Kamis, 29 Mei 2014

It’s Not Your Fault, It’s My Way To Loving You (CN BLUE feat SNSD) | Chapter 2 (Last Chapter)

It’s Not Your Fault, It’s My Way To Loving You (CN BLUE feat SNSD) #Cerpen iseng NISNIS

22 Juni 2012 pukul 11:56
Tittle in english : It’s Not Your Fault, It’s My Way To Loving You
Judul dalam bahasa indonesia : (Ini bukan salahmu, tapi ini adalah caraku mencintaimu)
Author : Annis Raka Prianti @AnnisPrianti_

Review
       Saat aku sedang berjalan, aku melihat Lee Min Hoo yang sedang membetulkan tli sepatu ketsnya, dan dari arah berlawanan ada sebuah Trukl pengangkut barang menujunya.
        “Ini bahaya!” Aku berlari untuk mendorong tubuh Min Hoo agar ia tidak tertabrak Truk itu.
Aku berlari dan mendorongnya… tubuhku pun serasa terbang oleh angin yang seperti berhembus kencang tak wajar…
       *DUGGHHHH!!!!*
       Kecelakaanpun tak lagi terhindarkan. Suara hantaman truk itu sangat terdengar menyakitkan. Tapi anehnya aku tidak merasakan tubuhku sakit sedikitpun. Apakah aku langsung tewas ditempat, dan arwahku kangsung terangkat dari tubuhku, sehingga ini sama sekali tak menyakitkan? Ku beranikan diri untuk membuka mataku. Dan ternyata aku berada dalam pelukan Lee Min Hoo. Tubuhku tak lecet sedikitpun, begitu juga Min Hoo.
        “Kau tidak apa-apa, Tiffany?”Tanya Lee Min Hoo padaku.
        “Ahh… iya… tapi… siapa yang tertabrak?” Aku melepaskan dekapan Min Hood an beranjak menatap jalanan.
       “Laki-laki itu…” Lirihku.
Ya, laki-laki itu tergeletak agak jauh dari tempat kejadian dengan berlumuran darah.
       “Jung Yong Hwa!!!” Teriak seorang laki-laki yang tidak asing, yaitu Kang Min Hyuk. Kang Min Hyuk adalah teman satu fakultasku.
       “Hey, apa dia tidak apa-apa?” Lee Min Hoo mendekat pada laki-laki asing yang ternyata bernama Jung Yong Hwa.
       “Apa kau tidak bisa melihat seberapa parah lukanya? Cepat bantu aku membawanya ke rumah sakit!” Teriak Min Hyuk dengan histeris.
       Yong Hwa pun dibawa ke rumah sakit dengan mobil Lee Min Hoo. Aku dan Min Hyuk pun ikut serta mengantar Yong Hwa ke rumah sakit.
       *****

        Itulah kejadian satu bulan yang lalu. Sejak kejadian itu hingga sekarang, Yong Hwa-Si Laki-laki Asing itu masih tak sadarkan diri walau telah melalui masa kritis. Yong Hwa masih dalam keadaan koma.
         Hari ini entah keberapa puluh kali aku menjenguknya. Awalnya aku berpikir dan berniat tidak ingin menjenguk atau bahkan mengetahui keadaannya. Tapi semakin aku mencoba tidak memikirkan, aku semakin khawatir dan merasa bersalah. Ini semua salahku, hingga Yong Hwa jadi seperti ini. Niatku untuk menolong Min Hoo malah membuat Yong Hwa yang menjadi korban. Sungguh memilukan rasanya dihantui rasa bersalah ini.
        Aku tau dan merasa aneh, mengapa aku begitu peduli sejak kejadian ini padanya. Entah ini rasa kasihan atau rasa cinta yang mulai tumbuh dihatiku. Pengorbanannya membuat hatiku bergetar saat menatap tubuhnya yang lemas. Aku tidak peduli tentang perasaanku saat ini sekarang, aku hanya ingin ada disisinya saat dia membutuhkanku sekarang. Karena hanya ini yang bisa ku lakukan untukknya sekarang.
        “Yong Hwa… Apakah kau akan terus menyedihkan seperti ini? Bangunlah! Aku membutuhkanmu! Lihat, aku menangis, bukankah kau harus menghiburku?!” Ku genggam tangannya yang terduntik jarum infuse.
       “Hei Jung Yong Hwa! Apa kau tidak mendengarku! Cepat bangun dan hapuskan air mataku, menyanyilah untukku! Kali ini aku memintamu!” Bentakku dengan lirnangan air mata.
       “Tiffany… Sudahlah… Aku yakin, Yong Hwa akan segera sadar dan sembuh, jadi berhenti menyalahkan dirimu sendiri dengan seperti ini…” Ucap Min Hyuk padaku. Ia membelai pundakku lembut.
       “Bolehkah aku yang menemaninya mala mini? Please…” Pintaku poada Min Hyuk yang biasa menjaga Yong Hwa dimalam hari.
        “Tapi, apa kau yakin? Apakah kau ingin aku temani?” Tawar Min Hyuk.
        “Ya, tetntu… yang terpenting izinkan aku untuk ikut menjaganya mala mini…” Pintaku pada Min Hyuk.
        “Oke… aku akan membeli cemilan untuk nanti malam, bolehkah aku menitipkan Yong Hwa padamu?” Tanya Min Hyuk lagi dengan senyum menggemaskannya.
        “Oh.. tentu saja…” Jawabku sambil tersenyum.
        Min Hyuk pun pergi membeli cemilan untuk poersediaan nanti malam, sementara aku tetap setia menemani Yong Hwa.
Aku mencoba menyanyikan sebuah lagu untuk Yong Hwa.
There is a possibility… There is a possibility…
All that I had was all I’m gonna get…
There is a possibility… There is a possibility…
All I’m gonna get, is gonna with your step…  All I’m gonna get, is gonna with your step...

So tell me when you hear my heart stop…
You’re the only one that knows!
Tell me when you hear my silence…
There is a possibility, I wouldn’t known…

Know that when you leave…
 know that when you leave…
By blood and by mean… you walk like a thieve…
By blood and by mean… I fall when you leave me…

So tell me when mw sigh is over…
You’re the reason why I’m close…
Tell me when you hearme falling…
There is a possibility… it wouldn’t show…

By blood and by mean… you walk like a thieve…
By blood and by mean… I fall when you leave me…

(Lyyke Li-Possibility)

Tiba-tiba kurasakan reaksi tangan Yong Hwa yang merespon genggaman tanganku pada tangannya.
        “Yong Hwa… kau dengar aku? Yong Hwa?!” Aku membelai lembut punggung tangan Yong Hwa.
Ku lihat Yong Hwa perlahan-lahan membuka mata. Aku pun segera memanggil Dokter. Dokter menyuruhku menunggu diluar. Aku pun menunggu diruang tunggu.
        “Tiffany…” Panggil Min Hyuk.
       “Yong Hwa sudah sadar, Dokter sedang memeriksanya.” Ucapku pada Min Hyuk.
       “Benarkah? Semoga ini kabar baik…” Sambungnya dengan senyum menggemaskan itu.
        *****

       Setelah Dokter selesai memeriksa Yong Hwa, aku dan Min Hyuk pun diizinkan masuk.
       “Yong Hwa…” Panggilku ketika sampai ditepi ranjangnya.
        “Bagaimana keadaanmu?” Sambung Min Hyuk.
        “Rasanya seperti kembali bernapas…” Jawab Yong Hwa.
        “Kau membuatku khawatir…” Ucapku pelan.
         “Apa? Aku tak bisa mendengarmu…” Ucap Yong Hwa.
         “Aku khawatir… Aku takut kau akan benar-benar pergi meninggalkanku.” Ucapku sambil memeluknya.
         “Memangnya kenapa kalau aku meninggalkanmu? Bukankah itu yang kau mau sejak dulu?” Ejek Min Hyuk.
        “Kau mengejekku?” Aku melepas pelukanku dengan kesal.
Ia hanya tersenyum dan kembali menarik tanganku, hingga aku kembali memeluknya.
        “Maafkan aku soal waktu itu… Aku terlalu kasar padamu. Aku rasa aku menyukaimu… Aku menyadarinya saat aku hamper kehilanganmu.” Ungkapku.
        “Apakah ini artinya kau berpaling padaku?” Ledeknya dengan senyum yang khas.
        “Kau menyebalkan!” Keluhku manja sambil melepaskan pelukannya.
        “Aku harus pulang sepertinya…” Ucap Min Hyuk sabil tersenyum menggodaku dan Yong Hwa. Min Hyuk pun berlari meninggalkan kami berdua.
Aku dan Yong Hwa hanya saling pandang dan tersenyum.
       “Apa kau benar-benar sudah baikan? Apakah masih ada yang sakit?” Tanyaku dengan penuh rasa khawatir.
        “Ya… Aku sudah tidak apa-apa sejak kau ada disini dan sejak kau berpaling padaku…” Ucapnya dengan sebuah senyuman yang indah.
         Aku hanya tersenyum sambil terus menatapnya dalam tangisku. Air mataku semakin deras mengalir akibat gejolak emosi yang ada dalam hatiku.
         “Bolehkah aku bernyanyi untukmu? Aku tidak ingin melihatmu menangis. Tersenyumlah, aku telah kembali ke sisimu…” Pintanya. Aku hanya tersenyum dan membiarkan tangannya menghapuskan air mataku yang menggantung dipipi.
Neul ttokgateun haneure…
Neul gateun haru geudega omneungotmalgoneun…
Dallajin-ge omneunde…
Nan utgoman sipeunde da ijeundeusi…
Amuiranin deut geuroke useumyo salgopeunde…

Geuriwo geuriwoso… Geudega geuriwoso…
Meil nan honjasoman… geudareul bureugo bullobwayo…
Bogopa bogopaso… Geudega bogopaso…
Ije nanseupgwanchorom… Geude ireumman bureuneyo oneulde…

Nan bonenjur-aratjyo da namgimobsi…
Anijyo anijyo nan ajik geudereul motbonetjyo…
Geuriwo geuriwoso… Geudega geuriwoso…
Meil nan honjasoman… geudareul bureugo bullobwayo…
Bogopa bogopaso… Geudega bogopaso…
Ije nanseupgwanchorom… Geude ireumman bureuneyo oneulde…

Harugaharuga jugeul… gotman gateunde ottoke heyaheyo…
Saranghe saranghaeyo… Geudereul saranghaeyo…
Maljocha mothagoso… Geudereul geuroke bonenneyo…

Mianhe mianheyo… ne mari deullinayo…
Dwineujeun ne gobegeul.. geuden deureul su isseulkkayo…
Saranghaeyo…

(Jung Yong Hwa – Because I MissYou)
        “Maafkan aku… Aku terlalu banyak luka yang aku beri padamu dulu…” Sesalku pada Yong Hwa.
        “Tidak, ini bukan salahmu… Ini adalah caraku mencintaimu. Karena aku yakin, suatu saat kau pasti berpaling padaku…” Ucapnya sambil membelai rambutku.
        “Apa kau pikir semudah itu aku berpaling padamu?!” Ucapku ketus untuk menggodanya.
        “Jadi? Kau belum berpaling padaku?!” Tanya Yong Hwa dengan raut wajah kecewa.
        “Belum sepenuhnya… Aku belum yakin dengan perasaanku. Kau tau bukan, tak mudah untukku melupakannya. Tapi aku tidak akan pernah menolak keberadaanmu lagi dihidupku. Aku merasa kehilangan selama kau tak ada… Jadi aku harap, kau akan tetap menjadi Yong hwa yang dulu… Jangan berubah…” Pintaku pada Yong Hwa.
        “Aku tau, mungkin perasaanmu sekarang masih perasaan kasihan atau perasaan bersalahlah yang membuatmu merasa membutuhkanku. Tapi aku akan terus menunggu sampai kau benar-benar berpaling padaku. Tunggu aku sembuh, aku akan membuatmu benar-benar mencintaiku.” Ucapnya sambil menggenggam tanganku dan senyum ketulusan diwajahnya.
         “Terima kasih… Karena masih mau mencintaiku…” Ucapku lagi sambil membalas genggaman tangannya.
         “Aku yang harus berterima kasih padamu, karena sekarang kamu telah mengizinkanku mencintaimu… setidaknya berada disisimu, itu sudah cukup bagiku yang selalu kau tolak kehadirannya.” Sindir Yong Hwa.
        “Ahh sudahlah lupakan! Kau menyebalkan… jangan bahas hal itu lagi… Cepatlah sembuh, dan menjadi Yong Hwa yang selalu menggangguku tiap waktu…” Pintaku dengan senyuman mengejek.
         “Tiffany… Saranghaeyo… “ Ucapnya sambil mengangkat wajahnya dan mendekatkan wajahnya pada wajahku. Dan secpat kilat Yong Hwa mengecup Bibirku lembut.
         “Hei! Siapa yang mengizinkan kau menciumku?!” Bentakku padanya.
        “Tapi kau tidak menolak bukan? Ayolah mengaku kalau kau mulai menyukainku…” Sindir Yong Hwa lagi sambil tertawa kecil.
        Aku hanya diam menunduk dengan muka merah padam. “Ya, sepertinya ucapan Yong Hwa benar. Setidaknya aku tidak lagi menolak kehadirannya seperti dulu. Yong Hwa juga benar, jika memang cinta itu menyakitkan, aku harus melepaskan cinta itu dan mencari obat sakithatiku. Dan obat itu adalah Yong Hwa. Yong Hwa… Saranghaeyo…” Batinku sambil terus memalingkan wajahku padanya tapi ia terus mencubitku agar berpaling padanya.
        *****

        Mencintai memanglah lebih menjadi pilihan kebanyakkan orang, tapan mereka sadari banyak orang disekitar mereka yang mempunyai cinta sebesar yang mereka rasakan.  Jika cinta yang kau memiliki terasa menyakitkan, lepaskanlah… Sebelum hatimu akan benar-benar sakit dan terluka. Karena cinta itu tidak egois. Hanya menunggu dan rasakan, cinta sejati yang tulus suatu saat akan menghampirimu dengan indahnya J
                                                                           END

NISNIS
Yeaayyy udah ending nihh xD
Minta komentarnya atuh :D
Cerpen uji coba bin asal ini, semoga bisa diterima oleh sahabat pccn dan nizers ya :D
Gomawo ~
@annisRprianti_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar