Kamis, 20 Oktober 2011

Aku dan Airmata #8

Aku dan Airmata #8

oleh * Penggemar Cerpen dan Cerbung NisNis * pada 20 Oktober 2011 jam 14:15
Judul :  AKU DAN AIRMATA
Penulis : Annis Raka Prianti (Nisnis)
Terinspirasi oleh lagu Hijau Daun - Aku dan Airmata


"hai sayang!" Izal langsung memelukku.
"telat setengah jam! Huh!" aku mendorong dan melepaskan pelukannya.
"maaf tadi aku.." aku membekap mulut Izal, "ga terima alasan!" aku pun berjalan cuek meninggalkan Izal.
"sayang jangan marah..." Izal menutup pintu dan menghampiriku.
"semua orang gak ada di rumah dan orang yang udah aku tunggu-tunggu ngaret setengah jam! Menyebalkan!" aku menaiki tangga dan menuju kamarku.
Izal terus mengejarku.
"maaf sayang, tadi aku membeli ini.." ucapan Izal membuatku memalingkan wajahku padanya.
"apa?" tanyaku ketus.
"tutup matamu!" ucap Izal sambil menyembunyikan sesuatu dibalik punggungnya.
"gak mau!" aku turun beberapa tangga hendak menghampiri Izal, namun Izal berlari menjauh dariku.
Keluar membuka pintu belakang dan terus berlari ke halaman belakang.
"awas kau!" ancamku setengah berteriak sambil mengejar Izal.
Saat aku membuka halaman belakang, aku melihan sebuah spanduk besar bertuliskan.

*HAPPY BIRTHDAY ALICE*
I ALWAYS LOVE YOU MY SWEETY *

"SURPRISE!" Izal berjalan menghampiriku membawa sebuah kotak merah kecil.
Kini dia tepat berada dihadapanku.
Dia membuka kotak itu dan mengambil isinya, lalu dipakaikannya di jari manisku.
"happy birthday hunny" *cup* Izal mengecup keningku.
Ku pandang cincin yang melingkar di jari manisku. Dan langsung ku peluk Izal.
"makasih sayang, cincinnya cantik.." Izal membalas pelukanku.
"oke, surprise selesai.. saatnya mengerjakan tugas Pak Morgan! Ayo!" aku menarik Izal berlari meninggalkan halaman belakang dan masuk ke rumah.
"tunggu sini... Aku akan mengambil kertas dan pensilku..." aku berjalan menaiki tangga menuju kamarku.
Saat ku buka pintu, aku menginjak sesuatu.
Ku lirik kakiku dan barang yang ku injak. Ternyata itu adalah bingkai foto Dicky yang tadi aku lempar.
Aku memungutnya dan kembali memandangnya.
"andai kau disini.. Andai kau masih bersamaku.. Andai kita masih seperti dulu... Pasti semua jadi lebih selesai di hari ulang tahunku" aku mengelus foto itu, dan tanpa sadar airmatakupun menetes lagi.
Apakah ini tandanya aku masih belum bisa melupakan Dicky?
Tapi aku sudah berjanji pada Izal, bahwa aku akan melupakan Dicky.
Tapi, ini hal yang sangat sulit bagiku.
Rasa sayangku pada Dicky tumbuh sejak satu tahun lalu. Sementara hubunganku dengan Izal baru hanya 2hari.
Aku tau Izal sangat menyayangiku, tapi aku belum bisa menyayanginya melebihi rasa sayangku untuk Dicky.
Hatiku masih bergetar, saat aku memandang foto Dicky. Airmataku masih menetes, tiap aku teringat masalaluku tentangnya...
"sayang kau sedang apa? Kenapa lama?" suara Izal mengagetkanku.
"ah maaf..." aku menghapus airmataku lalu menyembunyikan foto Dicky di balik punggunggu.
"kamu menangis? Ada apa sayang? Apa yang membuatmu sedih?" Izal terlihat cemas.
"ahh... nggak.. aku.." tiba-tiba Izal menarik foto Dicky yang ku sembunyikan di balik punggungku.
"karna dia?" raut wajah Izal terlihat kecewa.
"maaf... bukannya aku tidak menepati janji... Aku hanya belum bisa melupakannya.." ungkapku secara jujur.
"tidak apa, aku tidak memaksamu melupakan Dicky untukku.. Aku mengerti Alice.. Aku akan selalu sabar menunggu, hingga hatimu sepenuhnya untukku.." Izal tersenyum tulus.
Aku hanya tersenyum dan memeluknya.
"oke.. Ayo turun, kita harus segera selesaikan tugas kita.." Izal mengembalikan foto itu. Aku mengambil pensil dan kertas, lalu menyusul Izal di ruang tamu.
Foto Dicky masih berada di genggamanku sekarang. Ku cengkram erat, seperti hatiku yang selalu berusaha memeluk erat hatinya.
"apa kau sudah punya ide untuk lagu yang kita nyanyikan nanti?" Izal menarikku duduk di sofa.
"sudah, tapi aku takyakin.." aku memberikan kertas berisi lirik lagu yang aku buat.
Aku memperhatikan Izal yang sedang mencoba mencari nada yang tepat untuk lirik lagu yang ku buat.
Ya... Pak Morgan menugaskan tiap kelompok yang beranggotakan dua orang untuk membuat sebuah lagu, dan menampilkannya di depan kelas dengan di iringi alat musik.
Sekarang Izal sedang mencari nada lirik laguku dengan menggunakan gitar.
"lagu yang sangat bagus sayang! Kau dapat inspirasi dari mana?" Izal memelukku setelah selesai mendapat nada dari awal sampai akhir..
"rahasia.." ucapku mengecup hidung Izal. *cup*
"yaudah deh aku gak maksa.. Karna aku udah tau jawabannya..." Izal tersenyum membelai rambutku.
"kamu tau?" wajahku terlihat gugup karena takut.
"ya.." ucap Izal datar sambil membereskan barang-barangnya.
Aku menatap Izal yang sedang sibuk membereskan gitar dan buku musiknya. Aku berusaha mencari tau perasaannya.
Apakah benar dia tau maksud arti dalam laguku?
Jika iya, berarti dia tau ini tentang Dicky?
Tapi kenapa dia tidak cemburu?
"oke sayang, aku pulang dulu yah... Bye.. Sampe besok disekolah yah.." ucapan Izal membuyarkan lamunanku.
"ya okey.. Hati-hati yah sayang.." aku membukakan pintu rumahku.
"hapalkan lagu yang sudah di rekam tadi ya.." pesan Izal sebelum benar-benar pergi.
"iya bawel" aku mendorong Izal keluar rumah.
Aku dan Izal sama-sama melambaikan tangan, dan *BLAM* ku tutup pintu rumahku.
*Tok.. Tok..*
"siapa lagi si?" aku membuka pintu sambil sedikit mengomel dan...
*CKLEK..*
*cup* Izal mengecup keningku.
"maaf ada yang lupa tadi" ucap Izal dengan senyum nakalnya.
"apa?" aku pura-pura jutek, tapi pipiku merah merona menerima kecupannya di keningku.
"mencium keningmu! Hahaha bye.." Izal berlari sambil cengar-cengir.
"huh dasar cowok nakal" aku mengusap-usap keningku sambil tersenyum malu.
Akupun masuk ke kamarku. Bersiap mandi karena hari sudah sangat sore.

                 *****

Keesokan harinya, tepat jam 7.30 pagi, Izal sudah menungguku di depan rumah.
"mah.. Aku berangkat" ucapku sambil mengecup pipi mamaku.
"okey sayang, hati-hati" sahut mamah yang sedang menyiapkan sarapan untuk adikku.
Aku berjalan cepat keluar ramah menuju Izal yang telah menunggu di depan pagar rumahku.
"pagi sayang.." sapa Izal sambil mencubit pipiku.

‎"pagi juga sayang..." aku tersenyum sambil mengelus pipiku yang di cubit Izal.
"sudah siap tampil hari ini?" Izal mengedipkan mata genitnya.
"tentu!" akupun naik ke motor Izal.
Aku dan Izalpun berangkat menuju sekolah.
Hanya dalam waktu 15 menit, aku dan Izal sudah sampai di sekolah. Saat aku akan turun dari motor, aku melihat rombongan geng Dicky. Rafael dan Ilham sedang berjalan bersama Fadila, sementara Dicky berjalan bersama Kiky dan Fitri, Rangga ada di belakang mereka sedang sibuk dengan ipad-nya.
Aku melihat Kiky dan Fitri melirik sinis ke arahku. Sementara aku melihat Dicky yang terlihat keren seperti biasanya.
"ayo!" Izal mengulurkan tangannya untuk menggandengku.
"kau duluan saja, aku mau ke toilet" aku berlari tanpa menatap Izal.
Aku berjalan tertunduk menuju toilet, tapi ada tiga orang yang berdiri di depanku menjegatku.
Aku mengangkat kepalaku yang tertunduk, dan betapa kagetnya aku ternyata tiga orang itu adalah...

adalah siapa hayooo ?
tunggu jawabannya di Last Part :)

NO COPAS :))
Hargai Penulis!
Tinggalkan jejak, jangan jadi pembaca misterius :D

NISNIS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar