduk di sebuah bangku di taman di bawah pohon.
"apa maksud lo?" aku menghampiri Izal yang duduk dan ikut duduk di sebelahnya.
"gue tau Dicky lagi ngapain di dalem, jadi gue gamau lo tau. Karna kalo lo tau, lo pasti sedih lagi kayak tadi istirahat" Izal menatap ku cemas.
"LEBAY! Udah deh jangan sok tau dan jangan jadi pahlawan!" aku bangun dari dudukku dan hendak kembali ke UKS.
"gue gini, karna gue peduli sama lo... Inget, gue udah peringatin lo..." Izal bangun lalu berjalan cuek meninggalkanku.
"dasar cowok aneh... Bilang aja ngiri sama gue! Huh" aku terus menggerutu sepanjang perjalanan menuju UKS. Sesaat kemudian, saat aku akan berjalan kearah pintu, ku lihat ada Rangga dan Fadila yang sedang berjalan kesini.
"pasti mau masuk ke UKS juga!" aku langsung bersembunyi ke pinggir tembok UKS.
Dan tebakanku benar, Rangga yang membawa banyak cemilan masuk bersama Fadila.
"ada apa sih di dalam? Mereka semua sedang apa?" aku hendak berjalan kearah pintu UKS, namun mundur lagi dua langkah ke belakang.
Rasa penasaran, curiga, takut dan gelisah berkecamuk di benakku.
Rasa penasaran karena ini ingin tau apa yang sedang terjadi didalam, rasa curiga karna Dicky masuk bersama cewek-cewek centil itu, rasa takut akan peringatan yang dikatakan Izal, dan rasa gelisah karna kebimbangan yang melandaku kini. Aku ingin tau apa yang sedang dilakukan Dicky, tapi entah kenapa, perasaan tidak enak ini terus menghantui.
Akupun tidak mengerti, mengapa rasanya seperti aku ingin menangis.
Ya... Aku harus masuk, apapun yang terjadi dan apapun yang ada di dalam, aku harus kuat melihatnya! Karna, semakin aku menunda, aku merasa semakin tersiksa.
"bismillahirrahmanirrahim" aku menarik napas dan mengelus dada, berusaha menyiapkan mentalku.
Debaran jantung kian terasa cepat, nafasku kian tak beraturan.
Aku maju berjalan secara perlahan, dengan keringat yang mulai mengalir menandakan ketegangan yang dahsyat.
"kau bisa Alice, kau harus kuat" aku berusaha menyemangati diriku sendiri untuk mengurangi keteganganku.
Kini, aku sudah ada di ambang pintu.
"satu... dua... tiga..."
*KLEK*
Aku melihat...

Melihat apa?
Mau dilanjutin sekarang apa bersambung?
Lanjut aja kali ya :p
kasian yg udah degdegan :D

              Aku melihat Dicky sedang duduk dipangkuan Kiky, dan Fitri sedang menggenggam tangan Dicky. Aku hanya bisa diam terpaku pada apa yang kulihat di bangku panjang UKS, yang harusnya dijadikan ruang tunggu.
Tiba-tiba airmataku mengalir. Apa maksud semua ini?
Siapa sebenarnya mereka?
Kenapa mereka begitu dekat dengan Dicky?
Aku yang pacarnya saja tidak pernah sedekat itu.
Dicky yang sadar atas kehadiranku langsung menghampiriku.
"A.. Alice.. Kenapa kamu disini? Bukankah kamu lagi belajar?" aku tak menghiraukan pertanyaannya. Aku hanya menatap dalam mata Dicky, ku lihat dia gugup. Dia gugup karna takut aku marah, atau takut karena sudah kepergok olehku?
"kamu kenapa nangis Alice? Apa kamu sakit?" Dicky terlihat bingung sekarang.
Aku mencoba memutar bolamataku kearah Kiky dan Fitri, namun mereka cuek mendekati Rafael sekarang. Tak tampak sedikitpun rasa bersalah di wajah mereka. Tak taukah mereka aku ini pacarnya Dicky?
Ah buat apa aku peduli pada mereka?
Aku kembali menatap seseorang yang ada dihadapanku. Seseorang yang sangat aku sayangi, yang selalu aku kagumi..
Airmataku terus mengalir, dan Dicky terlihat semakin panik.
"Alice, sebenarnya ada apa?" Dicky meraih pundakku dengan tangan kanannya.
"TEGA! Kamu tega Dicky!" aku menepis tangannya lalu berjalan cepat meninggalkan UKS.
Ku dengar suara langkah kaki mengikutiku, dan ternyata itu Dicky. Dia mengejarku.
Buat apa dia mengejarku jika hanya untuk memberikan alasan palsu?
Buat apa dia mengucapkan kata maaf padaku, jika dia melakukannya lagi padaku?
Apa sebenarnya Dicky tak pernah sedikitpun menyayangiku?
Apa selama ini aku salah menilai Dicky?
"ALICE" Dicky menarik kasar tanganku.
"apa? Apa lagi? Sudah cukup kau buat aku hancur Dicky!" aku menangis sejadi-jadinya karna tak kuasa menatap wajahnya.
"salah aku apa? Kamu tuh aneh banget yah!" Dicky malah balik membentakku.
"salah kamu? Setelah kepergok kamu masih tanya salah kamu apa?! Ada juga aku yang nanya, apa salah aku sampe kamu tega gini sama aku?!" aku mengusap airmataku yang terus mengalir.
"apa maksud kamu Kiky? Ayolah Alice, dia hanya sahabatku!" Dicky mendekat padaku.
"gak cuma dia, tapi semuanya... Apa pantas sahabat melakukan hal berlebihan seperti itu?" ya, lagi-lagi airmataku mengalir deras.
"terus? Kamu mau larang aku deket sama sahabatku? Ayolah Alice, jangan buat aku kesal. Ini hanya hal sepele.." Dicky berbicara enteng tanpa memperdulikan perasaanku.
"sepele? Tapi jika aku diam dan terus diam, aku akan terus sakit hati.. Aku pacarmu Dicky! Salahkah bila aku cemburu?" aku memalingkan wajahku pada Dicky. Aku tak sanggup menatap wajahnya, aku merasa hatiku bergetar hebat saat menatap wajahnya. Mungkin dulu adalah getaran cinta, tapi entah mengapa kini getaran itu berubah. Aku merasa ingin muntah menatap wajah polosnya yang palsu.
"jadi kamu mau apa? Aku aku menjauhi sahabat-sahabatku demi kamu?" ucapan Dicky membuatku kembali menatapnya.
"ya.. Aku mau kamu pilih antara aku sama sahabat-sahabat cewek kamu itu! Kalo emang kamu sayang aku dan pilih aku, jauhi mereka. Tapi kalo emang kamu pilih sahabat kamu... Kamu..." aku tak melanjutkan kata-kataku karena aku tak sanggup mengucapkannya. Aku takut, kalau tiba-tiba ternyata Dicky gak milih aku.
"aku putusin kamu dan jauhin kamu?" aku tersentak kaget, mataku melotot dan nafasku terasa sesak. Aku merasa jantungku berhenti berdetak sesaat.
Aku tak bisa menjawab pertanyaan Dicky. Aku hanya bisa menjawab lewat airmataku yang mengalir deras. Apa aku harus melepas Dicky sekarang? Secepat ini?
Tidak! Tidaakk! Tidak mau :(
Satu tahun aku memendam rasa ini, dan baru beberapa hari aku memelikinya tapi kenapa harus secepat ini melepasnya?
"iyakan? Jadi kamu mau aku pilih antara itukan?" Dicky menarik wajahku untuk menatapnya.
Aku tak sanggup menatap matanya. Aku hanya menangis memejamkan mataku. Tidak.. Apa yang harus aku lakukan sekarang?
Tapi, aku sudah telanjur membuatnya memilih.
"ya.." aku menjawab singkat sambil tetap memejamkan mataku.
"yakin mau aku memilih?" Dicky melepaskan tangannya yang memegang wajahku.
Aku memberanikan diri untuk membuka mata dan bersiap menerima pilihannya.
Aku menatap matanya mendalam. Berharap dia memilihku.

Apakah yang akan dipilih Dicky?
Akankah Dicky memilih Alice dan menjauhi sahabat-sahabatnya?
simak di part selanjutnya :)

NO COPAS :))
Hargai Penulis!
Tinggalkan jejak, jangan jadi pembaca misterius :D

NISNIS

Aku dan Airmata #4

Aku dan Airmata #4

oleh * Penggemar Cerpen dan Cerbung NisNis * pada 18 Oktober 2011 jam 13:12
Judul :  AKU DAN AIRMATA
Penulis : Annis Raka Prianti (Nisnis)
Terinspirasi oleh lagu Hijau Daun - Aku dan Airmata



"tadi ada orang ga sih?" aku celingak celinguk seperti orang bodoh.
"ANEH!" aku mengusap airmataku yang tergantung dan hampir menetes, lalu berlari kembali ke kelas. Aku duduk dikursi dan merebahkan kepalaku dimeja. Kupandangi HPku yang terpampang foto Dicky sebagai Walpaper HPku.
Lagi-lagi airmataku menetes membayangkan bisikan suara aneh di pojok kantin tadi.
"ARGH!" aku memukul meja sekuat tenagaku, melampiaskan segala rasa kekesalanku.
"nih minum dulu.." suara seseorang mengagetkanku. Sepertinya aku pernah mendengar suara itu. Tapi ternyata itu adalah suara Izal. Teman sekelasku yang duduk di samping barisan bangku tempat dudukku.
"makasih" aku menjawab dengan cuek lalu meminum air itu.
"lo masih jadian sama Dicky?" Izal menatapku tajam.
"mau tau aja deh lo!" aku membuang mukaku dan mengacuhkan Izal.
"Alice, lo harus hati-hati sama Dicky... Dia itu..."
"STOP! Lo gausah ikut campur urusan gue!" aku menggebrak meja dan berjalan cepat keluar kelas.
              Aku pergi ke taman belakang untuk menenangkan diri. Aku mulai berfikir, apakah Dicky seorang PLAYBOY? Oh My God, jika benar aku pasti gak gak gakuat..
Tapi cinta aku terlaru kuat untuk Dicky. Sehingga aku lebih percaya pada Dicky daripada percaya dengan apa yang aku lihat.
Apakah aku sudah gila?
Ya, mungkin aku gila karna DICKY!
Saat aku terlarut dalam lamunanku, tiba-tiba aku mendapat pesan dari Angela.

From : BF ~ Angela
Alice, kau dimana?
Cepat masuk, Pak Morgan sudah masuk kelas!

Hufth.. Haruskah ku balas? Haruskah aku jujur bahwa aku sedang patah hati? Haruskah ku katakan sekarang aku sedang menangis? Hatiku sakit Angela...

To : BF ~ Angela
aku ada di UKS, aku sedang tidak enak badan Angela. Bisa kau izinkan aku pada Pak Morgan?

From : Angela
okey, selesai pelajaran Pak Morgan aku akan menjengukmu di UKS. Get Well Soon Alice :)


           Akupun mulai melangkahkan kakiku meninggalkan taman dan menuju UKS, tapi aku membatalkan niatku untuk melanjutkan langkah kakiku, aku mundur dua langkah dan bersembunyi di balik pohon di samping UKS saat aku melihat ada Dicky bersama Ilham, Rafael dan juga dua orang cewek.
Hemm aku kurang kenal dengan dua orang cewek itu.. Tapi mereka berdua adalah 2 cewek yang sama dengan yang dikantin.
Ya! Aku ingat! Mereka adalah Kiky dan Fitri!... Tapi sedang apa mereka berlima disini?
Bolos?
Atau salah satu dari mereka sakit?
Tapi siapa? Semua terlihat baik-baik saja, tidak ada satupun yang sakit.
"eh.. Mereka berlima masuk UKS!" aku hampir saja berteriak karena kaget.
Satu persatu dari merekapun masuk.
"ngintip ga ya? Tapi takut.. Tapi penasaran juga.. Tapi.. Ahh.." aku menjenggut rambutku sendiri. Aku bimbang dengan perasaanku sendiri. Antara takut, penasaran, dan khawatir.
           Aku berjalan mengendap secara perlahan, tapi tiba-tiba ada yang membekapku, dan menarikku bahkan sepertinya menyeretku menjauh dari UKS.
Aku merasa resak napas dibuatnya!
Siapa sih dia? Seenaknya aja narik-narik aku!
Aku mencoba memberontak namun tidak bisa. Aku berusaha melepaskan tangannya yang membekap mulutku, namun tanganku malah ditahan dan di cengkram erat oleh tangan satunya.
Sial!
Siapa sih orang ini?
Kenapa dia membekap dan menyeretku seperti ini?
Aku berusaha mendongak keatas namun tak cukup terlihat wajahnya.
Apa aku diculik?
Oh tidaaakk!
Aku janji tidak akan bolos lagi Ya Tuhan, aku janji tidak akan nakal lagi, tapi tolong aku...!
... Aku rasanya ingin menangis dan berteriak, namun aku hanya bisa menangis.
Airmataku mengalir.
"ini taman belakang!" batinku dalam hati.
"Phuahh!" aku langsung mencoba bernapas setelah orang yang membekapku melepaskan bekapannya padaku!
"ahh kurang ajar! Maksud lo aa..." aku tak sanggup melanjutkan kata-kataku saat menoleh dan melihat wajah orang yang tadi membekapku.
"OH JADI ELO? Dasar! MAU APA LO?!" aku berteriak kesal dan memundurkan langkahku karena takut.

Siapa yah orang yang membekap Alice?
Kenapa dia dibekap?
Lalu ada apa di ruang UKS dengan Dicky dan kawan-kawan?

NO COPAS :))
Hargai Penulis!
Tinggalkan jejak, jangan jadi pembaca misterius :D

NISNIS

Aku dan Airmata #3

Judul :  AKU DAN AIRMATA
Penulis : Annis Raka Prianti (Nisnis)
Terinspirasi oleh lagu Hijau Daun - Aku dan Airmata


"eh kamu Ga.." aku sangat terkejut saat Rangga mencolek pundakku.
"ngapain disini?" Rangga melirik sekitar sesaat dan menemukan jauh didepanku ada Dicky. "oh Dicky?" Rangga mengerutkan keningnya.
"hu um.. eh ya kamu tau cewek yang duduk di samping Dicky siapa?" aku menunjuk cewek yang aku maksud.
"oh itu, itu Fadila, kita semua panggil dia Dila.. Kenapa? Cemburu ya Lice?" Rangga menggodaku dengan kedipan matanya.
"ah nggak, cuma bingung aja.. kok dia deket dan akrab bgt yah sama Dicky?" kali ini aku tak bisa menyembunyikan rasa cemburuku. Tak bisa lagi menahan rasa penasaran yang tersimpan dihatiku.
"hahaha.. dia satu gank sama Dicky, makanya keliatan deket dan akrab bgt.. Tenang, dia gak ada hubungan apa-apa kok. Cuma lo pacarnya.." Rangga menepuk pundakku sambil tersenyum lalu berjalan pergi meninggalkanku.
Aku hanya bisa menarik napas, berusaha menenangkan hatiku dan berusaha sabar.
             Akhirnya kuputuskan untuk kembali ke kelas. Dengan perasaan cemburu, kesal dan sedih aku berjalan perlahan kembali menuju kelasku. Tapi saat aku hendak membuka pintu kelas, tiba-tiba ada seseorang memanggilku.
Suara yang tak asing buatku, suara yang selalu terdengar sampai hatiku. Ya, suara Dicky, Pujaan hatiku.
"Alice.." suaranya terdengar sangat lembut.
"ii..iya?" aku menjawab dengan gugup.
"kau marah padaku?" kali ini raut wajahnya terlihat menyesal.
"oh.. Ng.. Nggak kok.. Kata siapa?" aku semakin gugup dan takut. Entah kenapa aku merasa takut melihatnya merasa bersalah.
"kenapa kamu gak bales sms aku? Kenapa gak jadi ke kelas aku?" Pertanyaan Dicky kali ini benar-benar membuatku semakin gugup! Ditambah dengan tampang imutnya yang terlihat menyesal. Innocent banget ya ampun.. Hatiku meleleh >.
"aku.. aku.." aku benar-benar tidak bisa berkata apa-apa. Mulutku seperti terkunci karena terpesona oleh wajahnya.
"Dila itu cuma temen aku, tadi ada yang ngerjain dia, jadi dia curhat, terus kita becanda-bercanda biasa aja kok" Dicky menjelaskan semua secara detail dan lengkap.
Aku hanya tersenyum memandangnya. Ternyata Dicky memikirkan perasaanku.
*Teng..Teng* bel tanda masuk berbunyi.
"aku gak apa-apa kok.. Aku gak marah sama kamu. Udah sana udah bel.." aku tersenyum lega menatapnya.
"oke, istirahat aku kesini d...eh.. Dadah.." Dickypun berlari meninggalkanku, dan masuk ke kelas.
"Angelaa" aku berteriak bahagia.
"Ssstt, ada Pak Fahrie dipintu!" ucap Angela memperingatkanku.
"Oopss.. Aku Bahagia Angela" aku berbisik ditelinga Angela kali ini.
"oh ya? Ceritakan padaku!" Angela tersenyum , ikut merasa senang.
          Sepanjang pelajaran Pak Fahripun, aku dan Angela hanya mengobrol. Kadang aku merasa risih, saat ku lihat Izal dan Reza yang duduk di barisan kanan menatapku sambil tertawa kecil.
Memangnya ada apa denganku? Apa ada yang salah? Ah entahlah, buat apa aku hiraukan mereka?

*Teng.. Tengg*

"horay istirahat!" batinku.
"Ciee.. Aku gak sabar lihat Dicky kesini.. Mungkinkah kalian akan makan bareng di kantin?" Pertanyaan Angela membuatku gugup seketika. Aku langsung membayankan jika Dicky mengajakku makan ke kantin, lalu kami main suap-suapan dikantin, dan seisi kantin melihat kami! Betapa bangga dan bahagianya diriku , jika itu memang terjadi.
Tapi sudah 10menit berlalu, Dicky tak kunjung muncul.
Sungguh membuatku kesal!
"Alice, apakah kau mau ke kantin denganku, atau tetap menunggu Dicky disini?" tanya Angela tiba-tiba.
"hum.. Aku akan tetap disini menunggu Dicky.. Kau duluan saja Angela.
"okey.. Good Luck Alice" Angelapun pergi meninggalkanku.
Hatiku langsung merasa bimbang. Segala prasangka buruk dan pikiran negatif mulai bermunculan di otakku.
"oh ayolah Alice, positif thingking, dia tidak akan mengecewakanmu!" aku berbicara pada diriku sendiri untuk mengurangi rasa gelisahku.
Aku melihat Izal sedang memandangku. Aku merasa tak suka dipandang seperti itu, akupun langsung berjalan keluar kelas dan menuju kantin SENDIRIAN!
Yah.. Hanya sendiri! Sungguh menyedihkan :(
           Aku berjalan dengan malas menuju kantin, saat hendak ke tempat mie ayam, kulihat Dicky sedang duduk diantara dua cewek. Dan yang satu lagi itu yang tadi aku lihat. Yaa.. dia Fadila! Tapi yang satu lagi siapa?
Belum terselesaikan rasa penasa...ranku ini, tiba-tiba ada seorang cewek lagi yang menghampiri Dicky dengan membawa es kelapa.
Aku semakin bingung dan penasaran dengan semua ini!
Siapa sih mereka semua? Siapa cewek-cewek centil itu? Apa hubungan mereka sama Dicky?
Aku tertunduk lesu melihat semua kejadian hari ini. Baru saja tadi aku bahagia, tapi sekarang Dicky membuat hatiku terluka.
Oke harus ku akui aku tak tahan, tapi aku merasa ingin bertahan. Aku sangat menyayangi Dicky.
Aku mencoba melihat Dicky, dan ternyata kini Ilham, Rangga dan Rafael telah ada bersama Dicky.
Aku terjongkok di ujung tembok kantin. Rasanya aku ingin menangis. Aku harus percaya Dicky atau harus percaya dengan apa yang aku lihat? Aku menunduk menyembunyikan wajahku dengan tanganku.
"cewek yang di kepang pinggir itu Fadila, yang dikuncir satu namanya Kiky, dan yang tadi bawa es kelapa itu namanya Fitri. Mereka semua 1gank sama Dicky. Denger-denger mereka itu terkenal dengan hobby taruhan. Hati-hati aja lo jadi korbannya. Gue khawatir tentang hubungan lo sama Dicky"
aku menoleh ke arah suara itu yang kurasakan tepat berada di samping kananku. Namun saat aku menoleh, tidak ada siapapun disampingku!

Siapakah dia sebenarnya?
Apakah aku hanya berhalusinasi?
Tapi gak mungkin kan?

NO COPAS :))
Hargai Penulis!
Tinggalkan jejak, jangan jadi pembaca misterius :D

NISNIS

Aku dan Airmata #2

Judul :  AKU DAN AIRMATA
Penulis : Annis Raka Prianti (Nisnis)
Terinspirasi oleh lagu Hijau Daun - Aku dan Airmata

okey lanjut :)

"yah aneh aja.. emang kalo mau pacaran musti lama yah PDKT nya?" lagi-lagi Dicky bicara dengan menahan tawa.
"yahh engga sihh.." aku menunduk menahan malu.
hatiku berdebar sangat kencang. Rasa ini sungguh membuatku gerah, haus dan lapar! *lho?
rasanya aku ingin meminum lautan , ingin memakan seisi bumi, dan kuhirup semua udara yang ada!
Aku sungguh sangat bahagiaa :)
"Alice? apa jawaban kamu?" lagi-lagi Dicky memandang tajam. sepertinya penasaran dengan jawabanku.
"aku mau.." jawabku dengan wajah yang memerah.
"mau apa?" Dicky tersenyum nakal.
"ishh yah mau jadi pacar kamulah.." aku berbisik lalu berjalan cepat meninggalkan Dicky. Dicky mengejarku dan menggenggam tanganku.
"ciee.. yang lagi bercinta..." ledek Rafael temannya Dicky yang berada di depan kami.
"hahaha.. duluan yah Raff, Ga.. Ham.." Dicky pamit pada teman-temannya.
Aku terkejit melihat Ilham dan Rafael yang sedang merokok. Apakah Dicky juga merokok?
Ingin aku bertanya langsung padanya, namun rasanya canggung sekali.
       Aku pulang bersama dengan Dicky. Dicky mengantarku sampai rumah. walaupun hanya dengan berjalan kaki, namun aku merasa sangat bahagia, karena sepanjang perjalanan, Dicky sama sekali tidak melepaskan genggaman tangannya padaku.
"ini rumah aku.. mau masuk? jangan yahh ada mamah.. hehehe" senyum jahilku menghias wajah mungilku.
"huwhh.. bilang ajah gak boleh mampir!" Dicky mencubit hidungku dengan gemas.
"maaf.. abiss takut tau.." ucapku gugup. ingin sekali aku memanggilnya sayang. namun hatiku masih serasa canggung.
"yaudah aku pulang yah.. sampe ketemu besok disekolah.." Dicky pamit dan sempat mengacak-acak rambutku sebelum akhirnya dia berlari menjauh. dan tak lupa memberikan salam perpisahan hari ini dengan senyum manisnya.
Akupun masuk kerumah dan melakukan aktivitasku seperti biasa jika pulang sekolah.

            *****

        Keesokan harinya, jam 5 pagi, tiba-tiba handphoneku berdering dengan sangat kencang. Awalnya aku merasa sangat kesal, karena suara deringnya membuatku terbangun, tapi ketika tahu yang menelepon adalah Dicky, aku langsung terburu-buru mengangkatnya.

#Pembicaraan Via Telepon
Dicky : pagi cinta..
Aku : pagi juga..
Dicky : baru bangun yah ?
Aku : iyah , kok tau ?
Dicky : suara kamu masih kayak orang ngigo tau.. haha
Aku : ishh jahat.. kan kamu yang bangunin.
Dicky : yaudah sana mandi , sholat terus berangkat sekolah! jangan lupa sarapan ya cinta..
Aku : okehh kamu juga yahh saayaangg..
Dicky : siip.. sampe ketemu disekolah cinta.. dadah..
Aku : daahh...
*Akupun menutup teleponnya*

"aaaaaa dia nelepon.. dia perhatian! ya ampuunnnn! aaaa" aku berjingkrak jingkrak lompat diatas kasur.
tiba-tiba *Tok..Tok..Tok..*
"Alice, udah bangun?" sapa mamah dari luar pintu.
"udahh mahh.." aku menjawab pelan.
"cepet mandi, jangan teriak-teriak gajelas dong di kasur.." perintah mama.
"opss.. mamah tau... IYA MAHHH" aku bangun dari tempat tidur lalu bersiap-siap pergi kesekolah.

                 *****

          Ketika sampai disekolah, tujuanku yang pertama adalah Dicky! yaa Pujaan Hatiku, Kekasih Hatiku. Ketika sampai kelas, kulihat Angela sudah ada di tempat duduknya. akupun langsung menghampirinya.
"Angelaaaa" aku berteriak sambil memeluknya.
"auwhh.. Ada apa Alice?" Angela terlihat kaget dan bingung.
"kau tau, kemarin ada kejadian apa?" aku melepaskan pelukanku pada Angela lalu duduk di bangku ku, disebelah bangku Angela.
"apa? kan kamu belum cerita Allice ,- !" Angela terlihat jengkel.
"tebakanmu benar Angela! tebakanmu kemarin tentang Dicky!" aku berteriak histeris. teman-teman yang ada di kelas memandangku.
"sstt! maksudmu tentang Dicky yang mana? jangan buat aku penasaran Alice!" Angela memelototiku.
"dia menembaku!" aku memeluk Angela tiba-tiba.
"waow.. selamat Alice!" Angela membalas pelukanku.
"kau tau, kemarin dia mengantarku sampai rumah.. lalu.." aku menghentikan ucapanku saat aku menerima Pesan dari Dicky.

From : My Lovely Dicky
cintaa, kamu udah berangkat belum?
miss you :*

"Angela, dia SMS!" aku menunjukan SMS Dicky tadi pada Angela.
"waow.. sekali lagi selamat yah sayang, kamu telah mendapatkan pujaan hatimu yang sudah setahun lamanya kau puja.." ucap Angela sambil mengusap pipiku.
"thanks Angela.. sekarang aku ingin ke kelasnya.. ingin melepas rindu padanya!" ungkapku pada Angela.
"silahkan.. semoga sukses Alice.." Angela tersenyum lembut padaku.
Akupun meninggalkan kelasku dan menuju ke kelas Dicky.

           *****

Saat akan membelok ke arah kelas Dicky, tiba-tiba aku melihat Dicky sedang mengobrol dengan seorang cewek. aku memperhatikan mereka dan mereka terlihat sangat akrab. Dicky terlihat menyentuh rambut cewek itu. Betapa sakitnya hati ini melihat kejadian yang begitu menyiksaku pagi ini. Aku ingin menghampiri dan menyapa Dicky, namun... ada keraguan dihatiku.
          saat sedang terdiam, tiba-tiba ada seseorang yang mencolek pundakku.
"ehh kamu..."

kamu siapa yah ?
bersambung dulu yahh :))

NO COPAS :))

Aku dan Airmata #1

Judul :  AKU DAN AIRMATA
Penulis : Annis Raka Prianti (Nisnis)
Terinspirasi oleh lagu Hijau Daun - Aku dan Airmata


Jatuh air mataku..
Iringi remuk redam hatiku..
Saat ku kehilanganmu..
Hanya rintik hujan yang menemani aku..

     Aku menghela napasku, berusaha menahan airmata ini saat menulis sebuah bait puisi yang ingin kujadikan sebuah lagu.
Kulirik lagi bingkai foto yang memamerkan wajah cowok tampan idamanku.
"kenapa si kamu harus lakuin ini ke aku? Apa sedikitpun gak pernah ada rasa sayang yang tulus? Aku benci kamu Dicky!" aku membanting bingkai foto yang terbuat dari kardus yang kubuat minggu lalu saat hari pertama aku menjadi pacarnya.
Teringatku akan kenangan minggu lalu. Saat pertama dia menembakku sepulang sekolah

              *****

*flash back*

from : Dicky
Alice , pulang sekolah nanti aku tunggu di gerbang yah..

To : Dicky
okey Dicky..

Aku tersenyum sendiri memandang layar HP ku.
"asik pulang bareng! Setelah PDKT selama 5hari bisa pulang bareng!" batinku dalam hati.
Aku melihat jam tanganku, dan ternyata 10menit lagi pulang sekolah.
Aku melamun membayangkan hal indah sepulang sekolah nanti.
Pulang sekolah bareng sama orang yang disuka sangatlah menyenangkan bukan? Tentu!
"Alice!" Teriakan Angela membuatku tersadar dari lamunanku.
"ada apa Angel?" aku menjawab dengan gugup.
"nanti pulang sekolah antar aku ke toko kue ya? Kau sudah janji bukan?" ucapan Angela membuatku kaget setengah mati.
Aku memang sudah janji pada Angela kemarin, bahwa hari ini ingin mengantarnya ke toko kue untuk memesan kue ulang tahunnya. Tapi aku juga sudah janji pada Dicky akan pulang bersamanya hari ini.
Jadi mana yang aku pilih?
Dicky pujaan hatiku, atau Angela sahabatku?
*teng..teng*
bel pulang sekolah berbunyi.
Aku langsung menerima SMS dari Dicky.

From : Dicky
tunggu di gerbang depan yach!

Dan tiba-tiba Angela memanggilku.
"Ayo Alice!" Angela terlihat begitu semangat, aku tidak mau mengecewakannya.
Tapi aku juga tidak mau melewatkan kesempatan ini.. Aku harus jujur pada Angela!
"Angela tunggu!" aku merasa gugup dan takut.
"ya Alice?" senyum Angela masih menghiasi wajah mungilnya.
"maafkan aku Angela.. Aku.. Aku.." kata-kata yang ingin ku katakan terasa sangat berat untuk terucap.
"kenapa Alice? Apa kamu tak bisa mengantarku?" Angela mencoba menebak. Dan tebakkannya sangat tepat!
"yah.. Maafkan aku Angela.." aku tertunduk takut didepannya.
"Alice mengapa kau tak bisa? Apa ada masalah? Apa kau ada janji dengan yang lain?" kulihat rasa kecewa terpancar di wajahnya.
"maafkan aku Angela.. Aku.. Ada janji dengan Dicky.. Aku dan Dicky akan pulang bareng hari ini.." lagi-lagi aku menunduk takut. Takut mengecewakan Angela dan membuatnya sedih.
Tiba-tiba kurasakan genggaman tangan Angela dikedua tanganku.
"sungguh kau akan pulang bersama Dicky hari ini?!" aku melihat senyuman diwajah Angela.
"yap.." aku mengerutkan keningku menebak ekspresi apa lagi yang Angela berikan padaku.
"Oh Alice selamat yah sayang.. Apa kau sudah jadian?" Angela memelukku dengan gemas.
"wow waow.. Tahan.. Aku belum jadi pacarnya, tapi dia mengajakku pulang bersamanya. Apa menurutmu ini pertanda baik?" aku melepas pelukan Angela.
"tentu sayang.. Itu artinya dia ingin lebih dekat dan mengenalmu.. Atau jangan-jangan dia akan menembakmu!?" Angela berbicara dengan sangat bersemangat.
"tapi kami baru pendekatan selama 5hari.. Tidak terlalu cepatkah itu?" entah mengapa keraguan semakin menghantuiku.
"semakin cepat semakin baik! Sudah sana pergi!" Angela tersenyum nakal dan mendorongku menuju pintu.
"oke aku duluan.. Dadah Angel.." aku tersenyum lega karena Angela tidak marah padaku.
"bye.. Good luck dear.." Angela membalas senyumku.
Akupun berjalan menuju gerbang.
Namun tak ku temukan sosok Dicky disana.
Apakah aku terlambat? Atau malah terlalu cepat karna terlalu bersemangat?
Tapi bel pulang sudah berbunyi.
Tak mungkin kan Dicky meninggalkanku lalu pulang dan membatalkan janji ini?
Apa aku harus menunggu?
Atau pulang melupakan semuanya?
Kuputuskan untuk mengirim pesan ke Dicky.

To : Dicky
Dicky, aku udah di gerbang. Kamu dimana?

Aku melirik ke kanan dan ke kiri, ke arah parkiran dan ke arah kelas-kelas dibelakangku namun tak ada. Dan tiba-tiba Dicky membalas pesanku.

From : Dicky
tunggu yah, Pak Ferdinand guru sejarah masih ngajar aja nich. Tanggung katanya.

Hufth.. Aku menghela napas lega. Ternyata semua belum berakhir dan aku masih punya kesempatan merasakan kebahagian bersama Dicky.
Aku terus menunggu Dicky di depan gerbang. Ku bayangkan wajah imutnya, senyum manisnya, suara manjanya dan tingkah lucunya. Sepertinya dia orang yang sangat menyenangkan.
Namun 7menit telah berlalu belum ada tanda-tanda Dicky datang.
Tiba-tiba aku mendapat SMS dari Dicky.

From : Dicky
tunggu yach, lg mau berdoa!

To : Dicky
oke, aku sambil jalan keluar yah..

Akupun berjalan meninggalkan gerbang secara sangat perlahan.
Sesekali menoleh ke gerbang, namun belum ada tanda-tanda Dicky. Tapi kulihat teman sekelas Dicky mulai terlihat 5 hingga 7 orang. Kuhentikan langkahku mendadak ketika mendapat pesan dari Dicky.

From : Dicky
aku udah di gerbang, kamu dimana?

Aku menoleh ke gerbang, dan ku temukan sosok pujaan hatiku yang berdiri tepat di depan gerbang.
Aku melambaikan tanganku dari tempatku berdiri, dan ternyata dia melihatku. Dia memamerkan senyum manisnya padaku. Berjalan cepat kearahku. Dan hanya dengan 1menit, kini dia sudah disampingku.
"maaf yah telat.. Abis Pak Ferdinand ngaret banget ngajarnya.. Udah nunggu lama ya?" Dicky melambaikan tangannya padaku sambil menunjukkan senyum manis khas yang dia punya. Senyuman yang bisa membuatku jatuh cinta padanya.
"gajuga kok.." aku menyambut uluran tangannya, menggenggamnya lembut dan tersenyum semanis mungkin padanya.

"rumahnya di komplek Fanna yah? Blok apa?" Dicky memulai pembicaraan.
"blok D, kalo rumah Dicky dimana?" aku mencoba mengikuti aliran pembicaraannya.
"di komplek Nizer blok A.. Oya mau dianter gak?" kulihat senyum tulus terpancar diwajahnya.
Jantungku serasa mau copot!
Ini adalah kesempatan emas untukku! Tapi aku juga tidak boleh terlihat terlalu mengharapkannya.
"terserah kamu aja sih.." aku berusaha tersenyum tanpa menunjukkan rasa tegang yang menghantuiku saat menatap wajahnya. Terutama indah bola matanya.
"tapi aku gak ada motor, gapapakan?" Dicky terlihat ragu saat bertanya.
"gapapa kok.. Kalo ngerepotin gausah juga gapapako Chiy.." aku tersenyum semanis mungkin menunjukkan ketulusanku.
Aku memang tak mengharapkan Dicky punya motor yang bagus, tapi aku mengharapkan hati Dicky yang tulus.
"emang mau punya pacar yang gapunya motor?" lagi-lagi pertanyaan Dicky membuatku deg-degan.
Apakah ini artinya ia akan menembakku, persis seperti apa yang dikatakan Angela?
"yah.. Ialah.. Kalo Cinta cuma karna punya motor, cimot dong.. Buat apa punya motor tapi gapunya hati? Kan Motor ga menjamhn seseorang bisa bahagia.." aku tersenyum seakan terpaksa karena menahan kencangnya debaran jantungku, dan gemetarnya tubuhku. Apakah jawabanku ini tepat? Atau terlalu berlebihan? Tapi itulah jawaban hatiku :)
"oh.. Kalo gitu Alice mau jadi pacar Dicky?" Dicky berbicara dengan santai ditimpali senyum khasnya yang mematikan!
Tak sadarkah dia telah membuatku hampir mati dengan ucapan dan senyumannya?
Ya.. Inilah saat yang ku nantikan. Inilah yang selalu aku harapkan. Sudah terlalu lama aku menggilainya sejak kelas X hingga sekarang kelas XI. Lima hari bisa merasakan dekat dengannya saja sudah membuatku bahagia, dan sekarang? Dia menembakku! Apakah ini mimpi?
Tanpa sadar aku terlarut dalam lamunanku.
"Alice? kok bengong? Aku salah ngomong yah?" kerutan diwajahnya mengisyaratkan kebingtngannya pada sikap anehku.
"enggak kok Chiy.. Cuma kaget aja.." aku berbicara dengan terputus-putus seperti kehabisan napas.
"kaget kenapa?" Dahinya lagi-lagi mengkerut, ekspresi wajahnya terlihat bingung.
"yah.. Apa gak terlalu cepat? Kan belum sampe seminggu kita deket..?"
Dicky malah tersenyum hampir tertawa memandangku.

Ada apa dgn Dicky?
Apa jwban Alice?
*bersambung*

NO COPAS :)