Kamis, 20 Oktober 2011

Aku dan Airmata #5

Aku dan Airmata #5

oleh * Penggemar Cerpen dan Cerbung NisNis * pada 20 Oktober 2011 jam 13:02
Judul :  AKU DAN AIRMATA
Penulis : Annis Raka Prianti (Nisnis)
Terinspirasi oleh lagu Hijau Daun - Aku dan Airmata


"sory Alice, gue cuma gak mau liat lo sakit hati nanti..." Izal duduk di sebuah bangku di taman di bawah pohon.
"apa maksud lo?" aku menghampiri Izal yang duduk dan ikut duduk di sebelahnya.
"gue tau Dicky lagi ngapain di dalem, jadi gue gamau lo tau. Karna kalo lo tau, lo pasti sedih lagi kayak tadi istirahat" Izal menatap ku cemas.
"LEBAY! Udah deh jangan sok tau dan jangan jadi pahlawan!" aku bangun dari dudukku dan hendak kembali ke UKS.
"gue gini, karna gue peduli sama lo... Inget, gue udah peringatin lo..." Izal bangun lalu berjalan cuek meninggalkanku.
"dasar cowok aneh... Bilang aja ngiri sama gue! Huh" aku terus menggerutu sepanjang perjalanan menuju UKS. Sesaat kemudian, saat aku akan berjalan kearah pintu, ku lihat ada Rangga dan Fadila yang sedang berjalan kesini.
"pasti mau masuk ke UKS juga!" aku langsung bersembunyi ke pinggir tembok UKS.
Dan tebakanku benar, Rangga yang membawa banyak cemilan masuk bersama Fadila.
"ada apa sih di dalam? Mereka semua sedang apa?" aku hendak berjalan kearah pintu UKS, namun mundur lagi dua langkah ke belakang.
Rasa penasaran, curiga, takut dan gelisah berkecamuk di benakku.
Rasa penasaran karena ini ingin tau apa yang sedang terjadi didalam, rasa curiga karna Dicky masuk bersama cewek-cewek centil itu, rasa takut akan peringatan yang dikatakan Izal, dan rasa gelisah karna kebimbangan yang melandaku kini. Aku ingin tau apa yang sedang dilakukan Dicky, tapi entah kenapa, perasaan tidak enak ini terus menghantui.
Akupun tidak mengerti, mengapa rasanya seperti aku ingin menangis.
Ya... Aku harus masuk, apapun yang terjadi dan apapun yang ada di dalam, aku harus kuat melihatnya! Karna, semakin aku menunda, aku merasa semakin tersiksa.
"bismillahirrahmanirrahim" aku menarik napas dan mengelus dada, berusaha menyiapkan mentalku.
Debaran jantung kian terasa cepat, nafasku kian tak beraturan.
Aku maju berjalan secara perlahan, dengan keringat yang mulai mengalir menandakan ketegangan yang dahsyat.
"kau bisa Alice, kau harus kuat" aku berusaha menyemangati diriku sendiri untuk mengurangi keteganganku.
Kini, aku sudah ada di ambang pintu.
"satu... dua... tiga..."
*KLEK*
Aku melihat...

Melihat apa?
Mau dilanjutin sekarang apa bersambung?
Lanjut aja kali ya :p
kasian yg udah degdegan :D

              Aku melihat Dicky sedang duduk dipangkuan Kiky, dan Fitri sedang menggenggam tangan Dicky. Aku hanya bisa diam terpaku pada apa yang kulihat di bangku panjang UKS, yang harusnya dijadikan ruang tunggu.
Tiba-tiba airmataku mengalir. Apa maksud semua ini?
Siapa sebenarnya mereka?
Kenapa mereka begitu dekat dengan Dicky?
Aku yang pacarnya saja tidak pernah sedekat itu.
Dicky yang sadar atas kehadiranku langsung menghampiriku.
"A.. Alice.. Kenapa kamu disini? Bukankah kamu lagi belajar?" aku tak menghiraukan pertanyaannya. Aku hanya menatap dalam mata Dicky, ku lihat dia gugup. Dia gugup karna takut aku marah, atau takut karena sudah kepergok olehku?
"kamu kenapa nangis Alice? Apa kamu sakit?" Dicky terlihat bingung sekarang.
Aku mencoba memutar bolamataku kearah Kiky dan Fitri, namun mereka cuek mendekati Rafael sekarang. Tak tampak sedikitpun rasa bersalah di wajah mereka. Tak taukah mereka aku ini pacarnya Dicky?
Ah buat apa aku peduli pada mereka?
Aku kembali menatap seseorang yang ada dihadapanku. Seseorang yang sangat aku sayangi, yang selalu aku kagumi..
Airmataku terus mengalir, dan Dicky terlihat semakin panik.
"Alice, sebenarnya ada apa?" Dicky meraih pundakku dengan tangan kanannya.
"TEGA! Kamu tega Dicky!" aku menepis tangannya lalu berjalan cepat meninggalkan UKS.
Ku dengar suara langkah kaki mengikutiku, dan ternyata itu Dicky. Dia mengejarku.
Buat apa dia mengejarku jika hanya untuk memberikan alasan palsu?
Buat apa dia mengucapkan kata maaf padaku, jika dia melakukannya lagi padaku?
Apa sebenarnya Dicky tak pernah sedikitpun menyayangiku?
Apa selama ini aku salah menilai Dicky?
"ALICE" Dicky menarik kasar tanganku.
"apa? Apa lagi? Sudah cukup kau buat aku hancur Dicky!" aku menangis sejadi-jadinya karna tak kuasa menatap wajahnya.
"salah aku apa? Kamu tuh aneh banget yah!" Dicky malah balik membentakku.
"salah kamu? Setelah kepergok kamu masih tanya salah kamu apa?! Ada juga aku yang nanya, apa salah aku sampe kamu tega gini sama aku?!" aku mengusap airmataku yang terus mengalir.
"apa maksud kamu Kiky? Ayolah Alice, dia hanya sahabatku!" Dicky mendekat padaku.
"gak cuma dia, tapi semuanya... Apa pantas sahabat melakukan hal berlebihan seperti itu?" ya, lagi-lagi airmataku mengalir deras.
"terus? Kamu mau larang aku deket sama sahabatku? Ayolah Alice, jangan buat aku kesal. Ini hanya hal sepele.." Dicky berbicara enteng tanpa memperdulikan perasaanku.
"sepele? Tapi jika aku diam dan terus diam, aku akan terus sakit hati.. Aku pacarmu Dicky! Salahkah bila aku cemburu?" aku memalingkan wajahku pada Dicky. Aku tak sanggup menatap wajahnya, aku merasa hatiku bergetar hebat saat menatap wajahnya. Mungkin dulu adalah getaran cinta, tapi entah mengapa kini getaran itu berubah. Aku merasa ingin muntah menatap wajah polosnya yang palsu.
"jadi kamu mau apa? Aku aku menjauhi sahabat-sahabatku demi kamu?" ucapan Dicky membuatku kembali menatapnya.
"ya.. Aku mau kamu pilih antara aku sama sahabat-sahabat cewek kamu itu! Kalo emang kamu sayang aku dan pilih aku, jauhi mereka. Tapi kalo emang kamu pilih sahabat kamu... Kamu..." aku tak melanjutkan kata-kataku karena aku tak sanggup mengucapkannya. Aku takut, kalau tiba-tiba ternyata Dicky gak milih aku.
"aku putusin kamu dan jauhin kamu?" aku tersentak kaget, mataku melotot dan nafasku terasa sesak. Aku merasa jantungku berhenti berdetak sesaat.
Aku tak bisa menjawab pertanyaan Dicky. Aku hanya bisa menjawab lewat airmataku yang mengalir deras. Apa aku harus melepas Dicky sekarang? Secepat ini?
Tidak! Tidaakk! Tidak mau :(
Satu tahun aku memendam rasa ini, dan baru beberapa hari aku memelikinya tapi kenapa harus secepat ini melepasnya?
"iyakan? Jadi kamu mau aku pilih antara itukan?" Dicky menarik wajahku untuk menatapnya.
Aku tak sanggup menatap matanya. Aku hanya menangis memejamkan mataku. Tidak.. Apa yang harus aku lakukan sekarang?
Tapi, aku sudah telanjur membuatnya memilih.
"ya.." aku menjawab singkat sambil tetap memejamkan mataku.
"yakin mau aku memilih?" Dicky melepaskan tangannya yang memegang wajahku.
Aku memberanikan diri untuk membuka mata dan bersiap menerima pilihannya.
Aku menatap matanya mendalam. Berharap dia memilihku.

Apakah yang akan dipilih Dicky?
Akankah Dicky memilih Alice dan menjauhi sahabat-sahabatnya?
simak di part selanjutnya :)

NO COPAS :))
Hargai Penulis!
Tinggalkan jejak, jangan jadi pembaca misterius :D

NISNIS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar