Judul : AKU DAN AIRMATA
Penulis : Annis Raka Prianti (Nisnis)
Terinspirasi oleh lagu Hijau Daun - Aku dan Airmata
Jatuh air mataku..
Iringi remuk redam hatiku..
Saat ku kehilanganmu..
Hanya rintik hujan yang menemani aku..
Aku menghela napasku, berusaha menahan airmata ini saat menulis sebuah bait puisi yang ingin kujadikan sebuah lagu.
Kulirik lagi bingkai foto yang memamerkan wajah cowok tampan idamanku.
"kenapa si kamu harus lakuin ini ke aku? Apa sedikitpun gak pernah ada rasa sayang yang tulus? Aku benci kamu Dicky!" aku membanting bingkai foto yang terbuat dari kardus yang kubuat minggu lalu saat hari pertama aku menjadi pacarnya.
Teringatku akan kenangan minggu lalu. Saat pertama dia menembakku sepulang sekolah
*****
*flash back*
from : Dicky
Alice , pulang sekolah nanti aku tunggu di gerbang yah..
To : Dicky
okey Dicky..
Aku tersenyum sendiri memandang layar HP ku.
"asik pulang bareng! Setelah PDKT selama 5hari bisa pulang bareng!" batinku dalam hati.
Aku melihat jam tanganku, dan ternyata 10menit lagi pulang sekolah.
Aku melamun membayangkan hal indah sepulang sekolah nanti.
Pulang sekolah bareng sama orang yang disuka sangatlah menyenangkan bukan? Tentu!
"Alice!" Teriakan Angela membuatku tersadar dari lamunanku.
"ada apa Angel?" aku menjawab dengan gugup.
"nanti pulang sekolah antar aku ke toko kue ya? Kau sudah janji bukan?" ucapan Angela membuatku kaget setengah mati.
Aku memang sudah janji pada Angela kemarin, bahwa hari ini ingin mengantarnya ke toko kue untuk memesan kue ulang tahunnya. Tapi aku juga sudah janji pada Dicky akan pulang bersamanya hari ini.
Jadi mana yang aku pilih?
Dicky pujaan hatiku, atau Angela sahabatku?
*teng..teng*
bel pulang sekolah berbunyi.
Aku langsung menerima SMS dari Dicky.
From : Dicky
tunggu di gerbang depan yach!
Dan tiba-tiba Angela memanggilku.
"Ayo Alice!" Angela terlihat begitu semangat, aku tidak mau mengecewakannya.
Tapi aku juga tidak mau melewatkan kesempatan ini.. Aku harus jujur pada Angela!
"Angela tunggu!" aku merasa gugup dan takut.
"ya Alice?" senyum Angela masih menghiasi wajah mungilnya.
"maafkan aku Angela.. Aku.. Aku.." kata-kata yang ingin ku katakan terasa sangat berat untuk terucap.
"kenapa Alice? Apa kamu tak bisa mengantarku?" Angela mencoba menebak. Dan tebakkannya sangat tepat!
"yah.. Maafkan aku Angela.." aku tertunduk takut didepannya.
"Alice mengapa kau tak bisa? Apa ada masalah? Apa kau ada janji dengan yang lain?" kulihat rasa kecewa terpancar di wajahnya.
"maafkan aku Angela.. Aku.. Ada janji dengan Dicky.. Aku dan Dicky akan pulang bareng hari ini.." lagi-lagi aku menunduk takut. Takut mengecewakan Angela dan membuatnya sedih.
Tiba-tiba kurasakan genggaman tangan Angela dikedua tanganku.
"sungguh kau akan pulang bersama Dicky hari ini?!" aku melihat senyuman diwajah Angela.
"yap.." aku mengerutkan keningku menebak ekspresi apa lagi yang Angela berikan padaku.
"Oh Alice selamat yah sayang.. Apa kau sudah jadian?" Angela memelukku dengan gemas.
"wow waow.. Tahan.. Aku belum jadi pacarnya, tapi dia mengajakku pulang bersamanya. Apa menurutmu ini pertanda baik?" aku melepas pelukan Angela.
