Kamis, 29 Mei 2014

CAN'T STOP (OneShoot)

 CAN'T STOP (OneShoot)

Cast :  YONGHWA (CNBLUE) , JONGHYUN (CNBLUE) , MINHYUK (CNBLUE), JUNGSHIN (CNBLUE),SEOHYUN (SNSD) & PARK SHIN HYE.
Author : Annis Prianti (Nisnis)
Twitter : @annisRprianti_


Rasanya baru kemarin aku memelukmu erat dalam dekapku, sambil memandang indahnya bintang yang bersinar dilangit. Tapi kau sudah meninggalkanku dengan berjuta kenangan indah yang tersisa. Aku tidak menyesal, hanya saja rasa itu masih belum bisa berhenti. Aku masih belum bisa melepaskan kepergianmu. Mungkin lebih tepatnya jika aku katakan belum siap. Saat semuanya harus berakhir, apa yang harus ku lakukan untuk mengakhiri sebuah akhir?
                                                                                                                                                              

Can't Stop 

Geoul cheorom maeil sarayo, naui haruneun geudaeui geoshijyo...
(I live as a mirror everyday, My day is yours...)

Rasanya baru kemarin aku memelukmu erat dalam dekapku, sambil memandang indahnya bintang yang bersinar dilangit. Tapi kau sudah meninggalkanku dengan berjuta kenangan indah yang tersisa. Aku tidak menyesal, hanya saja rasa itu masih belum bisa berhenti. Aku masih belum bisa melepaskan kepergianmu. Mungkin lebih tepatnya jika aku katakan belum siap. Saat semuanya harus berakhir, apa yang harus ku lakukan untuk mengakhiri sebuah akhir?

***

Ini tepatnya lima tahun lalu dipinggir jalan sepi tepat sesaat sebelum senja menjemput sang matahari untuk mengakhiri tugasnya hari ini. Aku melihat seorang wanita yang sedang melukis langit yang sore ini terlukis indah menyelimuti Bumi.
"Oppa, lihat... Indah sekali bukan langit sore ini?" Seohyun menunjukkan lukisannya sore ini.
"Ya... Indah sekali..." Sahutku sambil tersenyum dan menatap tajam diam-diam dalam senyumnya.
"Oppa... Nyanyikan lagu itu... Hmm... Love Light..." Pinta Seohyun.
"Aku tidak membawa gitar, Mianhae..." Sahutku sedikit menyesal karena tak membawa gitarku.
"Lakukan tanpa gitar, Oppa... Aku sangat ingin mendengarnya..." Pinta Seohyun penuh harap.
"Baiklah..." Aku menghela napas panjang sebelum bernyanyi.
"One... Two... Three..." Seohyun menatapku dengan bersemangat.

"Geudael bomyeon eolguri ppalgaejigo. Geudael bomyeon gaseumi dugeungeun. Aicheoreom sujupgiman hago. Geudael bomyeon gwaensiri useumi na babocheoreom jakkuman geurae. Ama naege sarangi on geonga bwa... Uh geudaeneun nae maeumsogui president nae gaseume byeorul sunochi. I'm genie for you girl nae sumeul meotge haji. Geudae ga wonhaneun geon da neoreul saranghanikka. Nae sarangui iyuneun neojanha you know. Geudaeneun darling, bamhaneul byeolbitboda areumdawoyo... Nae maeum sok gipeun goseseo banjjakgeorineun sarang bit. Geudaereul saranghaeyo darling eonjena nae gyeoteseo bicheul naejwoyo. Meil bam barabogo barabwado areumdawoyo geudaen naui sarang bit..." Aku selipkan senyum diakhir bait lagu yang ku nyanyikan.

"Wooo..." Seohyun gembira bertepuk tangan.
"Kau membuatku malu..." Ucapku sambil terus menatap wajah cantiknya.
"Oppa, besok kita bisa bertemu lagi bukan?" Terlukis sebuah kecemasan diwajah Seohyun.
"Tentu... Kenapa tidak?" Jawabku sambil membelai lembut puncak kepalanya.
"Entah kenapa, aku takut tidak bisa bertemu lagi dengan Oppa..." Lirih Seohyun.
"Apa kau akan pergi kesuatu tempat?" Aku pun mulai merasa gelisah.
"Aku tidak tau... Rasa takut itu tiba-tiba tersirat dalam hatiku... Rasanya sesak, Oppa... Aku merasa benar-benar takut dan sedih membayangkannya..." Lirih Seohyun.
"Aku tidak akan pergi kemanapun... Tenanghlah... Besok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan dan seterusnya kita akan terus bertemu." Aku mencengkram pundak Seohyun lembut.
"Ya... Mungkin aku hanya sedang sangat merindukanmu." Seohyun meremas jemariku yang masih mencengkram lembut bahunya.
"Mari aku antar pulang..." Ku ulurkan tanganku pada Seohyun.
Seohyun menyambut uluran tanganku dengan segaris senyum dibibirnya. Aku pun mengantar Seohyun pulang.
Itulah hari terakhir aku bertemu dengannya. Keesokan harinya, lusa, seminggu kemudian, sebulan kemudian, setahun kemudian bahkan lima tahun kemudian aku benar-benar tidak bertemu dengannya. Aku mencoba menghubunginya lewat telepon namun nomernya tidak aktif, saat datang ke rumahnya pun sudah tidak ada lagi yang tinggal di rumah itu. Aku tak tau lagi harus mencarinya dimana lagi. Aku benar-benar kehilangan Seohyun. Aku masih mendatangi rumah, dan taman yang sering kami kunjungi sejak lima tahun lalu hingga sekarang. Aku masih mencoba menghubungi nomernya sejak lima tahun hingga sekarang. Aku masih menyimpan lukisan wajah cantiknya dalam hatiku sejak lima tahun yang lalu hingga sekarang.

Babocheoreom ajik sarang hana bwa... Na geudaeboda...
I still love you like a fool... More than you...

Aku bukannya tidak berusaha untuk melupakan Seohyun, namun kehilangan Seohyun begitu mendadak membuatku menolak kenyataan bahwa Seohyun benar-benar hilang dalam hidupku. Semua karena terjadi begitu mendadak, hingga aku merasa ini bukan akhir dari kenyataan yang ahrus aku terima. Tak hanya saat angin malam berhembus dengan dinginnya, bahkan panasnya sinar matahari pun tak membiarkanku untuk tidak memikirkan semua hal tentangmu. Dimana Seohyun? Apakah sudah makan? Apakah harinya menyenangkan? Apakah Seohyun pernah memikirkanku walau sekali? Apakah dia merindukanku seperti aku merindukannya seperti orang gila yang kehilangan semua memori dalam pikirannya? Dan... Apakah Seohyun mempunyai perasaan yang sama dengan perasaanku?
Aku bahkan belum menyampaikan perasaanku selama ini. Selama satu tahun aku menyianyiakan waktu untuk mengungkapkan perasaanku, hingga hanya kehilangan yang aku terima dari buah perasaan ini. Aku bahkan masih ingat wajah ceria maupun sedihnya saat dia bersamaku. Masih terlukis dipikiranku garis wajah cantik yang terukir senyum manis itu. Masih terngiang ditelingaku suara merdu dan manjanya saat bersamaku. Semua masih seperti dulu bagiku, seperti lima tahun lalu. Entah kau meninggalkanku pergi kesuatu tempat, atau kesuatu dunia yang membuat kita tidak bisa bertemu lagi... "Seohyun, apakah kau masih hidup?" Teriakan hatiku terus bergemuruh dalam akal yang perlahan mulai hilang dari kesadaran akan kenyataan yang aku jalani sekarang.

***

"Hyung, ada paket untukmu... Apakah kau belanja online?" Namja dengan mata minimalis itu memberikanku sebuah kotak yang tidak jelas berasal darimana.
"Apakah ini dikirim lewat pos? Aku tak menemukan alamat pengirimnya..." Aku membolak-balik paket itu namun tak menemukan segaris tinta sedikitpun, kecuali sebuah kertas yang tertempel dalam kotak ini yang tertulis namaku.
"Aku tidak tau, saat aku ingin masuk kedalam rumah, aku menemukan ini didepan pintu... Karena tertulis nama Hyung dalam kertas itu, jadi aku berikan pada Hyung." Jelas Minhyuk, Namja bermata sipit itu.
"Hmm... Baiklah, terima kasih..." Aku pun membawa kotak itu masuk kedalam kamarku.
Aku membuka perlahan kotak misterius itu, aku menemukan sebuah surat dan beberapa lembar foto.
"Oppa... Apakah kau masih mengingatku? Jika kau lupa, kau bisa lihat foto-foto yang aku kirimkan padamu... Oppa... Bagaimana kabarmu? Apakah kau merindukanku?"
"Bodoh... Apakah ini lelucon? Siapa yang berani membuat lelucon seperti ini? Apakah ini benar-benar kau, Seohyun?" Mataku serasa perih. Aku terdiam menatap setiap lembar foto satu-persatu dengan perasaan yang tak bisa lagi diungkapkan.
"Hyung, apakah kau didalam?" Suara pintu terketuk diiringi suara lembut Jonghyun.
"Masuklah..." Jawabku sambil membereskan kotak serta isi kotak yang baru saja membuatku malu pada diri sendiri sebagai seorang pria yang rapuh.
"Hyung, aku menemukan ini dipinggir kebun halaman rumah kita saat menyiram tanaman. Apakah ini milikmu? Tertulis namamu disudut kotak kecil ini." Ungkap Jonghyun.
"Apa lagi ini? Pakah ini sebuah lelucon untukku?" Lirihku dengan suara tertahan. Aku tak dapat lagi membedakan mana kesedihan dan emosi yang tertekan ini.
"Apakah ada yang salah, Hyung? Apakah seseorang sedang menerormu?" Jonghyun menatapku dengan pandangan aneh bercampur cemas. Aku melihat alisnya terangkat.
"Tidak, lupakan saja. Taruh saja dimejaku kotak itu." Aku membelakangi Jonghyun dan mengambil gitarku.
"Hm... Baiklah..." Jonghyun meletakkan kotak kecil itu dimejaku, lalu beranjak keluar kamarku.
"Seohyun, apakah semua ini benar-benar pemberian darimu?" Aku terdiam sesaat lalu bergegas mengambil jaketku dan berlari menuju suatu tempat.

***

"Apakah seseorang sedang mengerjaiku?!" Aku berteriak tepat didepan rumah Seohyun yang masih terlihat sama seperti lima tahun yang lalu, kosong.
Aku juga sudah berusaha menghubungi nomernya, namun masih sama seperti lima tahun yang lalu, tidak mendapatkan informasi apapun karena nomer itu masih tidak bisa dihubungi. Lalu siapa yang melakukan semuanya? Apa arti semua yang terjadi saat ini?
Aku kembali pulang ke rumah kami dengan perasaan kesal bercampur dengan rasa penasaranku. Namun tanpa kuduga, aku menemukan sebuah kotak lagi yang tertulis namaku. Aku langsung membukanya dan menemukan selembar kertas.

Geudaeneun darling, bamhaneul byeolbitboda areumdawoyo... Nae maeum sok gipeun goseseo banjjakgeorineun sarang bit. Geudaereul saranghaeyo darling eonjena nae gyeoteseo bicheul naejwoyo. Meil bam barabogo barabwado areumdawoyo geudaen naui sarang bit...

"Ya! Apa yang sebenarnya terjadi?!" Aku bergegas masuk kerumah karena teringat oleh kotak kecil yang ditemukan Jonghyun yang belum sempat aku buka dan belum tau apa lagi yang ada didalam kotak kecil itu.
Saat sampai didalam kamar aku langsung membuka kotak kecil itu, dan ternyata isinya adalah sebuah sehelai daun dari pohon yang tak asing lagi bagiku.
"Daun ini... Apa lagi ini... Apa aku harus menuju ke taman itu? Sekarang?" Aku masih menggenggam sehelai daun itu.
Aku langsung berlari menuju taman tempat aku dan Seohyun bertemu. Namun lagi-lagi aku tak menemukan apapun disana. Untuk kesekian kalinya aku ditipu oleh perangkap kotak-kotak merah muda ini.
"Siapa yang melakukan semua ini!? Apakah ini lucu?!" Aku berteriak sekencang yang aku bisa.
Keadaan taman sepi karena hari mulai gelap. Namun aku masih terjebak oleh petunjuk-petunjuk misterius yang menjebakku dalam keadaan ini. Aku duduk tersungkur dibawah pohon, dan bersandar pada kaki pohon yang kokoh. Terdiam dan merenung, memikirkan apa yang sedang aku lakukan saat ini.
Aku benar-benar masih terobsesi oleh Seohyun, sehingga aku selalu bersemangat saat aku menemukan petunjuk tentang dirinya. Harusnya sejak awal aku sadar bahwa aku sedang dikerjai, entah oleh siapa.
"Seohyun... Apa lagi yang harus aku lakukan untuk melupakanmu... Haruskah aku bersikap gila seperti ini terus? Bahkan aku tidak tau, apakah kau masih hidup atau sudah meninggalkanku..." Aku terpejam menikmati semilir angin malam di taman yang semakin terasa sepi ini. Ku Nikmati saat angin berhembus lembut menampar pipiku. Aku merindukanmu, Seohyun...

***

"Hyung, bangunlah..." Seseorang mengguncang tubuhku sedikit kasar.
"Yaa...." Aku mengerjapkan mata, berusaha membiasakan mata dengan cahaya yang begitu terang dari langit.
"Kenapa kau melakukan hal ini lagi? Bukankah kau sudah lama tak melakukan hal bodoh ini?" Minhyuk menatapku iba.
"Apakah aku tertidur lagi disini?" Aku masih menatap sekeliling dengan mata menyipit melawan kilatan cahaya matahari.
"Menurutmu, apa yang sedang kau lakukan, Hyung?! Ah..Sudah cepatlah pulang, kita harus tampil di Universitas Seoul siang ini." Minhyuk meninggalkanku berjalan perlahan meninggalkan taman ini
Aku masih berusaha meraba tanah kasar tempat aku tidur, namun saat akan bangun aku menemukan sebuah benda yang berada tepat disebelahku. Dan lagi-lagi kotak kecil yang aku temukan.
"Apa lagi kali ini? Apa kau pikir aku akan terpancing dengan hal-hal seperti ini lagi?" Gerutuku pada kotak kecil itu.
Aku berjalan meninggalkan taman sambil membuang kotak kecil itu sembarang.

***

Setelah selesai tampil dalam acara Universitas Seoul, aku, Jonghyun, Minhyuk dan Jungshin menuju sebuah Coffee Shop terdekat untuk merilekskan tubuh kami usai penampilan sambil menunggu hujan reda.
"Hyung, kau mau pesan apa?" Jungshin melirikku yang masih memandang hujan dari dalam Cafe.
"Cappucinno..." Sahutku sambil kembali mengingat sesuatu yang masih mengganjal pikiranku.
"Hyung, Minhyuk bilang kau tidur di taman semalam, apakah benar?" Tanya Jonghyun.
"Aku hanya tertidur saat mencari sesuatu..." Sahutku pelan.
"Seohyun Noona?" Jungshin tiba-tiba menyambar pembicaraan kami.
"Ya!" Minhyuk menepuk kencang pundak Jungshin.
"Sudahlah lupakan..." Aku memalingkan kembali pandanganku pada hujan diluar.
"Hyung, berhentilah berharap pada Seohyun Noona..." Ucap Jungshin.
"Ya! Hyung bilang jangan bahas itu, kau masih saja membahasnya..." Potong Jonghyun.
"Sudahlah, mari kita nikmati saja kopinya..." Ucap Minhyuk sambil menyeruput kopinya perlahan.
"Melupakanmu? Haruskah aku mencobanya untuk kesekian kali? Apakah akan ada perubahan dari usahaku sebelum-sebelumnya?" Gumamku dalam hati sambil perlahan menyeruput Cappucinno milikku.
Setelah hujan reda, kami berniat kembali ke rumah. Dan lagi-lagi didepan pintu rumah kami ada sebuah kotak merah muda itu lagi.
"Hyung, ini untukmu lagi?" Jonghyun meraih kotak itu dan mngulurkannya padaku.
"Buang saja... Itu bukan hal yang penting..." Sahutku sambil berjalan masuk kedalam rumah.
"Apakah ini dari sebuah fans?" Tanya Minhyuk sambil berlari mengejarku.
"Apakah seseorang menerormu, Hyung?" Jonghyun ikut menghampiriku.
Aku melirik kotak yang saat ini sudah berada ditangan Jungshin. Terlihat Jungshin mencoba mengocok-ngocok kotak pink itu, sambil memikirkan apa yang ada didalamnya.
"Apakah kau tidak akan mencoba membukanya, Hyung?" Jungshin melirikku sambil terus mengguncang-guncang kotak itu.
"Buka saja jika kau mau.." Sahutku datar sambil menuju sofa dan menyalakan televisi.
"Buka! Buka!" Minhyuk terlihat antusias sambil menghamoiri Jungsihn dan kotak itu, aku melirik mereka dengan hati-hati.
"Oohh... Seohyun Noona kah?" Ucapan Jungshin membuatku memalingkan wajahku menatapnya.
"Apa maksudmu?" Aku menghampiri Jungshin.
"Surat ini... Apakah ini dari Soehyun Noona?" Jungshin memberikanku selembar surat.
Aku meraih surat itu dan berusaha menenangkan diriku. Semua rasa bercampur saat aku mendengar namanya.

Oppa... Bagaimana penampilanmu? Apakah itu menyenangkan? Oppa... Apakah kau masih menyukai Cappucinno? Aku bahkan masih ingat terakhir kali kita minum kopi bersama, apakah kamu masih mengingatnya?


"Aku pernah mendapat hal seperti ini sebelumnya... Namun aku masih belum bisa bertemu dengannya... Siapa sebenarnya yang mengirim semua ini?" Lirihku tertahan.
"Hyung, apakah kau tidak berpikir ini Seohyun Noona?" Tanya Jungshin.
"Apakah ini benar-benar dari seseorang yang menerormu?" Sambung Jonghyun.
"Bisa jadi ini dari fansmu, Hyung..." Lanjut Minhyuk.
"Sudahlah abaikan saja..." Aku berjalan cepat menuju kamarku.
Aku yakin semua mencemaskanku, aku sudah berusaha sekuat mungkin menahan diri agar tidak terlihat murung atau kecewa, tapi sepertinya sia-sia. Aku tak bisa menahan rasa sedihku dan kecewaku karena tak bisa bertemu lagi dengan Seohyun. Walaupun kehidupanku harus tetap berlalu walau tanpa Seohyun, aku hanya merasa ada bagian yang hilang dari hidupku yang masih harus aku temukan untuk menjawab semua pertanyaanku yang tertahan selama lima tahun.
Aku terdiam memandang semua benda-benda yang entah siapa yang mengirim kepadaku. Apakah ini sebuah realityshow? Sebuah acara televisi yang membuatku hampir gila seperti ini? Aku akui ini juga salahku karena masih belum bisa berhenti memikirkan bahkan mencari Seohyun. Ketika sesuatu tentang Seohyun kembali muncul kepermukaan kenyataan, aku semakin menggila mencari segala petunjuk tentang Seohyun.
Semuanya harus berhenti sampai disini, aku tak bisa terus seperti ini. Tapi saat aku tak bisa berhenti, bahkan aku tak lagi berpikir dengan akalku dan hanya mengikuti hatiku, apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan untuk menghentikan perasaan ini? Apakah ini benar-benar yang disebut cinta? Apakah cinta ini bisa menjadi nyata jika aku terus dalam penantian? Apakah ada harapan untuk perasaanku? Bahkan jika mungkin tidak ada harapan, apakah aku mampu berhenti?
Ponselku tiba-tiba berdering, Shinhye mengirimku sebuah pesan agar aku menemuinya besok pagi ditempat aku biasa bertemu dengan Seohyun. Aku tak membalasnya, hanya merekam dalam pikiranku. Setidaknya aku masih bisa memberi ruang untuk mengingat pesan dari Shinhye dalam akalku.

***

Pagi ini aku sudah berada ditaman tempat aku dan Seohyun biasa bertemu. Namun Shinhye belum ada.
"Apakah sesorang sedang mengerjaiku lagi?" Gumamku yang mulai kesal saat menunggu Shinhye.
"Apa kau sudah lama menunggu?" Tiba-tiba ada yang menutup mataku dari belakang.
"Aku tau itu kau..." Aku menarik tangan Shinhye hingga tersentak kedepan hingga kini posisinya merangkulku dari belakang.
"Ya! Apa yang kau lakukan..." Shinhye mengomel tepat ditelingaku.
"Kau yang memulai..." Sahutku santai.
"Cepat lepaskan... Taukah kau tindakanmu akan menimbulkan salah paham?" Shinhye menarik tangannya dan beralih duduk disampingku.
"Apa yang harus salah dipahami? Apakah kau menyukaiku? Hahaha..." Candaku pada Shinhye, namun ekspresinya hanya datar.
"Itu tidak mungkin selama kau masih memikirkan Presiden hatimu itu..." Sahutnya ketus.
"Bagaimana kau tau?" Aku menatap Shinhye yang menatap lurus kedepan tanpa menatapku.
"Semua cerita padaku... Apakah kau masih benar-benar percaya dia akan kembali? Apakah menurutmu dia bahkan masih hidup? Atau jika dia masih hidup apakah dia pernah memikirkan dirimu? Ya! Berpikirlah realistis. Kau tidak bisa terus bercermin pada masalalumu?" Shinhye berbicara sedikit ketus dengan tekanan suara yang meninggi.
"Seohyun bukan masalalu... Dia..."
"Apakah dia masih menghubungimu saat ini? Apakah bahkan kau bisa melihatnya? Apakah kau pikir hal seperti ini baik untuk dilanjutkan? Berhentilah... Kau tidak akan pernah menemukan akhir yang baik untuk dirimu. Kau yang harus membuat akhir itu dan memulai sesuatu yang baru dalam hidupmu!" Shinhye lagi-lagi bicara dengan sedikit berteriak. Mungkin karena menahan emosinya.
"Kau tidak bisa mengerti karena kau tidak merasakan apa yang aku rasakan, jadi berhentilah memaksaku melakukan apa yang tidak bisa bahkan tidak mau aku lakukan." Sahutku ketus.
"Bahkan perasaanmu tidak masuk akal... Apakah kau yakin perasaanmu adalah cinta? Apakah kau tau perasaan dia?! Kau terlalu berlebihan!" Shinhye meninggalkanku begitu saja bahkan tanpa menatapku.
"Apa yang terjadi padanya? Apakah aku semenyedihkan itu?" Lirihku sambil menatap kepergian Shinhye yang begitu aneh.
Aku kembali teringat saat Seohyun berusaha melukisku yang sedang membuat sebuah lagu. Aku masih ingat saat Seohyun bilang bahwa aku adalah pria pertama yang dia kenal. Aku juga masih ingat saat dia bilang akulah satu-satunya pria yang membuatnya nyaman. Aku yakin itu adalah sebuah ketulusan yang terucap dari hatinya. Karena itu aku masih belum memutuskan harapanku padanya.
"Apakah perasaannya masih sama? Apakah aku masih bisa bertemu dengannya? Aku ingin menanyakan bagaimana perasaannya sesungguhnya padaku. Hal yang ingin aku tanyakan sejak lama...." Gumamku sambil terus menatap langit yang mulai silau karena cahaya matahari.

***

"Yeoboseyo..." Aku menunggu suara dari seseorang yang aku hubungi, Shinhye.
"Nae..." Sahut Shinhye dingin.
"Apa kau masih marah? Ku rasa apa yang kau ucapkan benar, soal Seohyun..." Ucapku perlahan dan hati-hati.
"Lalu?" Shinhye masih menjawab ketus.
"Aku berpikir akan mencoba untuk melupakannya lagi... Aku tidak yakin apakah akan berhasil, tapi aku mau berusaha sekali lagi. Aku ingin kembali membuat sebuah musikku. Melakukan banyak hal menyenangkan disisa hidupku... Bagaimana menurutmu?" Aku masih menunggu jawabannya.
"Lakukanlah dengan sungguh-sungguh dan jangan mudah goyah... Kau ini seorang pria! Jangan terlalu lemah karena cinta! Menegerti?" Ucap Shinhye.
"Ya... Aku akan berusaha untuk hidupku sendiri kali ini..." Sahutku.
"Baiklah, aku akan menutp teleponnya, oke..." Ucap Shinhye.
"Ya..." Jawabku lalu menutup telepon.
"Kali ini aku harus berusaha lebih keras untuk menyusun hidupku kembali. Aku harus mengumpulkan keyakinan dan tidak boleh goyah. Bisakah aku?" Gumamku sambil bercermin dikamar.
"Hyung, kau didalam? Ada paket untukmu... Kali ini sangat besar..." Teriak Minhyuk dari luar pintu kamarku.
"Apa itu?" Ucapku setelah membuka pintu kamar dan menemukan sesuatu yang cukup besar.
Aku pun langsung membukanya dan ternyata sebuah lukisan yang tidak asing bagiku, dan tertempel sebuah note disudut kanan lukisan.

"Oppa... Apakah kau masih mengingat ini? Aku merindukan suaramu... Semua tentangmu, Oppa..."

Lukisan ini adalah lukisan Seohyun melukisku saat aku sedang membuat lagu. Sesuatu yang ku rindukan belum lama ini bahkan muncul saat aku berniat menghapusnya dari hati dan pikiranku. Apakah aku terjebak oleh perasaanku sendiri? Ataukah perasaan ini memang nyata?
"Darimana kau dapatkan ini?" Ucapku setelah beberapa saat terdiam.
"Ini ada didepan rumah saat aku ingin membersihkan halaman..." Jawab Minhyuk.
"Kenapa selalu tanpa alamat dan tiba-tiba muncul? Siapa yang mengirim semua ini?" Aku merasa lemas seketika saat bayang-bayang akan kenangan bersama Seohyun semakin memuncak.
Aku kembali berlari meninggalkan rumah membawa post it dan bolpoint, tujuan pertamaku adalah rumah Seohyun. Aku membuat sebuah note tepat dipagar rumah kosong itu.
"Jika kau Seohyun, datanglah padaku tanpa ragu..." Tulisku pada post it yang kemudian aku tempel dipintu pagar rumahnya. Aku melakukan hal yang sama di taman, pada bangku dan pohon ditaman.
"Dengan begini, semua akan jelas... Jika ia tak juga datang, aku akan melanjutkan niatku untuk berusaha melupakannya kembali..." Gumamku kemudian berjalan menuju rumah.
Apakah dia akan datang? Apakah semuanya benar adalah Seohyun? Kenapa aku merasa cemas berlebihan? Apakah seseorang akan menjawab pesanku? Apa yang harus aku lakukan jika itu Seohyun dan bukan Seohyun?

Can’t stop me now can’t stop me now
Geudaereul darmeun bom hyanggiga ajik chaneyo
Can’t stop me now can’t stop me now
Naneun meomchul su eomneyo i can’t stop loving you

Dua hari berlalu sejak hari itu, namun Seohyun belum muncul dihadapanku. Aku merasa semuanya sia-sia. Mungkin ada seseorang yang sengaja mengerjaiku dengan semua hal yang berhubungan dengan Seohyun. Sangat lucu jika aku masih seperti ini. Tapi aku semakin menginginkan Seohyun. Setidaknya tahu apakah dia masih hidup atau tidak.
"Hyung, ada yang ingin bertemu denganmu..." Jonghyun mengetuk pintuk kamarku.
"Siapa?!" Aku langsung membuka pintu dengan bersemangat, dan berharap yang menungguku adalah seseorang yang telah ku tunggu selama lima tahun untuk kembali.
"Aku tidak tau... Seorang wanita..." Jawab Jonghyun yang masih setengah sadar karena baru terbangun dari tidurnya.
"Baiklah, terima kasih..." Aku langsung berlari menuju pintu masuk rumahku.
"Permisi... Saya mewakili Seohyun Eonni untuk menyerahkan ini..." Gadis berambut ikal itu menyerahkan sebuah surat lalu berlari begitu saja tanpa sepatah kata kemudian.
"Ya! Tunggu... Dimana Seohyun sekarang?! Ya!" Aku ingin mengejar gadis itu namun aku tidak menggunakan alas kaki dan masih menggunakan piyamaku.

Oppa... aku merindukanmu... Sangat merindukanmu... Bisakah kita bertemu lagi? Oppa... Bagaimana kabarmu? Apakah kau masih mengingatku? Oppa... Apakah kau masih suka membuat lagu? Aku mendengar kamu mempunyai band belum lama ini... Bagaimana dengan bandmu? Semoga kau bisa segera debut dengan bandmu... Oppa... Maafkan aku yang hilang begitu saja... Aku harus pergi karena sebuah pengobatan... Aku selalu berharap bisa bertemu denganmu saat pengobatanku selesai, apakah kau masih mau bertemu denganku? Apakah kau akan memafkanku? Oppa... Apakah sekarang kau mempunyai pacar? Apakah dia gadis yang baik untukmu? Oppa... Ada yang ingin aku sampaikan padamu sejak lama, namun aku takut untuk menyampaikannya... Oppa... Aku ingin kita bertemu lagi di taman seperti biasa. Melukis dan menulis lagu bersama sampai hari gelap sambil bernyanyi bersama. Oppa, kau masih mau menyanyikan lagu itu untukku kan?
Oppa...

Surat itu berakhir dibaris terakhir. Sepertinya ada lembar yang hilang.
"Dimana lembar selanjutnya?Apakah kau disini Seohyun?" Aku berlari masuk ke kamar dan mengambil jaketku memakai sendal lalu berlari ke taman, tempat aku dan Seohyun bertemu.
Saat tiba di taman, aku tak menemukan Seohyun, hanya menemukan Shinhye sedang duduk di kursi tempat aku dan Seohyun biasa duduk dan menghabiskan waktu bersama.
"Kau... Sedang apa disini?" Aku duduk disebelah Shinhye yang terlihat murung. Aku melihat kesedihan dimatanya sekilas.
"Kau mencari lembar surat yang hilang itu bukan?" Tanya Shinhye dengan suara bergetar.
"Kau tau darimana? Apa mungkin...." Aku mulai berpikir macam-macam saat melihat Shinhye meneteskan air mata.
"Apa yang terjadi?" Aku membalik tubuh Shinhye agar menatapku.
"Bacalah... Aku pikir lima tahun sudah cukup..." Ucap Shinhye sambil menghapus air mata yang sedang meluncur ditepi pipinya yang mengembung.
Aku langsung menyambar lembaran surat lainnya dari tangan Shinhye.

Aku takut... Aku takut aku tidak bisa sembuh Oppa... Walaupun Appa da Eomma mengatakan aku pasti sembuh, aku masih merasa cemas. Seperti kecemasanku sebelumnya bahwa aku tidak bisa bertemu denganmu lagi... Oppa, apakah aku akan tetap hidup? Oppa... Jika aku memang akan pergi untuk selamanya, setidaknya aku ingin bertemu lagi denganmu... Sekali saja, aku ingin bertemu denganmu... Aku ingin mengungkapkan perasaanku padamu... Aku menyukaimu Oppa, mungkin ini adalah perasaan sayang? Atau cinta? Aku hanya merasa aku takut tidak bisa bertemu denganmu... Aku merasa takut yang menyelimuti seluruh hati dan pikiranku. Oppa, taukah kau, aku hanya mempunyai satu lukisan wajahmu, hanya mempunyai beberapa lembar foto bersamamu. Jika semua akan berakhir, aku ingin membuat lebih banyak lagi kenangan denganmu, Oppa.. Karena kau adalah satu-satunya Pria yang aku kenal... Oppa, aku selalu bertanya, apakah kau mempunyai perasaan yang sama padaku? Apakah kau menyukaiku? Tidak, menyayangiku? Oppa, aku ingin mendengar jawabanmu... Oppa, kepalaku semakin terasa sakit... Aku semakin takut untuk operasi... Oppa, kau tak perlu khawatir... Aku selalu berdoa untukmu... Oppa, hiduplah dengan bahagia, aku menyayangimu...

Aku tidak tau sejak kapan air mataku mengalir mengikuti lekuk pipiku. Apakah ini nyata? Apakah ini benar-benar dari Seohyun? Apakah aku tidak bisa bertemu dengannya lagi? Apakah penantianku sia-sia?Apa yang harus aku lakukan?. Ada begitu banyak pertanyaan yang berkecamuk dikepalaku, namun bibirku terasa terpaut dan terkunci tanpa mampu mengucapkan sepatah katapun setelah membaca lembar akhir surat dari Seohyun.
"Sudah aku katakan bukan bahwa berhentilah mencarinya! Ini alasanku... Aku baru bisa menceritakannya setelah seratus hari kematiannya. Itu janjiku pada Seohyun. Aku tak sengaja bertemu dengannya di rumah sakit. Seohyun mengenaliku sebagai sahabatmu, dia meminta permintaan terakhirku padamu untuk menyerahkan semua kenangan miliknya bersamamu tepat setelah seratus hari kepergiannya. Aku hanya melakukan apa yang dipinta Seohyun padaku untuk permintaan terakhirnya." Jelas Shinhye diiringi lirnangan air matanya.
"Ini saatnya kamu kembalikan hidupmu... Bukankah kau sudah tau jawabannya? Jika kau terus seperti ini, kamu benar-benar menghancurkan harapan Seohyun padamu. Bukankah Seohyun ingin kamu hidup bahagia?" Sambung Shinhye.
"Apakah kau tau dimana Seohyun sekarang? Maksudku makamnya..." Lirihku dengan suara yang sangat pelan.
"Aku akan mengantarmu besok, tolong tenangkan dirimu terlebih dahulu... Aku ingin kau pikirkan lagi semuanya, dan kembali dengan keputusan terbaikmu. Bukannya aku melarangmu mencintai seorang wanita, tapi sadarilah kenyataan yang menjadi batas semuanya. Aku ingin kau kembali pada musikmu... Kembali pada duniamu. Kau tidak harus menghapus semua kenangan tentang Seohyun, hanya sadari bahwa yang kau lakukan selama ini sudah cukup. Penantianmu akan Seohyun, harus berhenti. Karena sampai kapanpun kau menunggu, akhirnya akan selalu sama seperti lima tahun terakhir." Shinhye menghapus air matanya dan beranjak pergi.
"Terima kasih..." Lirihku masih dengan tatapan kosong.
"Apapun demi sahabatku...: Jawabnya Shinhye.
Aku berjalan pulang dengan kaki yang lemas, dan tubuh yang bergetar bersama seluruh khayal dan emosi yang menguras tenagaku hingga aku merasa sangat rapuh saat ini.
"Hyung, kau kenapa?" Jungshin mengejarku hingga depan pintu kamar.
"Tinggalkan aku sendiri..." Aku membanting pintu begitu saja.
"Maafkan aku, Jungshin..." Batinku dalam hati.
Aku langsung merebahkan tubuhku diatas tempat tidur. Masih berusaha merenungkan apa yang baru saja aku alami. Aku tau apa yang harus aku lakukan, tapi aku masih belum bisa menerima kenyataan yang baru saja aku dapatkan, tepatnya hatiku. Rasanya masih terlalu sakit, dan menusuk jantungku. Bukan karena penantianku sia-sia, tapi karena harapanku telah sirna. Aku benar-benar tidak bisa bertemu lagi dengan Seohyun. Tidakkah itu kejam?
Aku bahkan belum menyampaikan perasaanku, belum menyampaikan isi hatiku yang terpendam sangat lama. Dan penyesalan itu semakin menusuk hatiku saat aku tau ternyata Seohyun mempunyai perasaan yang sama denganku. Aku hanya bisa mengumpat diriku sendiri saat ini. Betapa bodohnya aku, betapa kejamnya diriku membiarkan gadis itu terkurung dari perasaannya, sementara aku bersembunyi dalam rasa ragu ku untuk mengungkapkan perasaanku.
"Semua belum berakhir... Aku tidak bisa berakhir seperti ini... Aku harus bisa kembali menjadi Yonghwa yang Seohyun sukai... Aku tak bisa menyesal selamanya... Aku ingin bangkit dari rasa terpuruk ini untuk Seohyun... Aku tidak akan membuang waktuku dengan sia-sia lagi... Tidak akan..." Lirihku sambil meraih kertas dan pensil untuk menulis sebuah lagu.

***

Han georeum dwiramyeon heorakhal su innayo miss you
Han georeum dwieseo naneun gidarilgeyo
Geugeotdo andwaeyo geugeotdo andwaeyo
Geugeotdo andoemyeon geureom nan eotteokhanayo

Geudae han madie naneun useoyo
Geoulcheoreom maeil sarayo
Naui haruneun geudaeui geosijyo

Can’t stop me now can’t stop me now.
Geudaereul darmeun bom hyanggiga ajik chaneyo
Can’t stop me now can’t stop me now.
Naneun meomchul su eomneyo i can’t stop loving you

Michin deut michil deut haneobsi bureuda bomyeon
Han beoneun dorabolkkayo

Can’t stop me now can’t stop me now
Geudaeman baraboneun nae mam ajik siryeoyo
Can’t stop me now can’t stop me now
Naneun meomchul su eomneyo i can’t stop loving you

Heutnallineun barame geudae tteoolla
Nunbusin haessare geudae tteoolla
Naneun meomchul su eomneyo i can’t stop loving you

Aku tak bisa lagi menahan air mataku saat menyanyikan lagu buatanku didepan makam Seohyun.
"Oppa datang... Lagu baru Oppa buatmu... Apakah kau suka? Oppa tidak akan menangis dan sedih lagi, apakah kau akan bahagia disana?" Lirihku sambil menatap makam Seohyun.
Shinhye meremas lembut bahuku, menguatkan diriku dengan caranya.
"Oppa ridak akan membuang-buang waktu lagi untuk bersedih, agar kau tidak bersedih disana... Seohyun... Jadilan bintang yang paling bersinar di langit, agar Oppa bisa mengenalmu dan melihatmu saat Oppa merindukanmu... Seohyun... Saranghae..." Lirihku sambil memejamkan mata, meneteskan air mata terakhirku,
Aku berjanji tidak akan bersedih lagi, agar Seohyun bisa pergi dengan tenang. Aku berjanji sebagai seorang Pria yang mencintainya untuk tidak menyia-nyiakan sisa hidupku hanya untuk meratapinya. Aku mengantar kepergianmu dengan hati yang lega.

***

Jangan pernah membuang waktumu jika kau benar-benar menyukai seseorang. Apapun hasilnya, walau sedikit rasa kecewa muncul, tak akan sesakit rasanya saat kau tak lagi dapat mengungkapkannya. Jangan biarkan harapanmu yang hilang menghancurkan hidupmu. Bangkitlah dengan harapan yang baru. Jangan sia-siakan hidupmu pada sesuatu yang masih bisa kau perbaiki dikemudian hari. Karena sesungguhnya selalu ada jalan untuk harapan barumu menuju kebahagiaan.

-END-

                                                                                   

This Is My Story abaout #Can't Stop
Follow me on twitter @annisRprianti_
just mention for follback :)
thanks for reading

Tidak ada komentar:

Posting Komentar