Cintaku Nyasar ke Hatimu *RAISE* - Bag.2
Cintaku Nyasar ke Hatimu
Penulis : Annis Raka Prianti
@AnnisPrianti
Sebelumnya
Karena terus menggerutu dan tidak memperhatikan langkahnya, tiba-tiba..."BRUK" Grey jatuh tersungkur.
"Grey!" teriak semuanya kompak.
Rendy langsung menghampiri Grey."Grey? Kamu gak apa-apa?" Rendy membangunkan Grey yang terjatuh.
"Sakitt.." Grey melenguh menatap kakinya yang terluka.
"Coba liat..." Rendy menggulung celana sedengkul Grey itu.
"Sentuhan tangannya terasa sampai hatiku. Oh Tuhan, tolong hentikan waktu sesaat, aku ingin terus merasakan sentuhan ini." Batin Grey dalam hati.
"Grey kenapa?" Iman langsung ikut menyentuh lutut Greyang terluka.
"Lo bisa bangun kan? Masih bisa jalan kan?" Gischa panik menatap Grey.
"Coba deh bangun pelan-pelan." Steven ikut membantu Grey untuk berdiri.
"Makanya kalo lari jangan sambil melamun! Haha." Endrew meledek Grey dengan melirik dan mengedipkan matanya pada Grey.
"Endrew!" Grey berteriak kesal dan melotot menatap Endrew.
"Endrew, temen jatoh bukannya bantuin kok malah diledek sih.. Cepet bantu." Rendy mengajak Endrew membantu Grey berdiri.Grey pun mencoba berdiri, tapi darah di kakinya makin mengalir.
"Auw! Sakit, sakiitt!" Grey berteriak kesakitan.
"Ya ampun darahnya makin banyak tuh..." Ocha menatap lutut Grey yang semakin mengeluarkan banyak darah karena terkena aspal jalanan.
"Yaudah sini gue gendong!" tiba-tiba ada suara yang terdengar ingin menggendong Grey.
*****
"Yaudah sini gue gendong!" tiba-tiba ada suara yang terdengar ingin menggendong Grey. Steven berjongkok tepat disamping Grey.
"Serius Stev, lo mau gendong Grey?" Iman langsung terlihat sangat shock.
"Iya. Daripada terus diem disini! Udah semua awas...." Steven menatap Grey yang masih terlihat kesakitan.
Grey yang mengerti arti tatapan mata Stevdn pun langsung memeluk punggung Steven. Dengan sangat hati-hati Steven menggendong Grey menuju mobilnya. Sementara yang lainnya mengikuti dibelakang.
*****
Setelah luka Grey diobati, semua mengantar Grey sampai rumahnya.
"Yaudah Grey, kita pulang yah. Cepet sembuh oke..." Rendy membelai rambut Grey dengan penuh perhatian. Membuat Grey semakin dag dig dug dibuatnya.
"Iyaa..." Grey hanya tersenyum dengan wajar menatap Rendy. Dalam hatinya ia merasa sangat bahagia. Rasanya seperti ia ingin berjingkrak kegirangan.
"Grey kita pulang dulu... Lukanya terus diobatin yah..." Iman menatap Grey penuh rasa cemas.
"Pokoknya minggu depan harus sembuh! Supaya bisa ikut kita ke Bandung... Oke..." sambung Anes sambil tersenyum menatap Grey.
"Oke deh... Get well soon sayang, bye..." Gischa mengecup kening Grey. Dan semua pun pulang dari rumah Grey untuk melanjutkan aktivitas mereka masing-masing. Kecuali Endrew yang masih duduk ditepi ranjang Grey untuk menemaninya.
"Ciee yang tadi diperhatiin sama Rendy..." Endrew mendekat pada Grey dan menyenggol pelan kaki Grey yang sedang terluka dengan telunjuknya.
"Aw... Huh tapi kurang seneng ah..." Grey mengerucutkan bibirnya, raut wajahnyapun terlihat kecewa.
"Kok kurang seneng? Kan bisa aja itu tanda-tanda dia ngerespon perasaan lo?" Rendy menyentil bibir Grey yang maju mengerucut itu.
"Sakit Endrew! Yah... Andai aja tadi yang gendong gue itu Rendy, bukan Steven..." Grey menatap kakinya menerawang kejadian tadi pagi.
"Oh iya, baik banget yah Stev mau gendong lo yang super berat ini... Hemm..." Endrew menggelengkan kepalanya seakan bingung dengan tingkah Steven.
"Yah bagus sih, artinya dia care... Peduli kan sama gue. Emangnya elo!" Grey mencubit pinggang Endrew dengan gemas.
"Lah gue mau nolongin lo udah diduluin sama yang laen... Lagi juga gue males nolong lo! Hahaha." Endrew menjulurkan lidahnya meledek Grey.
"Endrew! Jahat ahh..." Grey melempar Endrew dengan bantalnya.
"Hahaha bercanda cantik... Yaudah istirahat yah... Besok gue jemput lo, gue bawa mobil deh besok. Khusus buat lo gue gak bawa motor gue dulu. Oke!" Endrew mencubit hidung Grey dengan gemas bercampur mesra.
"Oke deh... Thanks yah Endrew...!" Grey tersenyum memandang Endrew yang berjalan keluar dari kamarnya.
Endrew pun pulang dari rumah Grey yang hanya berjarak tiga rumah dari rumahnya.
*****
Keesokan paginya, sekitar pukul empat subuh. Tiba-tiba saja ponsel Grey berdering tanda telepon masuk.
Awalnya Grey menyangka itu adalah Endrew yang sedang bersiap menjemputnya, tapi ternyata telepon itu dari Steven.
"Halo Stev? Kenapa?" Grey mengangkat telepon Steven sambil menggerakkan kakinya perlahan-lahan agar cepat terbiasa dipakai berjalan.
"Gak apa-apa kok... Gimana kaki lo?" suara Steven terdengar cemas.
"Udah mendingan kok, udah gak sesakit dan kaku kayak kemaren. Oh iya, thanks yah kemaren lo ampe gendong gue..." Grey mulai memijat kakinya sambil menunggu jawaban suara Steven dari telepon.
"Oh... Iya.. Sip... Oh iya, liat gak ekspresinya Iman pas gue gendong lo?" suara Steven terdengar tertawa kecil dari telepon.
"Yah nggak lah Stev, gue kan lagi sakit setengah mati disitu, ngapain gue mikirin atau ngeliatin si Iman?" Grey menjawab pertanyaan Steven dengan sewot.
"Iya sory Grey... Lo kenapa gak balikan aja sama Iman? Kayaknya dia masih sayang sama lo..." lagi-lagi ucapan Steven langsung membuat Grey kesal.
"Aduh Stev, lo dibayar berapa sih sama Iman? Kayaknya nyangkut pautin gue sama dia mulu! Kalo lo ada didepan gue, udah gue unyeng-unyeng lo!" Grey berteriak tepat didepan ponselnya.
"Aduhh kuping gue sakit! Iya Grey sorry! Yaudah udah mandi belom lo? Sekolah gak hari ini?" Steven mulai mengalihkan pembicaraan mereka di telepon.
"Sekolah, nungu dijemput sama Endrew.." Grey menjawab dengan jutek.
"Ya ampun... udah dong jangan jutek gitu. Yaudah mandi, siap-siap sekolah sana. Jangan lupa sarapan yah... Bye..." Steven menutup teleponnya.
"Huh nyebelin! Iman itu masa lalu! Gue mau Rendy yang jadi masa depan gue! Hufth..." Grey menarik napas panjang.
Tiba-tiba ponselnya berdering lagi tanda pesan masuk dari Endrew. Grey pun langsung membaca pesan itu. "Setengah jam lagi gua jemput, cepet siap-siap... Huh iya bawel!" Grey pun langsung membalasnya."Mbokk... Grey mau mandi... Bantuin dong...!" Grey berteriak memanggil Mbok Endah.Mbok Endah pun masuk kamar Grey untuk membantu Grey mandi dan bersiap-siap untuk berangkat sekolah.
*****
Tepat setengah jam kemudian, Grey telah siap dengan seragam sekolahnya. Namun kali ini lutut kanannya harus terbalut perban putih.
"Grey, sarapannya udah Mamah masukin dalem tas. Jangan lupa, sampe sekolah bekelnya langsung dimakan yah sayang..." Mama Grey mengecup kening putrinya itu.Tin... Tin... Klakson mobil Endrew berbunyi nyaring dari depan rumahnya.
"Oke Mama.. Grey berangkat yah... Muah..." dengan bantuan Mbok Endah pun Grey berjalan menuju Endrew dan mobilnya yang telah menunggu untuk segera berangkat sekolah.
*****
Sesampainya di sekolah, Endrew membopoh Grey hingga kelasnya.
"Ciee mesra amat sama Endrew..." Gischa menggoda Endrew dan Grey yang baru saja sampai di kelas.
"Ah ngiri ya? Haha... Yaudah gua ke kelas dulu yah... Nitip Grey yah Cha... Dahh..." Endrew pun langsung berlari meninggalkan Grey dan Gischa begitu saja.
"Huh nyelonong aja.." Gischa menatap Endrew yang sedang berlari dengan kesal.
"Lo masih suka Cha sama Endrew?" Grey menatap Gischa sambil mencubitnya pelan.
"Nggak kok! Eh ya, lo sebenernya sama Endrew tuh kayak gimana sih?" Gischa duduk dihadapan Grey yang sedang sibuk dengan BBnya.
"Yah gak gimana-gimana. Emang maksud lo gimana? Endrew cuma temen gue kok. Temen dari kecil. Hayo lo cemburu yah?!" Grey terus menggoda Gischa dengan mengedipkan matanya.
“Apaan sihh… nggak ahh… Abis lo tuh kayak nempel terus sama Endrew… Oh iya Iman gimana? Dia sms lo gak? Kayaknya dia cemburu deh pas lo digendong Steven?” Gischa balik menggoda Grey.
“Gak tu… takut ceweknya marah kali…” Grey memalingkan wajahnya membelakangi Gischa.
“Terus, ampe sekarang lo belum dapet penggantinya Iman?” Gischa menarik wajah Grey untuk menatapnya kembali.
“Udah sih… tapi gue gak yakin…” Grey terdiam sesaat saat membayangkan Rendy, laki-laki yang ia cintai.
“Hah? Siapa? Kok lo gak cerita sama gue?” Gischa mengguncang tubuh Grey dengan cepat dan kencang.
“Aduh Gischa, kaki gue udah kayak gini, sekarang badan gue mau lo bikin remuk?! Lo pasti kenal kok orangnya, tapi gak bias gue kasih tau sekarang.” Grey melepaskan kedua tangan Gischa yang mencengkram erat bahunya.
“Oh maen rahasia-rahasiaan nih ceritanya? Gitu yah sama gue sekarang?!” kini Gischa yang membalikkan badannya membelakangi Grey.
“Gue malu Cha kalo bilang sekarang… nanti aja deh yah…” Grey menarik tubuh Gischa untuk membalik padanya, namun Gischa terus membalikkan badannya.
“Gue bakal terus marah sama lo, sebelum lo cerita cowok itu siapa?!” Gischa terus tak mau menatap Grey.
“Dia salah satu di genk kita kok…” wajah Grey mulai memerah padam.
“Ya tapi siapa? Iman gak mungkin, Endrew katanya Cuma temen? Anes? Steven? Atau Rendy?” Gischa menatap kedua mata Grey dengan sangat tajam.
“Dia……” Grey mulai gemetar, keringat dingin mulai mengalir dari pori-pori kulitnya.
“Siapa Grey siapaaa……!” Gischa mulai terlihat emosi karena kesal menunggu jawaban dari Grey.
“Rendy… Aaaa…” Grey berteriak malu, ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
“Cieee… Oh jadi si Rendy tohh… Hahahahaha…” Gischa tertawa sambil memukul meja karena sangat terkejut.
“Kok malah diketawain? Aneh ya gue naksir Rendy? Gue tau kok, Rendy gak mungkin naksir gue…” Wajah Grey langsung terlihat murung.
“Gak, gak gitu Grey… tapi… kenapa lo bias suka sama Rendy? Rendy kan…..
Rendy kanapa yaa?
Ada apa dengan Rendy?
Ayoo tebak, dan see you on the next part
Penulis : Annis Raka Prianti
@AnnisPrianti
Penulis : Annis Raka Prianti
@AnnisPrianti
Sebelumnya
Karena terus menggerutu dan tidak memperhatikan langkahnya, tiba-tiba..."BRUK" Grey jatuh tersungkur.
"Grey!" teriak semuanya kompak.
Rendy langsung menghampiri Grey."Grey? Kamu gak apa-apa?" Rendy membangunkan Grey yang terjatuh.
"Sakitt.." Grey melenguh menatap kakinya yang terluka.
"Coba liat..." Rendy menggulung celana sedengkul Grey itu.
"Sentuhan tangannya terasa sampai hatiku. Oh Tuhan, tolong hentikan waktu sesaat, aku ingin terus merasakan sentuhan ini." Batin Grey dalam hati.
"Grey kenapa?" Iman langsung ikut menyentuh lutut Greyang terluka.
"Lo bisa bangun kan? Masih bisa jalan kan?" Gischa panik menatap Grey.
"Coba deh bangun pelan-pelan." Steven ikut membantu Grey untuk berdiri.
"Makanya kalo lari jangan sambil melamun! Haha." Endrew meledek Grey dengan melirik dan mengedipkan matanya pada Grey.
"Endrew!" Grey berteriak kesal dan melotot menatap Endrew.
"Endrew, temen jatoh bukannya bantuin kok malah diledek sih.. Cepet bantu." Rendy mengajak Endrew membantu Grey berdiri.Grey pun mencoba berdiri, tapi darah di kakinya makin mengalir.
"Auw! Sakit, sakiitt!" Grey berteriak kesakitan.
"Ya ampun darahnya makin banyak tuh..." Ocha menatap lutut Grey yang semakin mengeluarkan banyak darah karena terkena aspal jalanan.
"Yaudah sini gue gendong!" tiba-tiba ada suara yang terdengar ingin menggendong Grey.
*****
"Yaudah sini gue gendong!" tiba-tiba ada suara yang terdengar ingin menggendong Grey. Steven berjongkok tepat disamping Grey.
"Serius Stev, lo mau gendong Grey?" Iman langsung terlihat sangat shock.
"Iya. Daripada terus diem disini! Udah semua awas...." Steven menatap Grey yang masih terlihat kesakitan.
Grey yang mengerti arti tatapan mata Stevdn pun langsung memeluk punggung Steven. Dengan sangat hati-hati Steven menggendong Grey menuju mobilnya. Sementara yang lainnya mengikuti dibelakang.
*****
Setelah luka Grey diobati, semua mengantar Grey sampai rumahnya.
"Yaudah Grey, kita pulang yah. Cepet sembuh oke..." Rendy membelai rambut Grey dengan penuh perhatian. Membuat Grey semakin dag dig dug dibuatnya.
"Iyaa..." Grey hanya tersenyum dengan wajar menatap Rendy. Dalam hatinya ia merasa sangat bahagia. Rasanya seperti ia ingin berjingkrak kegirangan.
"Grey kita pulang dulu... Lukanya terus diobatin yah..." Iman menatap Grey penuh rasa cemas.
"Pokoknya minggu depan harus sembuh! Supaya bisa ikut kita ke Bandung... Oke..." sambung Anes sambil tersenyum menatap Grey.
"Oke deh... Get well soon sayang, bye..." Gischa mengecup kening Grey. Dan semua pun pulang dari rumah Grey untuk melanjutkan aktivitas mereka masing-masing. Kecuali Endrew yang masih duduk ditepi ranjang Grey untuk menemaninya.
"Ciee yang tadi diperhatiin sama Rendy..." Endrew mendekat pada Grey dan menyenggol pelan kaki Grey yang sedang terluka dengan telunjuknya.
"Aw... Huh tapi kurang seneng ah..." Grey mengerucutkan bibirnya, raut wajahnyapun terlihat kecewa.
"Kok kurang seneng? Kan bisa aja itu tanda-tanda dia ngerespon perasaan lo?" Rendy menyentil bibir Grey yang maju mengerucut itu.
"Sakit Endrew! Yah... Andai aja tadi yang gendong gue itu Rendy, bukan Steven..." Grey menatap kakinya menerawang kejadian tadi pagi.
"Oh iya, baik banget yah Stev mau gendong lo yang super berat ini... Hemm..." Endrew menggelengkan kepalanya seakan bingung dengan tingkah Steven.
"Yah bagus sih, artinya dia care... Peduli kan sama gue. Emangnya elo!" Grey mencubit pinggang Endrew dengan gemas.
"Lah gue mau nolongin lo udah diduluin sama yang laen... Lagi juga gue males nolong lo! Hahaha." Endrew menjulurkan lidahnya meledek Grey.
"Endrew! Jahat ahh..." Grey melempar Endrew dengan bantalnya.
"Hahaha bercanda cantik... Yaudah istirahat yah... Besok gue jemput lo, gue bawa mobil deh besok. Khusus buat lo gue gak bawa motor gue dulu. Oke!" Endrew mencubit hidung Grey dengan gemas bercampur mesra.
"Oke deh... Thanks yah Endrew...!" Grey tersenyum memandang Endrew yang berjalan keluar dari kamarnya.
Endrew pun pulang dari rumah Grey yang hanya berjarak tiga rumah dari rumahnya.
*****
Keesokan paginya, sekitar pukul empat subuh. Tiba-tiba saja ponsel Grey berdering tanda telepon masuk.
Awalnya Grey menyangka itu adalah Endrew yang sedang bersiap menjemputnya, tapi ternyata telepon itu dari Steven.
"Halo Stev? Kenapa?" Grey mengangkat telepon Steven sambil menggerakkan kakinya perlahan-lahan agar cepat terbiasa dipakai berjalan.
"Gak apa-apa kok... Gimana kaki lo?" suara Steven terdengar cemas.
"Udah mendingan kok, udah gak sesakit dan kaku kayak kemaren. Oh iya, thanks yah kemaren lo ampe gendong gue..." Grey mulai memijat kakinya sambil menunggu jawaban suara Steven dari telepon.
"Oh... Iya.. Sip... Oh iya, liat gak ekspresinya Iman pas gue gendong lo?" suara Steven terdengar tertawa kecil dari telepon.
"Yah nggak lah Stev, gue kan lagi sakit setengah mati disitu, ngapain gue mikirin atau ngeliatin si Iman?" Grey menjawab pertanyaan Steven dengan sewot.
"Iya sory Grey... Lo kenapa gak balikan aja sama Iman? Kayaknya dia masih sayang sama lo..." lagi-lagi ucapan Steven langsung membuat Grey kesal.
"Aduh Stev, lo dibayar berapa sih sama Iman? Kayaknya nyangkut pautin gue sama dia mulu! Kalo lo ada didepan gue, udah gue unyeng-unyeng lo!" Grey berteriak tepat didepan ponselnya.
"Aduhh kuping gue sakit! Iya Grey sorry! Yaudah udah mandi belom lo? Sekolah gak hari ini?" Steven mulai mengalihkan pembicaraan mereka di telepon.
"Sekolah, nungu dijemput sama Endrew.." Grey menjawab dengan jutek.
"Ya ampun... udah dong jangan jutek gitu. Yaudah mandi, siap-siap sekolah sana. Jangan lupa sarapan yah... Bye..." Steven menutup teleponnya.
"Huh nyebelin! Iman itu masa lalu! Gue mau Rendy yang jadi masa depan gue! Hufth..." Grey menarik napas panjang.
Tiba-tiba ponselnya berdering lagi tanda pesan masuk dari Endrew. Grey pun langsung membaca pesan itu. "Setengah jam lagi gua jemput, cepet siap-siap... Huh iya bawel!" Grey pun langsung membalasnya."Mbokk... Grey mau mandi... Bantuin dong...!" Grey berteriak memanggil Mbok Endah.Mbok Endah pun masuk kamar Grey untuk membantu Grey mandi dan bersiap-siap untuk berangkat sekolah.
*****
Tepat setengah jam kemudian, Grey telah siap dengan seragam sekolahnya. Namun kali ini lutut kanannya harus terbalut perban putih.
"Grey, sarapannya udah Mamah masukin dalem tas. Jangan lupa, sampe sekolah bekelnya langsung dimakan yah sayang..." Mama Grey mengecup kening putrinya itu.Tin... Tin... Klakson mobil Endrew berbunyi nyaring dari depan rumahnya.
"Oke Mama.. Grey berangkat yah... Muah..." dengan bantuan Mbok Endah pun Grey berjalan menuju Endrew dan mobilnya yang telah menunggu untuk segera berangkat sekolah.
*****
Sesampainya di sekolah, Endrew membopoh Grey hingga kelasnya.
"Ciee mesra amat sama Endrew..." Gischa menggoda Endrew dan Grey yang baru saja sampai di kelas.
"Ah ngiri ya? Haha... Yaudah gua ke kelas dulu yah... Nitip Grey yah Cha... Dahh..." Endrew pun langsung berlari meninggalkan Grey dan Gischa begitu saja.
"Huh nyelonong aja.." Gischa menatap Endrew yang sedang berlari dengan kesal.
"Lo masih suka Cha sama Endrew?" Grey menatap Gischa sambil mencubitnya pelan.
"Nggak kok! Eh ya, lo sebenernya sama Endrew tuh kayak gimana sih?" Gischa duduk dihadapan Grey yang sedang sibuk dengan BBnya.
"Yah gak gimana-gimana. Emang maksud lo gimana? Endrew cuma temen gue kok. Temen dari kecil. Hayo lo cemburu yah?!" Grey terus menggoda Gischa dengan mengedipkan matanya.
“Apaan sihh… nggak ahh… Abis lo tuh kayak nempel terus sama Endrew… Oh iya Iman gimana? Dia sms lo gak? Kayaknya dia cemburu deh pas lo digendong Steven?” Gischa balik menggoda Grey.
“Gak tu… takut ceweknya marah kali…” Grey memalingkan wajahnya membelakangi Gischa.
“Terus, ampe sekarang lo belum dapet penggantinya Iman?” Gischa menarik wajah Grey untuk menatapnya kembali.
“Udah sih… tapi gue gak yakin…” Grey terdiam sesaat saat membayangkan Rendy, laki-laki yang ia cintai.
“Hah? Siapa? Kok lo gak cerita sama gue?” Gischa mengguncang tubuh Grey dengan cepat dan kencang.
“Aduh Gischa, kaki gue udah kayak gini, sekarang badan gue mau lo bikin remuk?! Lo pasti kenal kok orangnya, tapi gak bias gue kasih tau sekarang.” Grey melepaskan kedua tangan Gischa yang mencengkram erat bahunya.
“Oh maen rahasia-rahasiaan nih ceritanya? Gitu yah sama gue sekarang?!” kini Gischa yang membalikkan badannya membelakangi Grey.
“Gue malu Cha kalo bilang sekarang… nanti aja deh yah…” Grey menarik tubuh Gischa untuk membalik padanya, namun Gischa terus membalikkan badannya.
“Gue bakal terus marah sama lo, sebelum lo cerita cowok itu siapa?!” Gischa terus tak mau menatap Grey.
“Dia salah satu di genk kita kok…” wajah Grey mulai memerah padam.
“Ya tapi siapa? Iman gak mungkin, Endrew katanya Cuma temen? Anes? Steven? Atau Rendy?” Gischa menatap kedua mata Grey dengan sangat tajam.
“Dia……” Grey mulai gemetar, keringat dingin mulai mengalir dari pori-pori kulitnya.
“Siapa Grey siapaaa……!” Gischa mulai terlihat emosi karena kesal menunggu jawaban dari Grey.
“Rendy… Aaaa…” Grey berteriak malu, ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
“Cieee… Oh jadi si Rendy tohh… Hahahahaha…” Gischa tertawa sambil memukul meja karena sangat terkejut.
“Kok malah diketawain? Aneh ya gue naksir Rendy? Gue tau kok, Rendy gak mungkin naksir gue…” Wajah Grey langsung terlihat murung.
“Gak, gak gitu Grey… tapi… kenapa lo bias suka sama Rendy? Rendy kan…..
Rendy kanapa yaa?
Ada apa dengan Rendy?
Ayoo tebak, dan see you on the next part
Penulis : Annis Raka Prianti
@AnnisPrianti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar