Senin, 14 Mei 2012

Coklat Bisa Kadaluarsa, Tapi Cintaku Tidak!

Coklat Bisa Kadaluarsa, Tapi Cintaku Tidak!



Coklat Bisa Kadaluarsa, Tapi Cintaku Tidak!

Penulis : Annis Raka Prianti
Follow : @AnnisPrianti / @Nisnizer_PCCN

        Cinta kadang membuat seseorang terluka dan tentu saja juga membuat orang yang sedang jatuh cinta bahagia. Tapi penantian dan harapan terkadang menimbulkan luka yang amat mendalam, saat orang yang telah lama berharap dan menanti itu tahu bahwa semua harapan akan penantiannya sia-sia.
Dan hanya yang setialah yang mampu bertahan diatas luka akan pengharapan yang sia-sia. Hanya yang setialah yang terus menerima luka dari orang yang disayanginya. Dan hanya yang setialah yang terus bahagia menyayangi seseorang walau tanpa balasan atau bahkan tak ada kesempatan lagi untuk memiliki orang yang diharapkannya.
        *****


       Langit terlihat gelap, sambaran petir menggelegar dahsyat membelah langit yang terlihat sedang tak bersahabat. Hujan turun dengan derasnya. Udara dingin terasa menusuk kekosongan jiwa. Matahari bersembunyi dibalik gumpalan awan gelap. Cuaca pagi ini bagai menggambarkan suasana hati Nasyha.
Ia teringat kejadian dihari valentine tiga tahun yang lalu.
       *****

       "Nasyha, ini buat kamu..." Harrimand memberikan Nasyha sebuah kotak berwarna merah muda.
       "Buat aku Kak?" Nasyha menatap Harrimand dengan aneh. Terlihat sekali Nasyha merasa bingung dan gugup. Karena kini kakak kelas yang ia sukai sedang memberikannya sebuah hadiah valentine.
       "Iya Nasyha... Ayo ambil!" Harrimand mengulurkan kotak itu lebih dekat pada Nasyha.
        "Makasih Kak..." Nasyha meraih kotak pemberian Harrimand itu, diiringi segaris senyum manis yang menghiasi bibirnya yang tipis.
       *****

        Hari-hari berikutnya setelah kejadian dihari valentine ditahun 2009 itu, hubungan antara Nasyha dan Harrimand semakin akrab. Harrimand terlihat semakin perhatian pada Nasyha dan hal itulah yang membuat Nasyha semakin yakin dengan perasaannya pada Harrimand. Tapi setelah satu tahun berlalu dan Harrimand telah lulus dari SMA Karya Guna yang adalah sekolah mereka bersama, Harrimand menghilang begitu saja tanpa jejak. Bahkan hingga divalentine ditahun 2012 ini, masih tak ada kabar tentang keberadaannya.
        Dan Nasyha hanya bisa mencintai Harrimand lewat semua barang sisa kenangannya bersama Harrimand. Album fotonya bersama Harrimand masih tersimpan rapih. Bahkan beberapa foto masih terpajang disudut kamarnya. Semua tiket nonton, boneka pemberian Harrimand, hingga coklat valentine pemberian Harrimand ditahun 2009 silampun masih Nasyha simpan rapih dalam sebuah kotak besar, yang bertuliskan : My First love, Harrimand Suhud Herdiansyah . (cinta pertamaku, Harrimand Suhud Herdiansyah).
Coklat valentine pemberian Harrimand pun masih tersimpan dengan rapih.  
       "Coklat ini udah kadaluarsa, udah gak layak untuk dimakan. Tapi kenapa aku gak bisa buang perasaanku ke kakak? Padahal perasaan ini udah gak layak untuk disimpan dalam hati, bahkan untuk terus diperjuangkan!" Nasyha memandang sebuah coklat yang ia dapat tiga tahun yang lalu dari Harrimand. Kakak kelasnya di sekolah dulu. Dulu saat Nasyha masih murid kelas X SMA, Harrimand adalah murid XII IPA di SMA Karya Guna.
        Nasyha terus membayangkan bagaimana wajah Kak Harrimand kini setelah tiga tahun berlalu. "Masihkah Kak Harrimand mengingatku dan semua saat-saat yang indah yang dulu kita alami bersama? Pernah kah Kak Harrimand merindukanku walau hanya sekali dalam hidupnya ditiga tahun belakangan ini?" itulah beberapa pertanyaan dari beribu pertanyaan yang berada dalam benak Nasyha.
       "Apa aku harus berhenti mengharapkan Kak Harrimand? Tapi bagaimana mungkin aku bisa? He's my first love... Sejak tiga tahun lalu hingga sekarangpun perasaan itu masih tersimpan dihatiku.
Aku masih mengingat jelas semua kenangan yang telah aku alami bersama Kak Harrimand..." Nasyha terus bergumam tidak karuan. Hatinya resah dan bimbang, mengingat tiga tahun bukanlah waktu yang sebentar. Ditambah dengan beberapa cowok yang mulai datang dalam hidupnya. Tapi entah mengapa, Nasyha tak pernah punya niat melupakan Harrimand. Bahkan untuk berhenti memikirkan Harrimand pun, ia tak pernah bisa.
       *****
        Untuk menghilangkan kegelisahannya, Nasyha bermaksud untuk pergi jalan-jalan menghilangkan segala rasa gundah dan gelisahnya. Berharap mendapat hal yang akan menyenangkan hatinya, dan manghapus rasa galaunya.
Karena cuaca yang masih hujan, dengan menggunakan sebuah paying, Nasyha berjalan secara perlahan sambil menikmati hembusan udara dingin yang menjadi penghias hujan yang turun sangat lebatnya tanpa tujuan kemana ia akan pergi.
        Nasyha menatap kesebrang jalan saat akan menyebrang. Ia melihat seseorang diseberang jalan. Seseorang yang sudah tak asing baginya, seseorang yang telah lama menghilang, dan seseorang yang selama ini telah menghantui hidupnya.
        " Kak Harrimand..." Nasyha bergumam pelan. "Tidak, itu tidak mungkin Kak Harrimand." Nasyha menggelengkan kepalanya sambil mulai menyeberangi jalan. Dan tanpa sadar ada sebuah sepeda motor yang telah siap menabraknya.
        "AWAS!" seorang laki-laki dari seberang jalan berteriak dan langsung menarik Nasyha kepinggir jalan dengan dekapannya.
        "Deg... Deg... Deg... Deg..." tiba-tiba jantung Nasyha berdegup kencang. Entah karena perasaannya yang terkejut atas kejadian barusan, atau kerena dekapan seorang laki-laki yang telah menyelamatkan nyawanya.
‎        "Kamu gak apa-apa kan... Nasyha?" Laki-laki itu melotot dan hampir menganga ketika menatap wajah Nasyha. Sepertinya ia sangat terkejut. Ia melihat Nasyha bagai melihat setan disiang bolong, menatap Nasyha dengan sangat aneh. Tatapannya yang tajam mampu menembus mata hati Nasyha.
        Begitupun Nasyha. Ia hanya terdiam memandang wajah laki-laki itu, mata Nasyha tertuju pada wajah yang ada dihadapannya. Darahnya terasa berdesir sangat cepat, tubuh bahkan hatinya terasa bergetar bagai tersengat jutaan volt arus listrik. Mata Nasyha terbelalak dan mulutnya hampir tidak bisa rapat. Wajah yang selama ini terlukis dalam hati Nasyha kini berada dihadapannya.

        "Kamu Nasyha kan?" Laki-laki itu membesarkan volume suaranya sambil melepaskan Nasyha dari dekapannya.
Satu katapun tak mampu terucap dari bibir Nasyha. Ia masih shock dengan apa yang Ia alami saat ini.
       "Nyatakah semua yang terjadi saat ini? Benarkah laki-laki itu dia? Dia yang selama ini telah lama menghilang. Dia yang selama ini selalu mengisi kekosongan hatiku?" batin Nasyha terus bertanya-tanya. Bermacam-macam prasangka berkecamuk dalam benaknya.
        "Nasyha Gisella?!" Harrimand menggoyangkan tubuh Nasyha yang masih terlihat tegang tak bergerak.
        "Iya..." akhirnya Nasyha mampu mengeluarkan kata pertamanya walau masih terdengar sangat pelan.
Tiba-tiba Harrimand langsung memeluk Nasyha dengan erat. "Akhirnya aku bisa ketemu kamu..." Harrimand membelai mesra rambut Nasyha.
        Nasyha lagi-lagi hanya diam seribu kata. Ingin ia membalas pelukan Harrimand yang telah lama ia rindukan. Tapi justru Nasyha merasakan sesuatu yang aneh. Nasyha merasa pelukan Harrimand kali ini berbeda. Pelukannya terasa lebih hangat.
       "Mungkinkah ini bukti nyata akan kerinduan yang telah lama aku rasa?" dengan perlahan Nasyha membalas pelukan Harrimand. Tiba-tiba butiran bening air matanya mengalir perlahan membasahi pipinya.

       "Nasyha, aku kangen sama kamu..." Harrimand mempererat pelukannya pada Nasyha.
Tapi kenapa kamu ninggalin aku dan hilang gitu aja? Kamu jahat!" Nasyha tiba-tiba berontak dari pelukan Harrimand.
       "Syha, please dengerin dulu penjelasan aku!" Harrimand terus mempererat pelukkannya tanpa memperdulikan Nasyha yang terus berontak dan meronta dari pelukan Harrimand sambil menangis terisak.
       Nasyha hanya terus menangis, namun ia mulai berhenti meronta dan kembali memeluk Harrimand lebih erat.
Harrimand melepaskan pelukannya. Ia menghapuskan air mata Nasyha yang menggatung lembut dikedua pipi Nasyha yang mengembung. Harrimand menarik tangan Nasyha untuk mengikutinya kesebuah tempat. Nasyha hanya bisa pasrah larut dalam tangisannya saat Harrimand menuntun dan menggenggam erat tangannya menuju suatu tempat.
       *****

       Hanya dalam waktu sepuluh menit berjalan, mereka telah sampai disuatu tempat yang sangat indah. Tempat itu adalah taman belakang sekolah mereka.

       "Kamu inget kan Syha ini dimana?" Harrimand melepaskan genggamannya yang sejak tadi terus menggenggam tangan Nasyha.
Aku udah lupain semuanya. SEMUANYA!" Nasyha menekankan kata-kata terakhirnya. Berpaling dan berjalan meninggalkan Harrimand.
       "Syha... Please tunggu!" Harrimand menarik tangan Nasyha. Ia menarik wajah Nasyha untuk menatapnya. Betapa kagetnya Harrimand, saat ia menyadari ternyata Nasyha menangis.
        "Aku udah lupain semua tentang kamu! Tempat ini, kenangan kita, bahkan aku udah lupa sama perasaan aku ke kamu!" Nasyha melepaskan wajahnya dari rengkuhan tangan Harrimand.
        “Kalo kamu udah lupain semuanya, kenapa kamu nangis? Kalo kamu emang udah gak punya rasa apapun sama aku, kamu gak akan takut buat tatap mata aku. Kamu bohong Syha. Aku yakin perasaan kamu masih sama kayak aku, masih seperti dulu." Harrimand memeluk Nasyha yang telah lama ia rindukan. Awalnya Nasyha mencoba melepaskan pelukkan itu, tapi akhirnya ia malah menangis dipelukkan Harrimand. Meluapkan semua rasa kerinduan yang telah terpendam selama tiga tahun.
        "Kenapa dulu kamu ngilang gitu aja Mand? Dan kenapa baru sekarang kamu balik? Sampe kapan kamu mau ancurin hati aku?! Kamu gak pernah tau sakitnya aku selama nunggu kamu..."
        "Sorry Syha... It's about my family... Aku dipindahin ke Australia setelah hari kelulusan. Aku digembleng habis-habisan untuk belajar disana. Untuk nerusin bisnis Papa aku yang hampir bangkrut. Aku kerja sambil kuliah disana. You don't know how much i miss you, Nasyha." Harrimand menatap kedua mata Nasyha tanpa ragu. Tatapannya penuh keyakinan. Dan terlihat kesedihan diraut wajahnya.
       "Tapi kenapa kamu gak pernah coba hubungin aku? Kamu tau aku selalu bimbang, selalu ragu dalam mengambil langkah, antara terus mencintai kamu atau melupakan kamu? Kamu gak pernah tau, karena kamu gak pernah mau tau tentang aku!" lagi-lagi air mata Nasyha mengalir. Butiran bening itu mengalir mengikuti bentuk lekukan pipi Nasyha.
         "Apa kamu tau tersiksanya aku dihantui rasa bersalah? Aku tau sikap aku ini salah. Tapi semua diluar kendali aku. Aku mohon kamu ngerti, Syha." Harrimand menghapuskan air mata Nasyha yang menggantung dipipi Nasyha dengan tangannya.
       Nasyha berlari begitu saja meninggalkan Harrimand. Nasyha berlari kembali menuju rumahnya. "Kenapa... Kenapa perasaan ini gak pernah bisa berhenti? Aku masih bisa rasain getaran itu. Getaran cinta dalam hatiku. Waktu dia genggam tangan ini... Belain tangannya dipipi ini... Bahkan saat ia peluk aku pun, aku masih ngerasa nyaman! Apa yang harus aku lakukan?" Nasyha terus memikirkan tentang perasaannya pada Harrimand.
Sepanjang perjalanannya berlari menuju rumahnyapun, Nasyha terus menangis. Tanpa sepengetahuan Nasyha, Harrimand terus mengikutinya hingga rumah.
        *****

        Saat tiba dirumahnya, Nasyha langsung masuk kedalam kamarnya. Mama Nasyha yang bingung melihat Nasyha pun mengejar putrinya itu.
        "Sayang, kamu kenapa? Kok pulang nangis gini?" Mama Nasyha duduk ditepi ranjang Nasyha.
Nasyha langsung memeluk dan menangis dipelukan Mamanya. "Harrimand Mah..." Nasyha merasa sulit berbicara disela tangisannya.
       "Harrimand? Kenapa sama Harrimand?" Mama Nasyha merasa bingung. Sementara tak menjawab, hanya menangis terisak.
       "Sayang, Harrimand kenapa? Ada apa sama Harrimand?" Mama Nasyha melepaskan pelukannya pada putrinya itu, mencari jawaban atas segala kebingungannya dengan menatap wajah Nasyha.
       "Dia dateng lagi Ma... Nasyha... Nasyha ketemu dia!" Nasyha berteriak histeris seperti telah bertemu hantu.
       "Bagus dong... Akhirnya kamu ketemu lagi sama dia. Kamu bisa minta penjelasan kenapa dia dulu menghilang. Tapi kenapa kamu malah nangis?" Mama Nasyha menatap putrinya yang masih menangis.

       "Aku benci Harrimand, Ma. Dia jahat. Udah ninggalin Nasyha gitu aja. Aku..." Nasyha menangis terisak. Bibirnya terasa sulit untuk berucap. Hanya rasa bimbang yang menghantuinya.
Saat suara tangisan Nasyha semakin kencang dan semakin histeris, tiba-tiba suara bel rumah Nasyha berbunyi.
       "Sebentar ya, Sayang." Mama Nasyha meninggalkan Nasyha di kamarnya, dan berjalan menuju pintu untuk menyambut tamu yang telah menunggu.
        *****

       Saat Mama Nasyha membuka pintu rumahnya, sesaat Mama Nasyha terlihat kaget. Terdiam beberapa detik, baru mempersilahkan tamu itu masuk.
       "Nasyha ada kan, Tante?" Harrimand memutar bolanya kesetiap sudut rumah Nasyha.
       "Ada di kamar. Sebenarnya ada apa yah, Mand? Kalian ketemu dimana?" Mama Nasyha masih bersikap wajar seperti biasanya, seperti dulu Mama Nasyha menyambut Harrimand dengan hangat saat bertamu di rumahnya.
Harrimand menceritakan alasan ia dulu menghilang dan awal pertemuannya kembali dengan Nasyha. Untunglah Mama Nasyha mengerti dan memaklumi. Hingga Mama Nasyha bersedia membantu Harrimand menjelaskan semuanya pada Nasyha. Karena Mama Nasyha pun tahu, bahwa sebenarnya, putrinya pun masih mencintai Harrimand.

        "Sebentar yah... Biar Tante yang jelasin sama Nasyha..." Mama Nasyha pun langsung menuju kamar Nasyha untuk membujuk Nasyha agar menemui Harrimand.
            *****

        Saat hendak masuk kedalam kamar Nasyha, ternyata Nasyha telah berada didepan kamarnya. "Aku udah tau yang dateng siapa... Mama juga mau bujuk aku kan? Gak mempan Ma..." Nasyha masih terus menangis. Air matanya serasa tak bisa berhenti.
       "Tapi sampai kapan kamu seperti ini Sayang? Bukannya memaafkan itu lebih baik? Gak baik memendam rasa benci terlalu lama. Mama pun yakin, kamu masih sayang Harrimand kan?" Mama Nasyha tersenyum menggoda Nasyha.
        "Mama...! Mama gak tau rasanya bertahan menyayangi orang yang gak tau dimana keberadaannya, ngelupain orang yang bahkan setiap waktu ada dipikiran aku. Dan perasaan itu bercampur jadi satu saat dia ada didepan aku. Gak mudah mah pahamin perasaan aku sendiri..." Nasyha mengerucutkan bibirnya karena kesal digoda oleh Mamanya.
       "Kata siapa Mama gak pernah ngerasain? Mama pernah muda, dan pernah jatuh cinta. Lama jauh sebelum kamu ngerasain cinta. Tadi kamu bilang Mama gak tau rasanya menyayangi orang yang gak diketahui keberadaannya? Berarti kamu emang bener masih sayang Harrimand dong?!" Mama lagi-lagi mengedipkan matanya menggodaku.

        "Ahh Mama... Tapi... Gak semudah itu... Hufth... Aku telanjur sakit..." Nasyha menarik napas panjang. Berusaha memahami perasaannya sendiri.
Kenapa kamu gak lupain kejadian tiga tahun lalu saat dia kehilangan dia. Kamu mulai lagi dari awal tepat tiga tahun lalu saat kamu mulai suka sama dia. Bisa kan? Daripada kamu terus bohongin perasaan kamu, dan semakin sakit? Mama tau kok perasaan kamu..." Mama mendekap Nasyha dalam pelukannya.
        "Mama bener sih... Makasih yah Ma... Mama emang paling bijaksana dan paling ngerti aku!" Nasyha memeluk Mamanya dengan sangat erat.
        "Iya Sayang... Mama gak mau kamu sedih lagi juga. Yaudah sana turun temuin Harrimand..." Mama Nasyha membelai rambut putrinya dengan penuh kasih sayang.
        "Oke Mama... Aku turun yah... Muaahh..." Nasyha langsung berlari menemui Harrimand, dengan sebuah kotak digenggamannya.
       *****

       "Nasyha..." Harrimand tersenyum saat melihat Nasyha sedang berjalan menghampirinya.
       "Maaf aku..." belum selesai Nasyha berbicara, bibirnya telah ditahan oleh jari telunjuk Harrimand.
       "Aku yang harusnya minta maaf... Bisa kan kita mulai semua dari awal lagi?" Harrimand menggenggam erat kedua pundak Nasyha dengan kedua tangannya.
       “Aku maafin kok... Cinta sejati itu selalu memaafkan, selalu bersedia menunggu dan menanti, dan siap bertahan dan sakit karena sebuah penantian. Itu yang aku rasain, Mand..." Nasyha tersenyum pada Harrimand. Senyum yang hampir tiga tahun hilang, senyum yang selalu membuat Harrimand merindukannya.
       "Ini buat kamu... Masih inget ini?" Harrimand mengeluarkan sekotak coklat untuk Nasyha.
       "Inget kok! Bahkan sampe sekarang masih ada. Ini..." Nasyha menunjukkan kotak merah yang sedari tadi ia genggam.
       "Masih ada sama coklatnya? Gak kamu makan? Udah kadaluarsa dong?" Harrimand menatap kotak merah muda yang ada ditangan Nasyha tanpa berkedip.
       "Emang udah kadaluarsa! Tapi selalu aku simpen... Karena..." Nasyha tersenyum menggoda Harrimand yang terlihat serius menatapnya.
      "Karena apa?!" Harrimand menatap Nasyha semakin tajam. Bola matanya serasa menembus dan menerawang tatapn Nasyha.
        "Karena coklat bisa kadalauarsa, tapi cintaku untuk kamu tidak!" Nasyha mencubit lembut hidung Harrimand.

Harrimand hanya tersenyum tak mampu berkata apapun karena rasa bahagianya. Ia memeluk Nasyha sangat erat, untuk meluapkan rasa rindu bercampur bahagianya saat ini.
Harrimand dan Nasyha pun memulai kisah cinta mereka dari awal.

Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki semua kesalahan, dan tidak ada kata lelah untuk sebuah penantian jika kita memang tulus dan tetap setia mencintai orang yang kita cintai. Karena tidak ada kata sia-sia untuk sebuah ketulusan dan perjuangan. 

Coklat Bisa Kadaluarsa, Tapi Cintaku Tidak!
– END-

Follow : @AnnisPrianti / @Nisnizer_PCCN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar