CAN'T STOP (OneShoot)
Cast : YONGHWA (CNBLUE) , JONGHYUN (CNBLUE) , MINHYUK (CNBLUE), JUNGSHIN (CNBLUE),SEOHYUN (SNSD) & PARK SHIN HYE.
Author : Annis Prianti (Nisnis)
Twitter : @annisRprianti_
Rasanya baru kemarin aku memelukmu erat dalam dekapku, sambil memandang indahnya bintang yang bersinar dilangit. Tapi kau sudah meninggalkanku dengan berjuta kenangan indah yang tersisa. Aku tidak menyesal, hanya saja rasa itu masih belum bisa berhenti. Aku masih belum bisa melepaskan kepergianmu. Mungkin lebih tepatnya jika aku katakan belum siap. Saat semuanya harus berakhir, apa yang harus ku lakukan untuk mengakhiri sebuah akhir?
Can't Stop
Geoul cheorom maeil sarayo, naui haruneun geudaeui geoshijyo...
(I live as a mirror everyday, My day is yours...)
Rasanya
baru kemarin aku memelukmu erat dalam dekapku, sambil memandang
indahnya bintang yang bersinar dilangit. Tapi kau sudah meninggalkanku
dengan berjuta kenangan indah yang tersisa. Aku tidak menyesal, hanya
saja rasa itu masih belum bisa berhenti. Aku masih belum bisa melepaskan
kepergianmu. Mungkin lebih tepatnya jika aku katakan belum siap. Saat
semuanya harus berakhir, apa yang harus ku lakukan untuk mengakhiri
sebuah akhir?
***
Ini
tepatnya lima tahun lalu dipinggir jalan sepi tepat sesaat sebelum
senja menjemput sang matahari untuk mengakhiri tugasnya hari ini. Aku
melihat seorang wanita yang sedang melukis langit yang sore ini terlukis
indah menyelimuti Bumi.
"Oppa, lihat... Indah sekali bukan langit sore ini?" Seohyun menunjukkan lukisannya sore ini.
"Ya... Indah sekali..." Sahutku sambil tersenyum dan menatap tajam diam-diam dalam senyumnya.
"Oppa... Nyanyikan lagu itu... Hmm... Love Light..." Pinta Seohyun.
"Aku tidak membawa gitar, Mianhae..." Sahutku sedikit menyesal karena tak membawa gitarku.
"Lakukan tanpa gitar, Oppa... Aku sangat ingin mendengarnya..." Pinta Seohyun penuh harap.
"Baiklah..." Aku menghela napas panjang sebelum bernyanyi.
"One... Two... Three..." Seohyun menatapku dengan bersemangat.
"Geudael
bomyeon eolguri ppalgaejigo. Geudael bomyeon gaseumi dugeungeun.
Aicheoreom sujupgiman hago. Geudael bomyeon gwaensiri useumi na
babocheoreom jakkuman geurae. Ama naege sarangi on geonga bwa... Uh
geudaeneun nae maeumsogui president nae gaseume byeorul sunochi. I'm
genie for you girl nae sumeul meotge haji. Geudae ga wonhaneun geon da
neoreul saranghanikka. Nae sarangui iyuneun neojanha you know.
Geudaeneun darling, bamhaneul byeolbitboda areumdawoyo... Nae maeum sok
gipeun goseseo banjjakgeorineun sarang bit. Geudaereul saranghaeyo
darling eonjena nae gyeoteseo bicheul naejwoyo. Meil bam barabogo
barabwado areumdawoyo geudaen naui sarang bit..." Aku selipkan senyum diakhir bait lagu yang ku nyanyikan.
"Wooo..." Seohyun gembira bertepuk tangan.
"Kau membuatku malu..." Ucapku sambil terus menatap wajah cantiknya.
"Oppa, besok kita bisa bertemu lagi bukan?" Terlukis sebuah kecemasan diwajah Seohyun.
"Tentu... Kenapa tidak?" Jawabku sambil membelai lembut puncak kepalanya.
"Entah kenapa, aku takut tidak bisa bertemu lagi dengan Oppa..." Lirih Seohyun.
"Apa kau akan pergi kesuatu tempat?" Aku pun mulai merasa gelisah.
"Aku
tidak tau... Rasa takut itu tiba-tiba tersirat dalam hatiku... Rasanya
sesak, Oppa... Aku merasa benar-benar takut dan sedih
membayangkannya..." Lirih Seohyun.
"Aku
tidak akan pergi kemanapun... Tenanghlah... Besok, lusa, minggu depan,
bulan depan, tahun depan dan seterusnya kita akan terus bertemu." Aku
mencengkram pundak Seohyun lembut.
"Ya... Mungkin aku hanya sedang sangat merindukanmu." Seohyun meremas jemariku yang masih mencengkram lembut bahunya.
"Mari aku antar pulang..." Ku ulurkan tanganku pada Seohyun.
Seohyun menyambut uluran tanganku dengan segaris senyum dibibirnya. Aku pun mengantar Seohyun pulang.
Itulah
hari terakhir aku bertemu dengannya. Keesokan harinya, lusa, seminggu
kemudian, sebulan kemudian, setahun kemudian bahkan lima tahun kemudian
aku benar-benar tidak bertemu dengannya. Aku mencoba menghubunginya
lewat telepon namun nomernya tidak aktif, saat datang ke rumahnya pun
sudah tidak ada lagi yang tinggal di rumah itu. Aku tak tau lagi harus
mencarinya dimana lagi. Aku benar-benar kehilangan Seohyun. Aku masih
mendatangi rumah, dan taman yang sering kami kunjungi sejak lima tahun
lalu hingga sekarang. Aku masih mencoba menghubungi nomernya sejak lima
tahun hingga sekarang. Aku masih menyimpan lukisan wajah cantiknya dalam
hatiku sejak lima tahun yang lalu hingga sekarang.
Babocheoreom ajik sarang hana bwa... Na geudaeboda...
I still love you like a fool... More than you...
Aku
bukannya tidak berusaha untuk melupakan Seohyun, namun kehilangan
Seohyun begitu mendadak membuatku menolak kenyataan bahwa Seohyun
benar-benar hilang dalam hidupku. Semua karena terjadi begitu mendadak,
hingga aku merasa ini bukan akhir dari kenyataan yang ahrus aku terima.
Tak hanya saat angin malam berhembus dengan dinginnya, bahkan panasnya
sinar matahari pun tak membiarkanku untuk tidak memikirkan semua hal
tentangmu. Dimana
Seohyun? Apakah sudah makan? Apakah harinya menyenangkan? Apakah
Seohyun pernah memikirkanku walau sekali? Apakah dia merindukanku
seperti aku merindukannya seperti orang gila yang kehilangan semua
memori dalam pikirannya? Dan... Apakah Seohyun mempunyai perasaan yang
sama dengan perasaanku?
Aku
bahkan belum menyampaikan perasaanku selama ini. Selama satu tahun aku
menyianyiakan waktu untuk mengungkapkan perasaanku, hingga hanya
kehilangan yang aku terima dari buah perasaan ini. Aku bahkan masih
ingat wajah ceria maupun sedihnya saat dia bersamaku. Masih terlukis
dipikiranku garis wajah cantik yang terukir senyum manis itu. Masih
terngiang ditelingaku suara merdu dan manjanya saat bersamaku. Semua
masih seperti dulu bagiku, seperti lima tahun lalu. Entah kau
meninggalkanku pergi kesuatu tempat, atau kesuatu dunia yang membuat
kita tidak bisa bertemu lagi... "Seohyun, apakah kau masih hidup?" Teriakan hatiku terus bergemuruh dalam akal yang perlahan mulai hilang dari kesadaran akan kenyataan yang aku jalani sekarang.
***
"Hyung,
ada paket untukmu... Apakah kau belanja online?" Namja dengan mata
minimalis itu memberikanku sebuah kotak yang tidak jelas berasal
darimana.
"Apakah
ini dikirim lewat pos? Aku tak menemukan alamat pengirimnya..." Aku
membolak-balik paket itu namun tak menemukan segaris tinta sedikitpun,
kecuali sebuah kertas yang tertempel dalam kotak ini yang tertulis
namaku.
"Aku
tidak tau, saat aku ingin masuk kedalam rumah, aku menemukan ini
didepan pintu... Karena tertulis nama Hyung dalam kertas itu, jadi aku
berikan pada Hyung." Jelas Minhyuk, Namja bermata sipit itu.
"Hmm... Baiklah, terima kasih..." Aku pun membawa kotak itu masuk kedalam kamarku.
Aku membuka perlahan kotak misterius itu, aku menemukan sebuah surat dan beberapa lembar foto.
"Oppa...
Apakah kau masih mengingatku? Jika kau lupa, kau bisa lihat foto-foto
yang aku kirimkan padamu... Oppa... Bagaimana kabarmu? Apakah kau
merindukanku?"
"Bodoh...
Apakah ini lelucon? Siapa yang berani membuat lelucon seperti ini?
Apakah ini benar-benar kau, Seohyun?" Mataku serasa perih. Aku terdiam
menatap setiap lembar foto satu-persatu dengan perasaan yang tak bisa
lagi diungkapkan.
"Hyung, apakah kau didalam?" Suara pintu terketuk diiringi suara lembut Jonghyun.
"Masuklah..."
Jawabku sambil membereskan kotak serta isi kotak yang baru saja
membuatku malu pada diri sendiri sebagai seorang pria yang rapuh.
"Hyung,
aku menemukan ini dipinggir kebun halaman rumah kita saat menyiram
tanaman. Apakah ini milikmu? Tertulis namamu disudut kotak kecil ini."
Ungkap Jonghyun.
"Apa
lagi ini? Pakah ini sebuah lelucon untukku?" Lirihku dengan suara
tertahan. Aku tak dapat lagi membedakan mana kesedihan dan emosi yang
tertekan ini.
"Apakah
ada yang salah, Hyung? Apakah seseorang sedang menerormu?" Jonghyun
menatapku dengan pandangan aneh bercampur cemas. Aku melihat alisnya
terangkat.
"Tidak, lupakan saja. Taruh saja dimejaku kotak itu." Aku membelakangi Jonghyun dan mengambil gitarku.
"Hm... Baiklah..." Jonghyun meletakkan kotak kecil itu dimejaku, lalu beranjak keluar kamarku.
"Seohyun,
apakah semua ini benar-benar pemberian darimu?" Aku terdiam sesaat lalu
bergegas mengambil jaketku dan berlari menuju suatu tempat.
***
"Apakah
seseorang sedang mengerjaiku?!" Aku berteriak tepat didepan rumah
Seohyun yang masih terlihat sama seperti lima tahun yang lalu, kosong.
Aku
juga sudah berusaha menghubungi nomernya, namun masih sama seperti lima
tahun yang lalu, tidak mendapatkan informasi apapun karena nomer itu
masih tidak bisa dihubungi. Lalu siapa yang melakukan semuanya? Apa arti
semua yang terjadi saat ini?
Aku
kembali pulang ke rumah kami dengan perasaan kesal bercampur dengan
rasa penasaranku. Namun tanpa kuduga, aku menemukan sebuah kotak lagi
yang tertulis namaku. Aku langsung membukanya dan menemukan selembar
kertas.
Geudaeneun
darling, bamhaneul byeolbitboda areumdawoyo... Nae maeum sok gipeun
goseseo banjjakgeorineun sarang bit. Geudaereul saranghaeyo darling
eonjena nae gyeoteseo bicheul naejwoyo. Meil bam barabogo barabwado
areumdawoyo geudaen naui sarang bit...
"Ya!
Apa yang sebenarnya terjadi?!" Aku bergegas masuk kerumah karena
teringat oleh kotak kecil yang ditemukan Jonghyun yang belum sempat aku
buka dan belum tau apa lagi yang ada didalam kotak kecil itu.
Saat
sampai didalam kamar aku langsung membuka kotak kecil itu, dan ternyata
isinya adalah sebuah sehelai daun dari pohon yang tak asing lagi
bagiku.
"Daun ini... Apa lagi ini... Apa aku harus menuju ke taman itu? Sekarang?" Aku masih menggenggam sehelai daun itu.
Aku
langsung berlari menuju taman tempat aku dan Seohyun bertemu. Namun
lagi-lagi aku tak menemukan apapun disana. Untuk kesekian kalinya aku
ditipu oleh perangkap kotak-kotak merah muda ini.
"Siapa yang melakukan semua ini!? Apakah ini lucu?!" Aku berteriak sekencang yang aku bisa.
Keadaan
taman sepi karena hari mulai gelap. Namun aku masih terjebak oleh
petunjuk-petunjuk misterius yang menjebakku dalam keadaan ini. Aku duduk
tersungkur dibawah pohon, dan bersandar pada kaki pohon yang kokoh.
Terdiam dan merenung, memikirkan apa yang sedang aku lakukan saat ini.
Aku
benar-benar masih terobsesi oleh Seohyun, sehingga aku selalu
bersemangat saat aku menemukan petunjuk tentang dirinya. Harusnya sejak
awal aku sadar bahwa aku sedang dikerjai, entah oleh siapa.
"Seohyun...
Apa lagi yang harus aku lakukan untuk melupakanmu... Haruskah aku
bersikap gila seperti ini terus? Bahkan aku tidak tau, apakah kau masih
hidup atau sudah meninggalkanku..." Aku terpejam menikmati semilir angin
malam di taman yang semakin terasa sepi ini. Ku Nikmati saat angin
berhembus lembut menampar pipiku. Aku merindukanmu, Seohyun...
***
"Hyung, bangunlah..." Seseorang mengguncang tubuhku sedikit kasar.
"Yaa...." Aku mengerjapkan mata, berusaha membiasakan mata dengan cahaya yang begitu terang dari langit.
"Kenapa kau melakukan hal ini lagi? Bukankah kau sudah lama tak melakukan hal bodoh ini?" Minhyuk menatapku iba.
"Apakah aku tertidur lagi disini?" Aku masih menatap sekeliling dengan mata menyipit melawan kilatan cahaya matahari.
"Menurutmu,
apa yang sedang kau lakukan, Hyung?! Ah..Sudah cepatlah pulang, kita
harus tampil di Universitas Seoul siang ini." Minhyuk meninggalkanku
berjalan perlahan meninggalkan taman ini
Aku
masih berusaha meraba tanah kasar tempat aku tidur, namun saat akan
bangun aku menemukan sebuah benda yang berada tepat disebelahku. Dan
lagi-lagi kotak kecil yang aku temukan.
"Apa lagi kali ini? Apa kau pikir aku akan terpancing dengan hal-hal seperti ini lagi?" Gerutuku pada kotak kecil itu.
Aku berjalan meninggalkan taman sambil membuang kotak kecil itu sembarang.
***
Setelah
selesai tampil dalam acara Universitas Seoul, aku, Jonghyun, Minhyuk
dan Jungshin menuju sebuah Coffee Shop terdekat untuk merilekskan tubuh
kami usai penampilan sambil menunggu hujan reda.
"Hyung, kau mau pesan apa?" Jungshin melirikku yang masih memandang hujan dari dalam Cafe.
"Cappucinno..." Sahutku sambil kembali mengingat sesuatu yang masih mengganjal pikiranku.
"Hyung, Minhyuk bilang kau tidur di taman semalam, apakah benar?" Tanya Jonghyun.
"Aku hanya tertidur saat mencari sesuatu..." Sahutku pelan.
"Seohyun Noona?" Jungshin tiba-tiba menyambar pembicaraan kami.
"Ya!" Minhyuk menepuk kencang pundak Jungshin.
"Sudahlah lupakan..." Aku memalingkan kembali pandanganku pada hujan diluar.
"Hyung, berhentilah berharap pada Seohyun Noona..." Ucap Jungshin.
"Ya! Hyung bilang jangan bahas itu, kau masih saja membahasnya..." Potong Jonghyun.
"Sudahlah, mari kita nikmati saja kopinya..." Ucap Minhyuk sambil menyeruput kopinya perlahan.
"Melupakanmu? Haruskah aku mencobanya untuk kesekian kali? Apakah akan ada perubahan dari usahaku sebelum-sebelumnya?" Gumamku dalam hati sambil perlahan menyeruput Cappucinno milikku.
Setelah hujan reda, kami berniat kembali ke rumah. Dan lagi-lagi didepan pintu rumah kami ada sebuah kotak merah muda itu lagi.
"Hyung, ini untukmu lagi?" Jonghyun meraih kotak itu dan mngulurkannya padaku.
"Buang saja... Itu bukan hal yang penting..." Sahutku sambil berjalan masuk kedalam rumah.
"Apakah ini dari sebuah fans?" Tanya Minhyuk sambil berlari mengejarku.
"Apakah seseorang menerormu, Hyung?" Jonghyun ikut menghampiriku.
Aku
melirik kotak yang saat ini sudah berada ditangan Jungshin. Terlihat
Jungshin mencoba mengocok-ngocok kotak pink itu, sambil memikirkan apa
yang ada didalamnya.
"Apakah kau tidak akan mencoba membukanya, Hyung?" Jungshin melirikku sambil terus mengguncang-guncang kotak itu.
"Buka saja jika kau mau.." Sahutku datar sambil menuju sofa dan menyalakan televisi.
"Buka! Buka!" Minhyuk terlihat antusias sambil menghamoiri Jungsihn dan kotak itu, aku melirik mereka dengan hati-hati.
"Oohh... Seohyun Noona kah?" Ucapan Jungshin membuatku memalingkan wajahku menatapnya.
"Apa maksudmu?" Aku menghampiri Jungshin.
"Surat ini... Apakah ini dari Soehyun Noona?" Jungshin memberikanku selembar surat.
Aku meraih surat itu dan berusaha menenangkan diriku. Semua rasa bercampur saat aku mendengar namanya.
Oppa...
Bagaimana penampilanmu? Apakah itu menyenangkan? Oppa... Apakah kau
masih menyukai Cappucinno? Aku bahkan masih ingat terakhir kali kita
minum kopi bersama, apakah kamu masih mengingatnya?
"Aku
pernah mendapat hal seperti ini sebelumnya... Namun aku masih belum
bisa bertemu dengannya... Siapa sebenarnya yang mengirim semua ini?"
Lirihku tertahan.
"Hyung, apakah kau tidak berpikir ini Seohyun Noona?" Tanya Jungshin.
"Apakah ini benar-benar dari seseorang yang menerormu?" Sambung Jonghyun.
"Bisa jadi ini dari fansmu, Hyung..." Lanjut Minhyuk.
"Sudahlah abaikan saja..." Aku berjalan cepat menuju kamarku.
Aku
yakin semua mencemaskanku, aku sudah berusaha sekuat mungkin menahan
diri agar tidak terlihat murung atau kecewa, tapi sepertinya sia-sia.
Aku tak bisa menahan rasa sedihku dan kecewaku karena tak bisa bertemu
lagi dengan Seohyun. Walaupun kehidupanku harus tetap berlalu walau
tanpa Seohyun, aku hanya merasa ada bagian yang hilang dari hidupku yang
masih harus aku temukan untuk menjawab semua pertanyaanku yang tertahan
selama lima tahun.
Aku
terdiam memandang semua benda-benda yang entah siapa yang mengirim
kepadaku. Apakah ini sebuah realityshow? Sebuah acara televisi yang
membuatku hampir gila seperti ini? Aku akui ini juga salahku karena
masih belum bisa berhenti memikirkan bahkan mencari Seohyun. Ketika
sesuatu tentang Seohyun kembali muncul kepermukaan kenyataan, aku
semakin menggila mencari segala petunjuk tentang Seohyun.
Semuanya
harus berhenti sampai disini, aku tak bisa terus seperti ini. Tapi saat
aku tak bisa berhenti, bahkan aku tak lagi berpikir dengan akalku dan
hanya mengikuti hatiku, apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku
lakukan untuk menghentikan perasaan ini? Apakah ini benar-benar yang
disebut cinta? Apakah cinta ini bisa menjadi nyata jika aku terus dalam
penantian? Apakah ada harapan untuk perasaanku? Bahkan jika mungkin
tidak ada harapan, apakah aku mampu berhenti?
Ponselku
tiba-tiba berdering, Shinhye mengirimku sebuah pesan agar aku
menemuinya besok pagi ditempat aku biasa bertemu dengan Seohyun. Aku tak
membalasnya, hanya merekam dalam pikiranku. Setidaknya aku masih bisa
memberi ruang untuk mengingat pesan dari Shinhye dalam akalku.
***
Pagi ini aku sudah berada ditaman tempat aku dan Seohyun biasa bertemu. Namun Shinhye belum ada.
"Apakah sesorang sedang mengerjaiku lagi?" Gumamku yang mulai kesal saat menunggu Shinhye.
"Apa kau sudah lama menunggu?" Tiba-tiba ada yang menutup mataku dari belakang.
"Aku tau itu kau..." Aku menarik tangan Shinhye hingga tersentak kedepan hingga kini posisinya merangkulku dari belakang.
"Ya! Apa yang kau lakukan..." Shinhye mengomel tepat ditelingaku.
"Kau yang memulai..." Sahutku santai.
"Cepat lepaskan... Taukah kau tindakanmu akan menimbulkan salah paham?" Shinhye menarik tangannya dan beralih duduk disampingku.
"Apa yang harus salah dipahami? Apakah kau menyukaiku? Hahaha..." Candaku pada Shinhye, namun ekspresinya hanya datar.
"Itu tidak mungkin selama kau masih memikirkan Presiden hatimu itu..." Sahutnya ketus.
"Bagaimana kau tau?" Aku menatap Shinhye yang menatap lurus kedepan tanpa menatapku.
"Semua
cerita padaku... Apakah kau masih benar-benar percaya dia akan kembali?
Apakah menurutmu dia bahkan masih hidup? Atau jika dia masih hidup
apakah dia pernah memikirkan dirimu? Ya! Berpikirlah realistis. Kau
tidak bisa terus bercermin pada masalalumu?" Shinhye berbicara sedikit
ketus dengan tekanan suara yang meninggi.
"Seohyun bukan masalalu... Dia..."
"Apakah
dia masih menghubungimu saat ini? Apakah bahkan kau bisa melihatnya?
Apakah kau pikir hal seperti ini baik untuk dilanjutkan? Berhentilah...
Kau tidak akan pernah menemukan akhir yang baik untuk dirimu. Kau yang
harus membuat akhir itu dan memulai sesuatu yang baru dalam hidupmu!"
Shinhye lagi-lagi bicara dengan sedikit berteriak. Mungkin karena
menahan emosinya.
"Kau
tidak bisa mengerti karena kau tidak merasakan apa yang aku rasakan,
jadi berhentilah memaksaku melakukan apa yang tidak bisa bahkan tidak
mau aku lakukan." Sahutku ketus.
"Bahkan
perasaanmu tidak masuk akal... Apakah kau yakin perasaanmu adalah
cinta? Apakah kau tau perasaan dia?! Kau terlalu berlebihan!" Shinhye
meninggalkanku begitu saja bahkan tanpa menatapku.
"Apa yang terjadi padanya? Apakah aku semenyedihkan itu?" Lirihku sambil menatap kepergian Shinhye yang begitu aneh.
Aku
kembali teringat saat Seohyun berusaha melukisku yang sedang membuat
sebuah lagu. Aku masih ingat saat Seohyun bilang bahwa aku adalah pria
pertama yang dia kenal. Aku juga masih ingat saat dia bilang akulah
satu-satunya pria yang membuatnya nyaman. Aku yakin itu adalah sebuah
ketulusan yang terucap dari hatinya. Karena itu aku masih belum
memutuskan harapanku padanya.
"Apakah
perasaannya masih sama? Apakah aku masih bisa bertemu dengannya? Aku
ingin menanyakan bagaimana perasaannya sesungguhnya padaku. Hal yang
ingin aku tanyakan sejak lama...." Gumamku sambil terus menatap langit
yang mulai silau karena cahaya matahari.
***
"Yeoboseyo..." Aku menunggu suara dari seseorang yang aku hubungi, Shinhye.
"Nae..." Sahut Shinhye dingin.
"Apa kau masih marah? Ku rasa apa yang kau ucapkan benar, soal Seohyun..." Ucapku perlahan dan hati-hati.
"Lalu?" Shinhye masih menjawab ketus.
"Aku
berpikir akan mencoba untuk melupakannya lagi... Aku tidak yakin apakah
akan berhasil, tapi aku mau berusaha sekali lagi. Aku ingin kembali
membuat sebuah musikku. Melakukan banyak hal menyenangkan disisa
hidupku... Bagaimana menurutmu?" Aku masih menunggu jawabannya.
"Lakukanlah
dengan sungguh-sungguh dan jangan mudah goyah... Kau ini seorang pria!
Jangan terlalu lemah karena cinta! Menegerti?" Ucap Shinhye.
"Ya... Aku akan berusaha untuk hidupku sendiri kali ini..." Sahutku.
"Baiklah, aku akan menutp teleponnya, oke..." Ucap Shinhye.
"Ya..." Jawabku lalu menutup telepon.
"Kali
ini aku harus berusaha lebih keras untuk menyusun hidupku kembali. Aku
harus mengumpulkan keyakinan dan tidak boleh goyah. Bisakah aku?"
Gumamku sambil bercermin dikamar.
"Hyung, kau didalam? Ada paket untukmu... Kali ini sangat besar..." Teriak Minhyuk dari luar pintu kamarku.
"Apa itu?" Ucapku setelah membuka pintu kamar dan menemukan sesuatu yang cukup besar.
Aku
pun langsung membukanya dan ternyata sebuah lukisan yang tidak asing
bagiku, dan tertempel sebuah note disudut kanan lukisan.
"Oppa... Apakah kau masih mengingat ini? Aku merindukan suaramu... Semua tentangmu, Oppa..."
Lukisan
ini adalah lukisan Seohyun melukisku saat aku sedang membuat lagu.
Sesuatu yang ku rindukan belum lama ini bahkan muncul saat aku berniat
menghapusnya dari hati dan pikiranku. Apakah aku terjebak oleh
perasaanku sendiri? Ataukah perasaan ini memang nyata?
"Darimana kau dapatkan ini?" Ucapku setelah beberapa saat terdiam.
"Ini ada didepan rumah saat aku ingin membersihkan halaman..." Jawab Minhyuk.
"Kenapa
selalu tanpa alamat dan tiba-tiba muncul? Siapa yang mengirim semua
ini?" Aku merasa lemas seketika saat bayang-bayang akan kenangan bersama
Seohyun semakin memuncak.
Aku
kembali berlari meninggalkan rumah membawa post it dan bolpoint, tujuan
pertamaku adalah rumah Seohyun. Aku membuat sebuah note tepat dipagar
rumah kosong itu.
"Jika
kau Seohyun, datanglah padaku tanpa ragu..." Tulisku pada post it yang
kemudian aku tempel dipintu pagar rumahnya. Aku melakukan hal yang sama
di taman, pada bangku dan pohon ditaman.
"Dengan
begini, semua akan jelas... Jika ia tak juga datang, aku akan
melanjutkan niatku untuk berusaha melupakannya kembali..." Gumamku
kemudian berjalan menuju rumah.
Apakah
dia akan datang? Apakah semuanya benar adalah Seohyun? Kenapa aku
merasa cemas berlebihan? Apakah seseorang akan menjawab pesanku? Apa
yang harus aku lakukan jika itu Seohyun dan bukan Seohyun?
Can’t stop me now can’t stop me now
Geudaereul darmeun bom hyanggiga ajik chaneyo
Can’t stop me now can’t stop me now
Naneun meomchul su eomneyo i can’t stop loving you
Dua
hari berlalu sejak hari itu, namun Seohyun belum muncul dihadapanku.
Aku merasa semuanya sia-sia. Mungkin ada seseorang yang sengaja
mengerjaiku dengan semua hal yang berhubungan dengan Seohyun. Sangat
lucu jika aku masih seperti ini. Tapi aku semakin menginginkan Seohyun.
Setidaknya tahu apakah dia masih hidup atau tidak.
"Hyung, ada yang ingin bertemu denganmu..." Jonghyun mengetuk pintuk kamarku.
"Siapa?!"
Aku langsung membuka pintu dengan bersemangat, dan berharap yang
menungguku adalah seseorang yang telah ku tunggu selama lima tahun untuk
kembali.
"Aku tidak tau... Seorang wanita..." Jawab Jonghyun yang masih setengah sadar karena baru terbangun dari tidurnya.
"Baiklah, terima kasih..." Aku langsung berlari menuju pintu masuk rumahku.
"Permisi...
Saya mewakili Seohyun Eonni untuk menyerahkan ini..." Gadis berambut
ikal itu menyerahkan sebuah surat lalu berlari begitu saja tanpa sepatah
kata kemudian.
"Ya!
Tunggu... Dimana Seohyun sekarang?! Ya!" Aku ingin mengejar gadis itu
namun aku tidak menggunakan alas kaki dan masih menggunakan piyamaku.
Oppa...
aku merindukanmu... Sangat merindukanmu... Bisakah kita bertemu lagi?
Oppa... Bagaimana kabarmu? Apakah kau masih mengingatku? Oppa... Apakah
kau masih suka membuat lagu? Aku mendengar kamu mempunyai band belum
lama ini... Bagaimana dengan bandmu? Semoga kau bisa segera debut dengan
bandmu... Oppa... Maafkan aku yang hilang begitu saja... Aku harus
pergi karena sebuah pengobatan... Aku selalu berharap bisa bertemu
denganmu saat pengobatanku selesai, apakah kau masih mau bertemu
denganku? Apakah kau akan memafkanku? Oppa... Apakah sekarang kau
mempunyai pacar? Apakah dia gadis yang baik untukmu? Oppa... Ada yang
ingin aku sampaikan padamu sejak lama, namun aku takut untuk
menyampaikannya... Oppa... Aku ingin kita bertemu lagi di taman seperti
biasa. Melukis dan menulis lagu bersama sampai hari gelap sambil
bernyanyi bersama. Oppa, kau masih mau menyanyikan lagu itu untukku kan?
Oppa...
Surat itu berakhir dibaris terakhir. Sepertinya ada lembar yang hilang.
"Dimana
lembar selanjutnya?Apakah kau disini Seohyun?" Aku berlari masuk ke
kamar dan mengambil jaketku memakai sendal lalu berlari ke taman, tempat
aku dan Seohyun bertemu.
Saat
tiba di taman, aku tak menemukan Seohyun, hanya menemukan Shinhye
sedang duduk di kursi tempat aku dan Seohyun biasa duduk dan
menghabiskan waktu bersama.
"Kau... Sedang apa disini?" Aku duduk disebelah Shinhye yang terlihat murung. Aku melihat kesedihan dimatanya sekilas.
"Kau mencari lembar surat yang hilang itu bukan?" Tanya Shinhye dengan suara bergetar.
"Kau tau darimana? Apa mungkin...." Aku mulai berpikir macam-macam saat melihat Shinhye meneteskan air mata.
"Apa yang terjadi?" Aku membalik tubuh Shinhye agar menatapku.
"Bacalah...
Aku pikir lima tahun sudah cukup..." Ucap Shinhye sambil menghapus air
mata yang sedang meluncur ditepi pipinya yang mengembung.
Aku langsung menyambar lembaran surat lainnya dari tangan Shinhye.
Aku
takut... Aku takut aku tidak bisa sembuh Oppa... Walaupun Appa da Eomma
mengatakan aku pasti sembuh, aku masih merasa cemas. Seperti
kecemasanku sebelumnya bahwa aku tidak bisa bertemu denganmu lagi...
Oppa, apakah aku akan tetap hidup? Oppa... Jika aku memang akan pergi
untuk selamanya, setidaknya aku ingin bertemu lagi denganmu... Sekali
saja, aku ingin bertemu denganmu... Aku ingin mengungkapkan perasaanku
padamu... Aku menyukaimu Oppa, mungkin ini adalah perasaan sayang? Atau
cinta? Aku hanya merasa aku takut tidak bisa bertemu denganmu... Aku
merasa takut yang menyelimuti seluruh hati dan pikiranku. Oppa, taukah
kau, aku hanya mempunyai satu lukisan wajahmu, hanya mempunyai beberapa
lembar foto bersamamu. Jika semua akan berakhir, aku ingin membuat lebih
banyak lagi kenangan denganmu, Oppa.. Karena kau adalah satu-satunya
Pria yang aku kenal... Oppa, aku selalu bertanya, apakah kau mempunyai
perasaan yang sama padaku? Apakah kau menyukaiku? Tidak, menyayangiku?
Oppa, aku ingin mendengar jawabanmu... Oppa, kepalaku semakin terasa
sakit... Aku semakin takut untuk operasi... Oppa, kau tak perlu
khawatir... Aku selalu berdoa untukmu... Oppa, hiduplah dengan bahagia,
aku menyayangimu...
Aku tidak tau sejak kapan air mataku mengalir mengikuti lekuk pipiku. Apakah
ini nyata? Apakah ini benar-benar dari Seohyun? Apakah aku tidak bisa
bertemu dengannya lagi? Apakah penantianku sia-sia?Apa yang harus aku
lakukan?. Ada begitu banyak pertanyaan yang berkecamuk dikepalaku,
namun bibirku terasa terpaut dan terkunci tanpa mampu mengucapkan
sepatah katapun setelah membaca lembar akhir surat dari Seohyun.
"Sudah
aku katakan bukan bahwa berhentilah mencarinya! Ini alasanku... Aku
baru bisa menceritakannya setelah seratus hari kematiannya. Itu janjiku
pada Seohyun. Aku tak sengaja bertemu dengannya di rumah sakit. Seohyun
mengenaliku sebagai sahabatmu, dia meminta permintaan terakhirku padamu
untuk menyerahkan semua kenangan miliknya bersamamu tepat setelah
seratus hari kepergiannya. Aku hanya melakukan apa yang dipinta Seohyun
padaku untuk permintaan terakhirnya." Jelas Shinhye diiringi lirnangan
air matanya.
"Ini
saatnya kamu kembalikan hidupmu... Bukankah kau sudah tau jawabannya?
Jika kau terus seperti ini, kamu benar-benar menghancurkan harapan
Seohyun padamu. Bukankah Seohyun ingin kamu hidup bahagia?" Sambung
Shinhye.
"Apakah kau tau dimana Seohyun sekarang? Maksudku makamnya..." Lirihku dengan suara yang sangat pelan.
"Aku
akan mengantarmu besok, tolong tenangkan dirimu terlebih dahulu... Aku
ingin kau pikirkan lagi semuanya, dan kembali dengan keputusan
terbaikmu. Bukannya aku melarangmu mencintai seorang wanita, tapi
sadarilah kenyataan yang menjadi batas semuanya. Aku ingin kau kembali
pada musikmu... Kembali pada duniamu. Kau tidak harus menghapus semua
kenangan tentang Seohyun, hanya sadari bahwa yang kau lakukan selama ini
sudah cukup. Penantianmu akan Seohyun, harus berhenti. Karena sampai
kapanpun kau menunggu, akhirnya akan selalu sama seperti lima tahun
terakhir." Shinhye menghapus air matanya dan beranjak pergi.
"Terima kasih..." Lirihku masih dengan tatapan kosong.
"Apapun demi sahabatku...: Jawabnya Shinhye.
Aku
berjalan pulang dengan kaki yang lemas, dan tubuh yang bergetar bersama
seluruh khayal dan emosi yang menguras tenagaku hingga aku merasa
sangat rapuh saat ini.
"Hyung, kau kenapa?" Jungshin mengejarku hingga depan pintu kamar.
"Tinggalkan aku sendiri..." Aku membanting pintu begitu saja.
"Maafkan aku, Jungshin..." Batinku dalam hati.
Aku
langsung merebahkan tubuhku diatas tempat tidur. Masih berusaha
merenungkan apa yang baru saja aku alami. Aku tau apa yang harus aku
lakukan, tapi aku masih belum bisa menerima kenyataan yang baru saja aku
dapatkan, tepatnya hatiku. Rasanya masih terlalu sakit, dan menusuk
jantungku. Bukan karena penantianku sia-sia, tapi karena harapanku telah
sirna. Aku benar-benar tidak bisa bertemu lagi dengan Seohyun. Tidakkah itu kejam?
Aku
bahkan belum menyampaikan perasaanku, belum menyampaikan isi hatiku
yang terpendam sangat lama. Dan penyesalan itu semakin menusuk hatiku
saat aku tau ternyata Seohyun mempunyai perasaan yang sama denganku. Aku
hanya bisa mengumpat diriku sendiri saat ini. Betapa bodohnya aku,
betapa kejamnya diriku membiarkan gadis itu terkurung dari perasaannya,
sementara aku bersembunyi dalam rasa ragu ku untuk mengungkapkan
perasaanku.
"Semua
belum berakhir... Aku tidak bisa berakhir seperti ini... Aku harus bisa
kembali menjadi Yonghwa yang Seohyun sukai... Aku tak bisa menyesal
selamanya... Aku ingin bangkit dari rasa terpuruk ini untuk Seohyun...
Aku tidak akan membuang waktuku dengan sia-sia lagi... Tidak akan..."
Lirihku sambil meraih kertas dan pensil untuk menulis sebuah lagu.
***
Han georeum dwiramyeon heorakhal su innayo miss you
Han georeum dwieseo naneun gidarilgeyo
Geugeotdo andwaeyo geugeotdo andwaeyo
Geugeotdo andoemyeon geureom nan eotteokhanayo
Geudae han madie naneun useoyo
Geoulcheoreom maeil sarayo
Naui haruneun geudaeui geosijyo
Can’t stop me now can’t stop me now.
Geudaereul darmeun bom hyanggiga ajik chaneyo
Can’t stop me now can’t stop me now.
Naneun meomchul su eomneyo i can’t stop loving you
Michin deut michil deut haneobsi bureuda bomyeon
Han beoneun dorabolkkayo
Can’t stop me now can’t stop me now
Geudaeman baraboneun nae mam ajik siryeoyo
Can’t stop me now can’t stop me now
Naneun meomchul su eomneyo i can’t stop loving you
Heutnallineun barame geudae tteoolla
Nunbusin haessare geudae tteoolla
Naneun meomchul su eomneyo i can’t stop loving you
Aku tak bisa lagi menahan air mataku saat menyanyikan lagu buatanku didepan makam Seohyun.
"Oppa
datang... Lagu baru Oppa buatmu... Apakah kau suka? Oppa tidak akan
menangis dan sedih lagi, apakah kau akan bahagia disana?" Lirihku sambil
menatap makam Seohyun.
Shinhye meremas lembut bahuku, menguatkan diriku dengan caranya.
"Oppa
ridak akan membuang-buang waktu lagi untuk bersedih, agar kau tidak
bersedih disana... Seohyun... Jadilan bintang yang paling bersinar di
langit, agar Oppa bisa mengenalmu dan melihatmu saat Oppa
merindukanmu... Seohyun... Saranghae..." Lirihku sambil memejamkan mata,
meneteskan air mata terakhirku,
Aku
berjanji tidak akan bersedih lagi, agar Seohyun bisa pergi dengan
tenang. Aku berjanji sebagai seorang Pria yang mencintainya untuk tidak
menyia-nyiakan sisa hidupku hanya untuk meratapinya. Aku mengantar
kepergianmu dengan hati yang lega.
***
Jangan
pernah membuang waktumu jika kau benar-benar menyukai seseorang. Apapun
hasilnya, walau sedikit rasa kecewa muncul, tak akan sesakit rasanya
saat kau tak lagi dapat mengungkapkannya. Jangan biarkan harapanmu yang
hilang menghancurkan hidupmu. Bangkitlah dengan harapan yang baru.
Jangan sia-siakan hidupmu pada sesuatu yang masih bisa kau perbaiki
dikemudian hari. Karena sesungguhnya selalu ada jalan untuk harapan
barumu menuju kebahagiaan.
-END-
This Is My Story abaout #Can't Stop
Follow me on twitter @annisRprianti_
just mention for follback :)
thanks for reading
Tidak ada komentar:
Posting Komentar