Bisma tidak menjawab hampir sejam, namun aku tetap setia menunggu.
Aku merasa bingung apa yang sebenarnya telah terjadi. Aku masih menunggu suara dari telepon, berharap Bisma masih bisa bicara padaku.
Akhirnya terdengar suara dari telepon.
Via Telepon.
Bisma : uhuk.. Uhuk..
Aku : beb? kamu udah gapapa? Plis jawab..
Bisma : aku udah gapapa beb (suara Bisma terdengar kelelahan)
Aku : yang bener? Aku khawatir lho sama kamu!
Bisma : aku udah gapapa bener.. Tadi kepalaku sakit bgt, dan tadi juga batuk keluar darah lg.. Tapi sekarang udah gapapa.. Kamu gausah khawatir ya..
Aku : gimana aku gak khawatir si ngedenger kamu ngomong gtu! Pokoknya besok harus beli obat!
Bisma : iya beb.. iya.. Hufth.. Kamu belum tidur?
Aku : belum, aku nungguin kamu.. Aku ga tenang mikirin kamu.. Gimana aku bisa tidur nyenyak sementara kamu kesakitan gtu..
Bisma : mav yah udah buat kamu takut.. sekarang aku kan udah gapapa, kamu tidur ya?
Aku : boleh ga aku minta sesuatu?
Bisma : apa? Insya Allah ya..
Aku : nyanyiin aku satu lagu sebelum aku tidur, apa aja deh.. yang penting 1 lagu..
Bisma : aku lagi suka lagu Vierra Bersamamu, mau?
Aku : bangeett!
Bisma : oke, dengerin ya.. Memandang wajahmu cerah, membuatku tersenyum senang.. Indah dunia.. Tentu saja kita pernah mengalami perbedaan, kita lalui.. Tapi aku merasa, jatuh terlalu dalam cintamu.. Ku tak akan berubah, ku tak ingin kau pergi slamanya.. Ooh..
Aku dan Bisma : Ku kan setia menjagamu , bersama dirimu..dirimu ooh.. sampai nanti akan slalu, bersama dirimu..
Bisma : seperti yang kau katakan, kau akan slalu ada.. kau akan slalu ada.. Menjaga memeluk diriku, dengan cintamu.. Dengan cintamu.. Ku kan setia menjagamu bersama dirimu.... Beb? Tidur?
Aku : hm..
Bisma : yaudah kamu tidur yah.. mimpi yang indah, buang semua beban pikiran kamu tentang aku, ga akan ada hal buruk disini. Aku sayang banget sama kamu beb, aku gamau kehilangan kamu, aku mau kamu selalu buat aku..
Aku : karna aku cuma buat kamu..
Bisma : yah..Udah apal.. Yaudah atuh tidur
Aku : iya..
Akupun memejamkan mataku dan terhanyut dalam mimpiku.
Namun, ucapan Bisma tadi masih terngiang di telingaku. Karna tiap hari sebelum tidur, kata2 mesra itulah yang selalu aku dengar.
Yang membuatku makin terlarut dalam cinta Bisma.
Tapi, mungkin Tuhan berkehendak lain.
Walaupun sudah minum obat yang Rajin , tiap malam Bisma masih mengalami sakit.
Yang biasanya hanya sekedar batuk atau muntah darah , kini Bisma merasakan Sakit di Kepalanya.
Aku tau tau bagaimana sakit yang dirasakan Bisma, tapi erangan suara kesakitannya membuatku takut! Membuatku merinding ikut merasakannya.
Namun Bisma masih bertahan hingga hari kemenangan itu tiba.
Akhirnya hari kemenangan telah tiba, Namun Aku, Bisma dan Reza merayakan ditempat yang terpisah dengan keluarga masing-masing.
Dan berbeda dengan keluarga lain yang bahagia di Hari kemenangan, Keluargaku mengalami penderitaan.
Ayahku mengalami kebangkrutan.
Dan keluargaku berencana pindah keluar kota.
Pikirankupun menjadi kacau, aku tak tau dimana tempat mengadu, tempat aku bisa mencurahkan perasaanku sekarang.
Saat semua orang bahagia merayakan hari kemenangan dengan bahagia, tapi hatiku juga keluargaku penuh duka.
Aku ingin bertemu Reza , mengungkapkan keluh kesahku, aku ingin mengadu. Dan Rezalah yang biasanya ada disisiku saat aku butuh tempat untuk mengadu.
Dan, ternyata Tuhan mengabulkan keinginanku, tiba-tiba Reza SMS.
From : SweetHeart
yang, kamu dimana? Kita harus ke bogor sekarang, Bisma lagi sakit..
Tapi SMS Reza tidak membuatku merasa tenang sedikitpun, malah membuatku merasa Tak diperdulikan!
Kenapa Reza malah mencemaskan Bisma? Apa dia tau sekarang apa yang aku rasakan? Apa dia tau aku sedang dalam keterpurukan? Aku butuh Reza untuk penenang hati ini..
Tiba-tiba terdengar suara motor dari depan rumahku, dan tak lain tak bukan itu adalah Reza.
"Samlikum.. Narmi.. Narmi.." teriak Reza dari luar rumah.
Aku membuka pintu dan keluar rumah dengan tampang kucel dan kusut karena menangisi nasibku, tapi ternyata Reza salah tanggap. Dia malah memelukku dan menyangka aku menangis karna Bisma.
"tenang yah, kita doa sama-sama buat Bisma" ucap Reza sambil memelukku.
Aku hanya diam tanpa ekspresi. Hatiku dongkol dan kesal! Amarah berkecamuk di benakku.
"dirumah ada siapa? Kamu udah izin?" tanya Reza.
"ga ada, semua lg ke bogor buat ngurus kepindahan keluarga aku" jawabku dengan tetap sendu.
"kamu pindah ke bogor? Kenapa? Kapan?" Reza mulai terlihat panik.
Melihat ekspresi wajahnya yang panik akan kepindahanku membuat airmataku kembali meluap. Aku menangis dan memeluk Reza.
Aku bermaksud akan bercerita tapi tiba2 saja Reza mendapat telepon dari Saskia, bahwa keadaan Bisma memburuk.
Akhirnya aku mengurungkan niatku untuk bercerita, akupun ikut Reza ke Bogor untuk bertemu Bisma.
Selama dalam perjalanan, Aku menyimpan semua rasa kecewa dan amarahku, aku berusaha tetap menahan emosiku. Tapi Emosiku meluap saat aku dan Reza sampai di Rumah sakit tempat Bisma di rawat.
"kak Narmi.." Saskia menghampiriku dan memelukku.
"maaf ya kakak telat" ucapku sambil menatap wajahnya yang sendu.
Setelah Saskia melepaskan pelukannya padaku, aku bermaksud menghampiri Bisma, tapi aku melihat seorang wanita yang sepertinya seumuran sama Bisma berada disebelah Bisma dan sedang menggenggam tangan Bisma.
Aku menghentikan langkahku.
"Dia Risa temen kampus Bisma.." ucap Morgan yang tiba2 ada di sebelahku.
Akhirnya akupun melanjutkan langkahku menghampiri Bisma.
Bisma di infus dan diberi alat pernapasan, terlihat sangat lemah..
Tapi aku masih bisa melihat senyum di wajahnya saat aku memanggil namanya.
"Bisma.." ucapku sambil memperhatikan seluruh tubuhnya.
Rambut Bisma dipangkas cepak 2cm (hampir botak) , dia terlihat lebih kurus dari 3minggu lalu, saat terakhir kami bertemu dibulan puasa.
"Na.. Narmi.." ucap Bisma sambil mengangkat tubuhnya dan melepaskan genggaman tangan wanita yang bernama Risa itu.
Aku semakin mendekat pada Bisma, dan berusaha memeluknya, tapi tiba-tiba..
"uhuk.. Uhuk.. Uagh.." Bisma batuk dan menyemburkan darah ke baju dan tubuhku..!
"Ahh!" aku berteriak jiji.
"Narmi.." Reza menghampiriku dan terlihat khawatir, karna hanya dia yang tahu bahwa aku phobia (takut) dengan darah.
"ma..maaf beb.." ucap Bisma dengan bibir bergemecik darah.
"LO! MUSIBAH!" Aku berteriak dan menunjuk Bisma dengan jari telunjukku, lalu pergi keluar dari kamar rawat itu.
"Narmi!" teriak Reza sambil mengejarku.
ADA APA DENGAN NARMI ?
MENGAPA SIKAPNYA BERUBAH ?
TUNGGU DI PART SELANJUTNYA :D
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK TERUTAMA CORET2AN KOMENTAR KALIAN :D
*NISNIS*
YANG COPAS HIDUPNYA GAK TENANG DUNIA AKHIRAT :))
(COPAS/COPAS+EDIT = DOSA SAYA JADI DOSA KAMU)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar