ONE
FINE DAY
(Hyukstal
Version)
Cast :
- Kang MinHyuk
- Jung SooJung
Support Cast :
- Kim MyungSoo
- Seolhyun (AOA)
***
Eoneu
meotjin nal nunmul naneun nal. Nunbusidorok areumdawoseo gaseum apeun nal.
Eoneu meotjin nal doragal su eomneun nal. Geunal geunal geunal geunal geunal. -
A heartaching day because you were so dazzlingly beautiful. One fine day, a day
I can never go back to. That day, that day, that day, that day, that day.
Minhyuk POV
Dentuman
music disco terdengar nyaring ditelingaku. Dentuman musik yang membuat siapapun
ingin bergoyang dan menggerakkan tubuh mereka walau hanya kaki atau tangan. Aku
melihatnya. Wanita terbaik yang pernah aku cintai. Senyum terindah yang pernah
aku nikmati. Tidak pernah berubah, tidak pernah terlihat kurang dan selalu
berhasil menawan hatiku. Wanita yang paling aku rindukan. Ia menatapku. Tidak
hanya itu, ia tersenyum sangat indah, benar-benar senyum yang aku rindukan.
Tubuhnya bergoyang mengikuti dentuman musik lantai dansa ini. Pemandangan yang
sangat indah, sebelum aku melihat seorang namja yang ternyata berada
dihadapannya. Terlihat sangat dekat. Namja itu merangkulnya dan ia tersenyum.
Apa aku tak salah lihat?
"SooJung
sudah menemukan penggantiku?" Pemandangan yang tak jauh dariku itu membuat
tubuhku kaku seketika.
"Apakah
aku masih cemburu?" Aku tidak tahan melihatnya, aku tidak tahan berada
disini. Ku langkahkan kaki ini untuk meninggalkan lantai dansa dan mengakhiri
pesta pertunangan Ji Chang Wook & Park Min Young.
***
Kepalaku terasa berat. Aku melirik jam
disebelah ranjangku yang sudah menunjukkan pukul 11 siang. Aku mengurut dahiku
karena rasa pusing yang terasa semakin menjadi saat aku duduk ditepi ranjang.
"Ah...
Aku mabuk semalam..." Aku menatap beberapa botol soju yang tergeletak di
meja sisi ranjangku.
"Apakah
laki-laki itu kekasih SooJung?" Aku tak bisa berhenti memikirkan SooJung dan
laki-laki yang ingin aku bunuh saat kemarin ia menyentuh SooJung-ku. Tidak, dia
bukan milikku lagi.
Aku
berjalan menatap hujan dari jendela. Cuaca yang sangat sendu seperti suasana
hatiku saat ini. Kenapa aku bertemu dengannya, kenapa dia harus tersenyum,
denganku. Bertemu dengannya meruntuhkan satu tahun usahaku untuk melupakannya.
Aku
teringat kembali semua kenangan bersamanya. Pertemuan tak sengaja yang
meninggalkan kenangan yang membekas dihidupku. Semakin aku berusaha
melupakannya semakin terlihat indah bayangan SooJung didalam pikiranku....
***
Hari itu,
hari dimana ulang tahun Chang Wook Hyung. Aku menemukan sosok yang berkilauan
diantara kecantikkan di pesta malam itu. Keindahannya menarik hatiku untuk
selalu menatap wajahnya. Senyum malu-malunya saat kami berdua saling berkenalan
berkat ChangWook Hyung. Aku merasakan ia melirikku sesekali. Aku merasakan
sesuatu yang lebih dari rasa bahagia saat aku bisa mengobrol dengannya.
Entah
kenapa mata ini tak bisa lepas dari SooJung. Mataku terus mengikuti kemanapun
arah ia bergerak. Baiklah izinkan aku untuk membuktikan bahwa aku seorang pria
dengan mendekatinya. Aku melihat SooJung sedang berfoto dengan MinYoung Noona,
aku menghampiri mereka berdua diam-diam dengan sikap usilku. Tapi SooJung
menyadarinya. MinYoung Noona yang menyadari niatku meninggalkan kami berdua.
Aku dan SooJung mengobrol dan aku memberanikan diri untuk meminta nomer
ponselnya. Baiklah, aku bisa membanggakan diriku saat ini karena aku berhasil
mendekati SooJung.
Eoneu
meotjin nal nunmul naneun nal. Nunbusidorok areumdawoseo gaseum apeun nal.
Eoneu meotjin nal doragal su eomneun nal. Geunal geunal geunal geunal geunal. -
One fine day, a teary day. A heartaching day because you were so dazzlingly
beautiful. One fine day, a day I can never go back to. That day, that day, that
day, that day, that day
Hari
terus berlalu, aku dan SooJung mulai berkomunikasi secara rutin. Aku mengajaknya
pergi berkencan. SooJung menyanggupi dan kami membuat janji disuatu tempat.
Kami
berdua berjalan-jalan mencari sesuatu untuk dibeli, dan kami bermain-main
seakan sudah lama saling mengenal. SooJung benar-benar memiliki pribadi yang
menyenangkan. Aku rasa aku menyukainya. Tidak, aku sangat menyukainya.
Aku
sangat terkejut saat ku rasakan tangan hangat SooJung bergelayut manja dilenganku.
"Gwaenchanha?" SooJung tak melirikku sedikitpun. Aku rasa dia masih
malu-malu.
"Gwaenchanha...
Kajja..." Aku mengajaknya pergi ke cafe kecil pinggir jalan.
Kami
berdua makan bersama, SooJung menyuapiku. Melihat senyumnya yang terus terlukis
diwajahnya itu membuatku semakin bahagia. Aku merasa berhasil membuatnya nyaman
bersamaku. Ataukah memang senyumnya selalu seindah ini?
Sikap usilku
muncul aku memotret SooJung asal, dan menunjukkan wajah lucunya saat makan.
SooJung tertawa, suara tawanya membuatku ikut tertawa. Aku benar-benar tak bisa
berhenti tersenyum saat menatap wajahnya.
"Oppa,
ayo berfoto bersama..." SooJung memintaku tanpa ragu dengan wajah cerianya
itu.
"Baiklah,
cheers..." Kami berdua berfoto bersama. Dan kami memuji satu sama lain
karena hasil foto yang lucu dan juga bagus.
Hari
yang tidak akan pernah aku lupakan. Hari dimana aku menyadari bahwa aku
menyukainya. Hari dimana senyumnya adalah senyum terindah untukku. Tertawa bersama,
melakukan hal-hal yang menyenangkan. Aku tidak mau ini hanya terjadi hari ini.
Aku ingin terus melihat senyum itu, aku ingin terus mendengar gelak tawa yang
menyenangkan itu, aku masih ingin bersamanya, bersama SooJung-ku.
***
Hari
itu, hari dimana aku telah resmi menjadi kekasih SooJung. Aku mengajaknya pergi
ke Mall untuk kencan pertama kami sebagai sepasang kekasih. Aku masih bisa merasakan
lembutnya bibir SooJung. Aku menciumnya saat ia merajuk untuk pergi membeli
sepatu sedangkan aku mengajaknya untuk makan. Dengan usilnya aku
meninggalkannya dan kembali berlari kearahnya lalu menciumnya lembut. Ciuman
pertama yang tidak akan pernah aku lupakan.
Akhirnya
aku menurutinya untuk membeli sepatu sebelum kami makan. Tapi SooJung terus
saja mengajakku berbelanja yang lain. Dengan gemas aku mengapitnya dengan kedua
lenganku dan menyeretnya paksa kearah restoran. SooJung hanya bisa tertawa,
begitupun aku yang tak bisa menahan tawa maupun senyumku saat menghadapi sikap
keras kepalanya. Tapi aku selalu luluh padanya. Hari itu, adalah kencan pertama
yang tak bisa aku lupakan.
***
Gieogi
tto naneyo. Akkyeodun sumanheun maldeul. Gaseumsok gipsugi mudeodun chaero.
Geuttaeneun mollatjyo ibyeoreul mollaseo. - I remember once again. The endless
words I saved up. They’re buried deep in my heart. I didn’t know back then
because I didn’t know we’d say goodbye.
Hari
itu, hari saat dimana aku sedang tidak dalam mood yang bagus. Wajah indah itu
berubah menjadi wajah sendu. Aku melihatnya menangis. Untuk pertama kalinya
kami bertengkar. Keegoisan kami, amarah kami terlalu sulit untuk kami
kendalikan. Aku tak tahan melihatnya menangis. Setiap tetes air matanya
membuatku menyalahkan diriku sendiri yang tak mampu menjaganya. Tapi aku juga
tak bisa menahan amarhku atas sikapnya yang sangat keras kepala. Aku
meninggalkannya yang masih berdiri disudut rumahku. Aku sudah berusaha untuk
mengajaknya menyelesaikan masalah ini, aku merasa aku terlalu lama
membiarkannya bersikap keras kepala seperti saat ini.
SooJung
meninggalkan rumahku, aku tak tahan untuk membiarkannya. Aku berlari
menahannya. Tapi SooJung mendorong tubuhku menjauh. Apa yang harus aku lakukan
jika SooJung sudah menjauhiku seperti ini? Aku merasa dibuang. SooJung
meninggalkanku begitu saja. Tidak, mungkin memang meninggalkanku akan lebih
baik untuk SooJung. Aku merasa gagal menjadi namjachingunya. Hari tiu dan wajah
itu. Aku tidak akan pernah melupakan ekspresinya saat terluka karena sikapku.
Bahkan aku belum mengungkapkan lebih banyak perasaanku, aku tidak pernah
menyangka akan secepat ini kebahagiaan itu berakhir.
***
Wajah
yeoja didepanku bercerita sambil terkekeh, aku ikut tertawa mendengar cerita
lucunya. Ya, yeoja didepanku saat ini adalah Seolhyun. Kekasih baruku sejak
satu bulan lalu. Seolhyun melingkarkan tangannya dilenganku, tangan lainnya
menutup wajahnya yang bersemu merah karena Seolhyun menahan tawanya. Aku
kembali menatap kedepan karena kami berdua sedang berada di eskalator Mall
tempatku dan SooJung dulu selalu menghabiskan waktu untuk berkencan. SooJung?
Kenapa tiba-tiba aku membawa namanya? Aku sudah memiliki Seolhyun bukan?
Baiklah hentikan pikiran liar itu.
Apakah
aku berhalusinasi? Aku melihat SooJung sedang tersenyum bersama laki-laki lain.
Senyum yang lepas dan masih saja terlihat indah. Bahkan semakin terlihat indah.
Aku tidak bisa melawan perasaanku untuk tidak mengikuti kemana bayangan SooJung
pergi. Aku rasa SooJung lebih bahagia. Senyum yang sama saat aku melihatnya di
pesta pertunangan ChangWook Hyung Lima bulan lalu.
Semua
kenangan dan hari-hari yang aku lalui selama ini, tidak seindah saat aku
bersamamu. Hari yang tidak akan pernah aku lupakan dan hari yang tidak pernah
bisa aku putar kembali. Kebersamaan kita, senyum kita, canda kita dan bahkan
air matamu dan air mataku yang jatuh secara terpisah.
Eoneu
meotjin nal doragal su eomneun nal. Geunal geunal geunal geunal geunal. - One
fine day, a day I can never go back to That day, that day, that day, that day,
that day.
***
SooJung POV
Aku
bertemu denganya kembali. Pertemuan yang sejak beberapa bulan lalu terasa
bertahun-tahun bagiku. Aku sangat merindukannya. Aku tak bisa menahan senyumku saat
menatap wajah tampan MinHyuk. Aku teringat dimana hari kami berdua berkenalan
diacara ulang tahun ChangWook Oppa. Aku sangat bahagia saat pertama kali bisa
bertukar nomer telepon denganya. Seseorang yang menarik perhatianku sejak
pertama aku bertemu dengannya dan kami bertukar tatap.
Tapi,
aku harus berusaha menerima kenyataan bahwa Minhyuk bukan lagi milikku. Aku tak
bisa terus mempertahankannya seperti ini. Terutama didepan MyungSoo. MyungSoo
mulai menyadari bahwa aku tidak hanya menatapnya, ia membisikkan sesuatu yang
membuatku terkejut. MyungSoo mengetahui bahwa aku pernah menjalin hubungan
dengan Minhyuk.
"Apa
kau masih tak bisa melupakannya? Apakah dia masih yang terbaik untukmu?" MyungSoo
mencengkram erat bahuku.
Aku tak
menjawab dan hanya berusaha mempertahankan senyumku. Aku melirik kearah Minhyuk
yang tak lagi tersenyum kearahku. Aku
melihat luka yang tersirat dibalik pandangan matanya. Ia berbalik dan
meninggalkan lantai dansa.
"Anio..."
Aku menepis genggaman tangan MyungSoo padaku dan aku membuang tatapanku dari
MyungSoo. Menatap pedih kepergian Minhyuk.
"Bahkan
jika kau melupakanku atau membenciku, aku tidak akan pernah lupa semua kenangan
tentang kita dan semua hal tentang dirimu. Semua hal yang berharga untukku
adalah setiap saat yang aku lalui bersamamu, Minhyuk..." Batinku.
Geudaeneun
nal ijeogandaedo. Hayeomeobsi heulleonaeryeoyo. Nunmul mareun chueokdeul. Uri
saranghaetdeon gieokdeul. Uri sojunghaetdeon naldeul. Ajikdo naneun itji
motaeyo. - Even if you forget me. I endlessly let it flow. The memories dried
up of tears. Memories of us in love. Those precious days. I still can’t forget
them.
***
Saat keegoisan berhasil merusak pertahanan hubunganmu dan
kekasihmu, yakinkan kembali hatimu. Haruskah kau mengakhirinya atau mencoba
bertahan untuk kedua, ketiga, keempat atau bahkan seterusnya. Tidak ada jaminan
bahagia ketika kau mengakhiri hubungan yang masih memiliki ikatan perasaan.
Namun tak ada jaminan kau akan bahagia pula jika kalian bersama dengan keegoisan
diantara kalian masih ada. karena itu, jangan pernah biarkan perasaanmu
tertutupi oleh keegoisanmu semata. Lawan dan hadapi keegoisanmu, renungkan
kembali arti kehadiran pasanganmu, bayangkan hidup tanpanya disisimu lalu kau
bisa mengambil keputusan setelah memikirkan semuanya. Karena jawaban terbaik berasal
dari hatimu.
***
akhirnya, ada ff baru .. lanjuti ff let's get married nya dong ... :)
BalasHapusHai, sudah di post ya lanjutan FF Let's Get Married! Selamat Membaca ^^
BalasHapus