"tentu sayang.. Itu artinya dia ingin lebih dekat dan mengenalmu.. Atau jangan-jangan dia akan menembakmu!?" Angela berbicara dengan sangat bersemangat.
"tapi kami baru pendekatan selama 5hari.. Tidak terlalu cepatkah itu?" entah mengapa keraguan semakin menghantuiku.
"semakin cepat semakin baik! Sudah sana pergi!" Angela tersenyum nakal dan mendorongku menuju pintu.
"oke aku duluan.. Dadah Angel.." aku tersenyum lega karena Angela tidak marah padaku.
"bye.. Good luck dear.." Angela membalas senyumku.
Akupun berjalan menuju gerbang.
Namun tak ku temukan sosok Dicky disana.
Apakah aku terlambat? Atau malah terlalu cepat karna terlalu bersemangat?
Tapi bel pulang sudah berbunyi.
Tak mungkin kan Dicky meninggalkanku lalu pulang dan membatalkan janji ini?
Apa aku harus menunggu?
Atau pulang melupakan semuanya?
Kuputuskan untuk mengirim pesan ke Dicky.
To : Dicky
Dicky, aku udah di gerbang. Kamu dimana?
Aku melirik ke kanan dan ke kiri, ke arah parkiran dan ke arah kelas-kelas dibelakangku namun tak ada. Dan tiba-tiba Dicky membalas pesanku.
From : Dicky
tunggu yah, Pak Ferdinand guru sejarah masih ngajar aja nich. Tanggung katanya.
Hufth.. Aku menghela napas lega. Ternyata semua belum berakhir dan aku masih punya kesempatan merasakan kebahagian bersama Dicky.
Aku terus menunggu Dicky di depan gerbang. Ku bayangkan wajah imutnya, senyum manisnya, suara manjanya dan tingkah lucunya. Sepertinya dia orang yang sangat menyenangkan.
Namun 7menit telah berlalu belum ada tanda-tanda Dicky datang.
Tiba-tiba aku mendapat SMS dari Dicky.
From : Dicky
tunggu yach, lg mau berdoa!
To : Dicky
oke, aku sambil jalan keluar yah..
Akupun berjalan meninggalkan gerbang secara sangat perlahan.
Sesekali menoleh ke gerbang, namun belum ada tanda-tanda Dicky. Tapi kulihat teman sekelas Dicky mulai terlihat 5 hingga 7 orang. Kuhentikan langkahku mendadak ketika mendapat pesan dari Dicky.
From : Dicky
aku udah di gerbang, kamu dimana?
Aku menoleh ke gerbang, dan ku temukan sosok pujaan hatiku yang berdiri tepat di depan gerbang.
Aku melambaikan tanganku dari tempatku berdiri, dan ternyata dia melihatku. Dia memamerkan senyum manisnya padaku. Berjalan cepat kearahku. Dan hanya dengan 1menit, kini dia sudah disampingku.
"maaf yah telat.. Abis Pak Ferdinand ngaret banget ngajarnya.. Udah nunggu lama ya?" Dicky melambaikan tangannya padaku sambil menunjukkan senyum manis khas yang dia punya. Senyuman yang bisa membuatku jatuh cinta padanya.
"gajuga kok.." aku menyambut uluran tangannya, menggenggamnya lembut dan tersenyum semanis mungkin padanya.
"rumahnya di komplek Fanna yah? Blok apa?" Dicky memulai pembicaraan.
"blok D, kalo rumah Dicky dimana?" aku mencoba mengikuti aliran pembicaraannya.
"di komplek Nizer blok A.. Oya mau dianter gak?" kulihat senyum tulus terpancar diwajahnya.
Jantungku serasa mau copot!
Ini adalah kesempatan emas untukku! Tapi aku juga tidak boleh terlihat terlalu mengharapkannya.
"terserah kamu aja sih.." aku berusaha tersenyum tanpa menunjukkan rasa tegang yang menghantuiku saat menatap wajahnya. Terutama indah bola matanya.
"tapi aku gak ada motor, gapapakan?" Dicky terlihat ragu saat bertanya.
"gapapa kok.. Kalo ngerepotin gausah juga gapapako Chiy.." aku tersenyum semanis mungkin menunjukkan ketulusanku.
Aku memang tak mengharapkan Dicky punya motor yang bagus, tapi aku mengharapkan hati Dicky yang tulus.
"emang mau punya pacar yang gapunya motor?" lagi-lagi pertanyaan Dicky membuatku deg-degan.
Apakah ini artinya ia akan menembakku, persis seperti apa yang dikatakan Angela?
"yah.. Ialah.. Kalo Cinta cuma karna punya motor, cimot dong.. Buat apa punya motor tapi gapunya hati? Kan Motor ga menjamhn seseorang bisa bahagia.." aku tersenyum seakan terpaksa karena menahan kencangnya debaran jantungku, dan gemetarnya tubuhku. Apakah jawabanku ini tepat? Atau terlalu berlebihan? Tapi itulah jawaban hatiku :)
"oh.. Kalo gitu Alice mau jadi pacar Dicky?" Dicky berbicara dengan santai ditimpali senyum khasnya yang mematikan!
Tak sadarkah dia telah membuatku hampir mati dengan ucapan dan senyumannya?
Ya.. Inilah saat yang ku nantikan. Inilah yang selalu aku harapkan. Sudah terlalu lama aku menggilainya sejak kelas X hingga sekarang kelas XI. Lima hari bisa merasakan dekat dengannya saja sudah membuatku bahagia, dan sekarang? Dia menembakku! Apakah ini mimpi?
Tanpa sadar aku terlarut dalam lamunanku.
"Alice? kok bengong? Aku salah ngomong yah?" kerutan diwajahnya mengisyaratkan kebingtngannya pada sikap anehku.
"enggak kok Chiy.. Cuma kaget aja.." aku berbicara dengan terputus-putus seperti kehabisan napas.
"kaget kenapa?" Dahinya lagi-lagi mengkerut, ekspresi wajahnya terlihat bingung.
"yah.. Apa gak terlalu cepat? Kan belum sampe seminggu kita deket..?"
Dicky malah tersenyum hampir tertawa memandangku.
Ada apa dgn Dicky?
Apa jwban Alice?
*bersambung*
NO COPAS :)
Penulis : Annis Raka Prianti (Nisnis)
Terinspirasi oleh lagu Hijau Daun - Aku dan Airmata
Jatuh air mataku..
Iringi remuk redam hatiku..
Saat ku kehilanganmu..
Hanya rintik hujan yang menemani aku..
Aku menghela napasku, berusaha menahan airmata ini saat menulis sebuah bait puisi yang ingin kujadikan sebuah lagu.
Kulirik lagi bingkai foto yang memamerkan wajah cowok tampan idamanku.
"kenapa si kamu harus lakuin ini ke aku? Apa sedikitpun gak pernah ada rasa sayang yang tulus? Aku benci kamu Dicky!" aku membanting bingkai foto yang terbuat dari kardus yang kubuat minggu lalu saat hari pertama aku menjadi pacarnya.
Teringatku akan kenangan minggu lalu. Saat pertama dia menembakku sepulang sekolah
*****
*flash back*
from : Dicky
Alice , pulang sekolah nanti aku tunggu di gerbang yah..
To : Dicky
okey Dicky..
Aku tersenyum sendiri memandang layar HP ku.
"asik pulang bareng! Setelah PDKT selama 5hari bisa pulang bareng!" batinku dalam hati.
Aku melihat jam tanganku, dan ternyata 10menit lagi pulang sekolah.
Aku melamun membayangkan hal indah sepulang sekolah nanti.
Pulang sekolah bareng sama orang yang disuka sangatlah menyenangkan bukan? Tentu!
"Alice!" Teriakan Angela membuatku tersadar dari lamunanku.
"ada apa Angel?" aku menjawab dengan gugup.
"nanti pulang sekolah antar aku ke toko kue ya? Kau sudah janji bukan?" ucapan Angela membuatku kaget setengah mati.
Aku memang sudah janji pada Angela kemarin, bahwa hari ini ingin mengantarnya ke toko kue untuk memesan kue ulang tahunnya. Tapi aku juga sudah janji pada Dicky akan pulang bersamanya hari ini.
Jadi mana yang aku pilih?
Dicky pujaan hatiku, atau Angela sahabatku?
*teng..teng*
bel pulang sekolah berbunyi.
Aku langsung menerima SMS dari Dicky.
From : Dicky
tunggu di gerbang depan yach!
Dan tiba-tiba Angela memanggilku.
"Ayo Alice!" Angela terlihat begitu semangat, aku tidak mau mengecewakannya.
Tapi aku juga tidak mau melewatkan kesempatan ini.. Aku harus jujur pada Angela!
"Angela tunggu!" aku merasa gugup dan takut.
"ya Alice?" senyum Angela masih menghiasi wajah mungilnya.
"maafkan aku Angela.. Aku.. Aku.." kata-kata yang ingin ku katakan terasa sangat berat untuk terucap.
"kenapa Alice? Apa kamu tak bisa mengantarku?" Angela mencoba menebak. Dan tebakkannya sangat tepat!
"yah.. Maafkan aku Angela.." aku tertunduk takut didepannya.
"Alice mengapa kau tak bisa? Apa ada masalah? Apa kau ada janji dengan yang lain?" kulihat rasa kecewa terpancar di wajahnya.
"maafkan aku Angela.. Aku.. Ada janji dengan Dicky.. Aku dan Dicky akan pulang bareng hari ini.." lagi-lagi aku menunduk takut. Takut mengecewakan Angela dan membuatnya sedih.
Tiba-tiba kurasakan genggaman tangan Angela dikedua tanganku.
"sungguh kau akan pulang bersama Dicky hari ini?!" aku melihat senyuman diwajah Angela.
"yap.." aku mengerutkan keningku menebak ekspresi apa lagi yang Angela berikan padaku.
"Oh Alice selamat yah sayang.. Apa kau sudah jadian?" Angela memelukku dengan gemas.
"wow waow.. Tahan.. Aku belum jadi pacarnya, tapi dia mengajakku pulang bersamanya. Apa menurutmu ini pertanda baik?" aku melepas pelukan Angela.
"tentu sayang.. Itu artinya dia ingin lebih dekat dan mengenalmu.. Atau jangan-jangan dia akan menembakmu!?" Angela berbicara dengan sangat bersemangat.
"tapi kami baru pendekatan selama 5hari.. Tidak terlalu cepatkah itu?" entah mengapa keraguan semakin menghantuiku.
"semakin cepat semakin baik! Sudah sana pergi!" Angela tersenyum nakal dan mendorongku menuju pintu.
"oke aku duluan.. Dadah Angel.." aku tersenyum lega karena Angela tidak marah padaku.
"bye.. Good luck dear.." Angela membalas senyumku.
Akupun berjalan menuju gerbang.
Namun tak ku temukan sosok Dicky disana.
Apakah aku terlambat? Atau malah terlalu cepat karna terlalu bersemangat?
Tapi bel pulang sudah berbunyi.
Tak mungkin kan Dicky meninggalkanku lalu pulang dan membatalkan janji ini?
Apa aku harus menunggu?
Atau pulang melupakan semuanya?
Kuputuskan untuk mengirim pesan ke Dicky.
To : Dicky
Dicky, aku udah di gerbang. Kamu dimana?
Aku melirik ke kanan dan ke kiri, ke arah parkiran dan ke arah kelas-kelas dibelakangku namun tak ada. Dan tiba-tiba Dicky membalas pesanku.
From : Dicky
tunggu yah, Pak Ferdinand guru sejarah masih ngajar aja nich. Tanggung katanya.
Hufth.. Aku menghela napas lega. Ternyata semua belum berakhir dan aku masih punya kesempatan merasakan kebahagian bersama Dicky.
Aku terus menunggu Dicky di depan gerbang. Ku bayangkan wajah imutnya, senyum manisnya, suara manjanya dan tingkah lucunya. Sepertinya dia orang yang sangat menyenangkan.
Namun 7menit telah berlalu belum ada tanda-tanda Dicky datang.
Tiba-tiba aku mendapat SMS dari Dicky.
From : Dicky
tunggu yach, lg mau berdoa!
To : Dicky
oke, aku sambil jalan keluar yah..
Akupun berjalan meninggalkan gerbang secara sangat perlahan.
Sesekali menoleh ke gerbang, namun belum ada tanda-tanda Dicky. Tapi kulihat teman sekelas Dicky mulai terlihat 5 hingga 7 orang. Kuhentikan langkahku mendadak ketika mendapat pesan dari Dicky.
From : Dicky
aku udah di gerbang, kamu dimana?
Aku menoleh ke gerbang, dan ku temukan sosok pujaan hatiku yang berdiri tepat di depan gerbang.
Aku melambaikan tanganku dari tempatku berdiri, dan ternyata dia melihatku. Dia memamerkan senyum manisnya padaku. Berjalan cepat kearahku. Dan hanya dengan 1menit, kini dia sudah disampingku.
"maaf yah telat.. Abis Pak Ferdinand ngaret banget ngajarnya.. Udah nunggu lama ya?" Dicky melambaikan tangannya padaku sambil menunjukkan senyum manis khas yang dia punya. Senyuman yang bisa membuatku jatuh cinta padanya.
"gajuga kok.." aku menyambut uluran tangannya, menggenggamnya lembut dan tersenyum semanis mungkin padanya.
"rumahnya di komplek Fanna yah? Blok apa?" Dicky memulai pembicaraan.
"blok D, kalo rumah Dicky dimana?" aku mencoba mengikuti aliran pembicaraannya.
"di komplek Nizer blok A.. Oya mau dianter gak?" kulihat senyum tulus terpancar diwajahnya.
Jantungku serasa mau copot!
Ini adalah kesempatan emas untukku! Tapi aku juga tidak boleh terlihat terlalu mengharapkannya.
"terserah kamu aja sih.." aku berusaha tersenyum tanpa menunjukkan rasa tegang yang menghantuiku saat menatap wajahnya. Terutama indah bola matanya.
"tapi aku gak ada motor, gapapakan?" Dicky terlihat ragu saat bertanya.
"gapapa kok.. Kalo ngerepotin gausah juga gapapako Chiy.." aku tersenyum semanis mungkin menunjukkan ketulusanku.
Aku memang tak mengharapkan Dicky punya motor yang bagus, tapi aku mengharapkan hati Dicky yang tulus.
"emang mau punya pacar yang gapunya motor?" lagi-lagi pertanyaan Dicky membuatku deg-degan.
Apakah ini artinya ia akan menembakku, persis seperti apa yang dikatakan Angela?
"yah.. Ialah.. Kalo Cinta cuma karna punya motor, cimot dong.. Buat apa punya motor tapi gapunya hati? Kan Motor ga menjamhn seseorang bisa bahagia.." aku tersenyum seakan terpaksa karena menahan kencangnya debaran jantungku, dan gemetarnya tubuhku. Apakah jawabanku ini tepat? Atau terlalu berlebihan? Tapi itulah jawaban hatiku :)
"oh.. Kalo gitu Alice mau jadi pacar Dicky?" Dicky berbicara dengan santai ditimpali senyum khasnya yang mematikan!
Tak sadarkah dia telah membuatku hampir mati dengan ucapan dan senyumannya?
Ya.. Inilah saat yang ku nantikan. Inilah yang selalu aku harapkan. Sudah terlalu lama aku menggilainya sejak kelas X hingga sekarang kelas XI. Lima hari bisa merasakan dekat dengannya saja sudah membuatku bahagia, dan sekarang? Dia menembakku! Apakah ini mimpi?
Tanpa sadar aku terlarut dalam lamunanku.
"Alice? kok bengong? Aku salah ngomong yah?" kerutan diwajahnya mengisyaratkan kebingtngannya pada sikap anehku.
"enggak kok Chiy.. Cuma kaget aja.." aku berbicara dengan terputus-putus seperti kehabisan napas.
"kaget kenapa?" Dahinya lagi-lagi mengkerut, ekspresi wajahnya terlihat bingung.
"yah.. Apa gak terlalu cepat? Kan belum sampe seminggu kita deket..?"
Dicky malah tersenyum hampir tertawa memandangku.
Ada apa dgn Dicky?
Apa jwban Alice?
*bersambung*
NO COPAS :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar